Zara berjalan cepat menuju lobi rumah sakit dengan langkah tergesa-gesa. Wajahnya memancarkan antusiasme, matanya berbinar. Sepupunya, Mia, baru saja melahirkan, dan kabar itu langsung membuat Zara ingin balik setelah beberapa minggu di Turki.
Setelah menanyakan kamar Mia kepada resepsionis, Zara menaiki lift dengan perasaan tak sabar. Ketika pintu kamar Mia terbuka, suara tangisan bayi menyambutnya. Ia tersenyum lebar, langsung mendapati Mia yang duduk di ranjang dengan bayi kecil dalam pelukannya. Dan semua orang sudah menunggunya.
"Mia!" Zara memanggil sambil menghampiri.
Mia tersenyum ke arah sepupunya. Wajahnya tampak lelah, tapi kebahagiaan jelas terpancar. "Zara! Kau datang."
"Tentu saja aku datang," kata Zara riang. Matanya langsung tertuju pada dua bayi mungil yang digendong Mia.
"Astaga! Lihat pipi mereka Mia! Aku tidak percaya sepupuku melahirkan malaikat kecil seperti ini."
Orang tua Zara, Zain dan Zahra juga datang namun karena Zara terburu-buru mereka sengaja ditinggalkan. Zara tersenyum bahagia tak menyangka ia akan menjadi aunty lagi. Setelah kakak sepupunya, Gibran mengejutkannya dengan kelahiran anaknya yang tiba-tiba. (One herz)-cerita Gibran dan Sha.
Beberapa saat kemudian mereka semua disuruh keluar dari ruangan. Meninggalkan Mia, bayi-bayinya, dan suaminya Hasan.
Namun seseorang yang tak disangka-sangka juga hadir entah bagaimana bisa orang itu tahu kabar ini. French. Pria itu menatap sendu seorang gadis dari jarak lima meter. Gadis yang menghilang tanpa kabar selama berminggu-minggu. Tanpa memberi penjelasan jelas kenapa gadis itu menghilang. Tidakkah ia tahu French gila saat Zara tiba-tiba menghilang?! Tidakkah Zara tahu jika French tergila-gila pada gadis itu?
Ia tahu ini bukanlah situasi yang tepat. Namun ia sudah tak bisa menahan semua ini.
Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis yang selama ini ia cari. Zara tampak begitu bahagia, berbicara dengan kerabatnya, senyum menghiasi wajahnya seperti sinar matahari setelah badai. Namun bagi French, kebahagiaan itu terasa seperti pisau tajam. Ia ditinggalkan tanpa penjelasan, dibiarkan merana dalam kebingungan.
"Zara," suaranya terdengar pelan namun tegas, cukup untuk membuat Zara berbalik.
Senyumnya memudar begitu ia melihat siapa yang memanggilnya. "French?" gumamnya, tak percaya.
***
Zara dan French duduk di sebuah meja di sudut kantin rumah sakit. Suasana di antara mereka begitu tegang, seperti udara yang akan meledak kapan saja.
"Aku tidak percaya kau mengikutiku sampai ke sini," ucap Zara dengan nada yang sengit. "Apa kau benar-benar tidak punya batas, French?"
French memiringkan tubuhnya ke depan, menatap Zara dengan intens. "Aku mencarimu karena kau menghilang tanpa kabar, Zara. Kau pergi ke Turki tanpa memberitahu siapa pun, bahkan aku. Kau pikir aku bisa tidur nyenyak mengetahui itu?"
"Aku tidak perlu memberitahumu ke mana aku pergi, French. Aku punya hidupku sendiri, dan aku butuh ruang. Kau tidak punya hak untuk menuntut apa pun dariku."
"Dan kau pikir aku hanya akan diam melihat orang yang ku...pedulikan pergi begitu saja? Kau salah, Zara. Aku tidak bisa seperti itu."
"Ini bukan tentang apa yang bisa atau tidak bisa kau lakukan, French. Ini tentang aku. Aku butuh waktu untuk diriku sendiri, untuk berpikir. Kau tidak bisa terus-menerus menekan aku seperti ini."
"Oh, jadi ini semua salahku? Aku menekanmu? Kalau kau merasa tertekan, mungkin itu karena kau takut menghadapi perasaanmu sendiri, Zara."
"Perasaan? Jangan membuatku tertawa, French. Kau tidak tahu apa-apa tentang aku."
"Aku tahu lebih dari yang kau pikirkan, Zara. Aku tahu kau membangun tembok di sekitarmu untuk melindungi dirimu sendiri. Tapi aku juga tahu bahwa kau tidak ingin sendirian."
Zara merasa darahnya mendidih mendengar kata-kata itu. "Kau terlalu percaya diri, French. Kau tidak tahu apa yang aku inginkan."
French menghela napas panjang, menggosok wajahnya dengan frustrasi. "Aku mungkin tidak tahu segalanya, tapi aku tahu satu hal—aku tidak akan menyerah. Tidak peduli seberapa keras kau mencoba mengusirku."
Zara berdiri dengan tiba-tiba, kursinya bergeser dengan bunyi berderit. "Kau tahu apa, French? Lakukan apa pun yang kau mau. Aku sudah tak peduli!"
"Dasar pria gila!"
French menatapnya dengan mata yang penuh kekecewaan, tapi tidak berkata apa-apa. Zara berbalik, melangkah keluar dari kantin dengan langkah cepat, meninggalkan French yang duduk diam, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE LOVE ME
Short Story"Kau pikir aku akan menyerah? No.." French mengepalkan tangannya emosi ketika melihat Zara sedang bersama mantannya. "Gadis kecil.. kau harus bertanggung jawab. Kau sudah membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya." Start : 27 Juni 2022