22. IMPOSSIBLE : Villa Aroma Laut

13 8 0
                                    

Aurora duduk di ruang ujian, menatap soal matematika nomor 15. Namun pikirannya melayang-layang, memikirkan seseorang yang tak pernah absen dari benaknya—Antariksa. Seseorang yang memenuhi benaknya akhir akhir ini.

“Ayo semangat, Aurora,” bisiknya pada diri sendiri, mencoba mengembalikan fokus.

Setelah ujian selesai, Aurora duduk di taman sekolah bersama Hazel, sahabat sebangkunya. Namun, karena ujian, mereka tidak duduk bersebelahan selama seminggu ini.

“Gue pusing banget,” keluh Aurora pada Hazel.
“Pusing kenapa, ih?” Hazel menyesap jus alpukat sambil menatap Aurora penasaran.
“Gue kepikiran Antariksa, Zel,” jawab Aurora, wajahnya tampak lesu.

Hazel tertawa kecil, mencoba menghibur. “Gue tau lo kangen Antariksa, kan apa lagi sekarang kalian beda ruangan ujian.”
Aurora hanya mengangguk lemas.

“Aurora, gue tau lo cinta banget sama Antariksa. Tapi jangan sampai itu bikin lo down. Lo masih inget kan, dulu lo benci hari sabtu minggu karena nggak bisa ketemu dia?” goda Hazel.

“Iya,” jawab Aurora lesu.
“Kalau kalian jodoh, nggak ada yang bisa misahin kalian. Jadi, jangan khawatir,” tambah Hazel.

Aurora hanya menghela napas.
“Eh, jangan gitu dong. Bentar lagi kita kan mau liburan ke villa sekelas!” seru Hazel mencoba menggoda.

Aurora langsung tersenyum. “Oke, gue semangat! Bentar lagi kita liburan ke villa!”

. ── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Satu minggu kemudian, akhirnya hari yang dinanti Aurora tiba: liburan ke villa bersama teman sekelas.

Mereka berangkat menggunakan motor, berboncengan, dan butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai di Villa Escape. Sesampainya, mereka langsung menaruh barang di villa yang sudah dipesan melalui aplikasi.


Sore harinya, mereka pergi ke pantai bersama-sama. Suasana pantai sangat indah, dengan ombak kecil dan air laut yang tenang, membuat mereka bebas bermain tanpa khawatir. Ada yang bermain air, membuat rumah dari pasir, hingga sekadar duduk menikmati pemandangan.

“Woi, Zav! Sini dong, nyesel loh kalau udah di sini tapi nggak main air,” teriak Antariksa dari bibir pantai.

“Iya, Zav! Kapan lagi ke pantai, jangan sok diem aja gitu!” tambah Felicio.

Namun Zavier hanya duduk di gazebo, menatap mereka dengan ekspresi datar, seolah tidak tertarik sama sekali.
Felicio yang kesal langsung menjemput Zavier, menariknya agar ikut bermain. Belum sempat terkena air laut, Antariksa sudah menyambut dengan mencipratkan air ke arah Zavier.

“Halah, sok keren lu!” ejek Antariksa sambil tertawa.

Zavier yang tak terima langsung berlari ke air, membalas mencipratkan air ke Antariksa dan mereka pun bermain air bersama.

Setelah puas bermain, mereka bertiga kembali ke tepi pantai untuk beristirahat.

“Huh, Iksa gila,” keluh Zavier.

“Lo tuh yang nggak asik,” balas Antariksa tak mau kalah.

“Halah, kena air dikit aja langsung demam. Banyak gaya,” ejek Zavier mengungkit masa kecil Antariksa.

“Udah, ribut terus. Di sini kita tuh harusnya happy,” ucap Felicio mencoba menengahi.

Namun nostalgia tiba-tiba melanda.
“Eh, inget nggak sih, dulu kita sering main bertiga kayak gini?” ujar Zavier sambil merebahkan tubuhnya di pasir.

Euphoria : Fly to the moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang