21. CONFESS : Waktu yang salah

11 8 0
                                    

Malam ini adalah malam minggu. Aurora duduk di bangku taman kota, menikmati waktu luangnya setelah seharian belajar di perpustakaan kota. Ujian semakin dekat, dan otaknya terasa penuh.

Ia merasa butuh me time untuk mengisi ulang energinya. Aurora membuka ponselnya, mencoba menghibur diri dengan menggulir layar galeri. Namun, matanya terhenti pada sebuah foto—foto dirinya dengan Antariksa, teman sekolahnya. Ia masih ingat dengan jelas itu adalah foto yang mereka ambil saat tugas keluar sekolah.

"Lucu," gumamnya sambil tersenyum kecil.

walau hatinya terasa berat. Ada sesuatu tentang foto itu, sesuatu tentang Antariksa, yang membuat dadanya sesak sekaligus hangat.

Namun, rasa bosan mulai menyelimuti. Ia menutup ponselnya dan mengalihkan perhatian pada keramaian di sekitarnya. Malam minggu memang selalu ramai. Ada yang datang bersama keluarga, pasangan, atau teman, namun Aurora sendiri.

Tetapi keramaian taman tak cukup untuk mengusir sepi di hatinya. Hingga matanya tertuju pada sebuah toko di seberang jalan: Print House 24. Ide gila muncul di benaknya.

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Permisi, Kak. Bisa cetak foto nggak?" tanyanya pada wanita muda yang berdiri di belakang meja kasir.

"Bisa, Kak. Kirim aja ke nomor ini," jawab penjaga toko itu sambil tersenyum.

Aurora segera mengirimkan foto dirinya bersama Antariksa. "Bisa dibuat jadi fotocard, dua lembar ya, Kak? Sekalian laminating," pintanya.

"Siap. Ditunggu sebentar, Kak," jawab penjaga toko dengan ramah.

Aurora duduk di kursi toko. Karena kelelahan setelah belajar seharian, ia tak sadar tertidur di sana.

"Kak, sudah selesai," suara penjaga toko membangunkannya.

Aurora tersentak, segera membayar, dan meninggalkan toko dengan fotocard itu di tangannya. Saat ia kembali ke taman untuk mengambil motornya, seseorang memanggilnya dari kejauhan.

"Aurora!" suara itu terdengar familiar.

"Haiii" aurora membalasnya sambil melambaikan tangan.

"Ngapain lo di sini?" tanya Eve.

Aurora tersenyum kecil. "Baru selesai belajar di perpustakaan kota. Sekalian nyari udara segar."

Eve mengangguk, lalu berkata, "Gue abis rapat OSIS. Tuh, gue sama anak-anak OSIS juga." Tangannya menunjuk sekumpulan orang di kejauhan. "Ada Antariksa juga, tuh."


Nama itu membuat jantung Aurora berdebar. Aurora teringat fotocard yang baru saja ia cetak. Tanpa pikir panjang, ia mengirim pesan kepada Antariksa.

ROOM CHAT

"Moon."
"Ke lapangan basket, dong.
Gue mau kasih sesuatu."

Tak lama, balasan datang.

"Mau ngasih apa?"

"Buruan, ke sini aja. Cepetan"

Aurora menunggu dengan perasaan campur aduk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Akhirnya, sosok yang ia tunggu muncul di lapangan basket.

"Ada apa?" tanya Antariksa, berdiri di depannya dengan tatapan bingung.

Saat ini mereka berhadapan di tengah lapangan basket di taman itu di bawah terangnya sinar bulan.

Euphoria : Fly to the moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang