Nina itu kepalang miskin, hidupnya sengsara. Dialah si sulung yang harus bertugas menjadi ibu untuk adik-adiknya, di usianya yang baru menginjak bangku SMA. Ayahnya seorang badut, pengemis jalanan, seharian meminta, ayah hanya mampu membawa pulang sebungkus nasi untuk dimakan bertiga bersama anak-anak perempuannya. Nina cukup besar dan mengerti kondisi ayahnya, ia yang selalu mengalah, dan membantu sang ayah untuk meringankan bebannya.
Dua adik perempuan lainnya masih kecil, ia harus bersyukur karna ayah selalu memastikan anak-anaknya mengenyam di bangku pendidikan. Beruntung ketiganya termasuk siswi yang pinter, sehingga beban ayah sedikit berkurang.
Ibunya entah pergi ke mana, meninggalkan mereka dengan penuh derita dan menikahi pria kaya lain di luaran sana. Entahlah, mereka telah melupakan "sosok ibu" tersebut. Tujuannya hanya satu, kebahagiaan ayahnya.
Di sekolah Nina hanya fokus belajar, dia tak lagi memperhatikan penampilannya yang kumuh, seragamnya yang kekecilan dengan bekas jahitan dimana-mana, kaos kaki belelnya, dan sepatu yang bagian depannya mangap, bahkan lem itu sudah tidak lagi mampu menahan panjangnya kaki remaja perempuan tersebut .
Mereka memang warga ibukota, namun di bagian pinggirannya, rumahnya di bawah kolong jembatan, kotor, jorok, menjijikan, lembab, bau, dan hanya disekati oleh kardus-kardus yang dibangun oleh ayah. Jangankan membeli baju, rumah saja tidak punya. Sang ayah pun hanya mampu menerima seragam sekolah dari tetangganya yang lain. Setiap harinya ketiga anak perempuan tersebut hanya memakai pakaian yang itu-itu saja. Tidak pakai kutang sebab mereka harus berhemat dan dipakai ketika di luar. Sesuatu yang yang dipusingkan adalah ketika menstruasi, mereka tidak sanggup membeli pembalut, dengan insting bertahan hidupnya Nina mengajari adik-adiknya membalut darah kotor itu mengenakan kaos kaki, ataupun potongan seprai.
Tanpa sepengetahuan keluarganya, Nina selalu dilecehkan oleh para laki-laki di kelasnya. Dia kerap kali dijadikan bercandaan karna roknya yang terlalu pendek, seragam atasnya yang terlalu ketat dengan beberapa kancing yang telah menghilang tergantikan peniti.
Salah satunya adalah Haikal, teman kelasnya sekaligus murid paling tengil itu tidak pernah berhenti mengganggunya. Dia mesum, suka menyingkap rok milik Nina, dan meremas-remas bokongnya. Nina hanya bisa meringis, menolak pun ia yang harusnya malu karna sengaja tidak memakai celana dalam saat di sekolah.
"Nin, nggak istirahat kamu?" Haikal duduk di sebelah bangkunya saat kelas kosong dan semua teman beristirahat di kantin. Nina sudah terbiasa dengan ini, menahan laparnya, dan membaca buku sendirian di kelas. Dia tidak memiliki satupun teman, satu-satunya yang mengajaknya berbicara ya hanya si brengsek satu ini.
Nina masih fokus membaca, laki-laki itu terus saja mengoceh, namun Nina tahu apa yang akan dilakukan Haikal. Matanya jelalatan kesana-kemari, Nina merasa tengah di telanjangi meskipun tanpa menyentuh.
Tubuh tinggi itu semakin menyempit, lelaki itu sengaja menggeser kursinya.
"Baca buku apasih geuliss.. kayaknya seru banget sampe nyuekin aa kayak gini.." Haikal pura-pura bersedih. Nina merinding sekujur tubuh saat bisikan itu terdengar meniup daun telinganya.
Laki-laki itu sepenuhnya menempel, tangan kirinya melingkari pinggang ramping Nina. Nina diam, jemarinya meremas kuat kertas-kertas pada buku miliknya. Hidung bangir Haikal mengendus lehernya, membeberkan kecupan basah di sana.
"K-kall.." Nina merengek, menjauhkan kepala Haikal yang semakin intim mencium pipinya.
"Iya sayang.." Nina tahu, laki-laki di sebelahnya sudah kepalang sange. Tatapan matanya penuh nafsu, nada suaranya serak dan berat.
Nina menggeleng. Jangan.. begitu maksudnya.
Haikal menghembuskan nafas berat. Nina-nya ini ketakutan. Dia berdiri, memperhatikan luar jendela, aman.
"Nggak apa-apa aman, nggak ada yang mau masuk."
Tubuh kecil milik Nina diangkat ringannya oleh tubuh besar Haikal. Di posisikan di atas pangkuannya.
Nina itu cantik, tubuhnya elok dengan beberapa bagian yang pas terisi. Hanya saja penampilannya yang sedikit tidak terurus dan wajahnya begitu natural.
"Madep sini sayang.." Haikal menyuruhnya menengok bertemu bibir dengan bibir. Mereka berciuman, meskipun ada perasaan was-was yang sesekali muncul di benak Nina.
Sembari berciuman, Haikal mengusap paha mengkalnya yang seputih susu. Meremasnya pelan, hingga si manisnya melenguh di sela-sela ciumannya.
Lagi-lagi perempuan ini tidak memakai celana dalamnya.
Haikal usap tempiknya yang tidak tertutupi apapun, jembut tipisnya terasa geli pada jemarinya, bercampur lendir karna rangsangan sensual yang terus diberikan oleh laki-laki itu.
"Mmmhh.." Haikal makin memperdalam ciumannya, membelit lidahnya yang lihai, saling tarik-menarik bertukar liur, sesekali menyesap bibir bawahnya yang lembut, selembut permen kapas.
Waktu istirahat hanya berdurasi 15 menit, itu artinya mereka harus cepat dan tidak membuang waktunya agar tidak ketahuan dengan yang lain.
Entah sejak kapan resleting celana Haikal di turunkan. Laki-laki itu mengocok kontolnya yang lembab mengeluarkan precum. Haikal menengadahkan tangannya, menyuruh Nina meludah di telapak tangan miliknya, kemudian lanjut lagi membaluri penisnya yang berurat dengan liur perempuan itu.
Sebelum benar-benar masuk, Nina mengulum dua jari Haikal, lalu ia gunakan untuk melumasi lubang milik Nina.
Nina merangkak, memposisinya dirinya mengangkangi kontol Haikal yang tegang. Ia bawa jari-jari kecilnya menyentuh kontol berukuran jumbo itu dan memposisikan di lubang sempitnya.
"Ahhhh..."
Nina bergidik, meski sudah beberapa kali namun rasanya masih tetap sama seperti pertama kalinya. Ia goyangkan pinggulnya, pantatnya ikut mengulek hingga penis itu terancam dalam ke titik sensitifnya.
"Mmmhh ahhh.." keduanya sama-sama mendesah nikmat. Sebisa mungkin tidak mengeraskan suaranya, Haikal bungkam mulut Nina yang berisik menggunakan bibirnya.
"Shhh ngempot banget tempikmu sayangg ahhh.." Haikal bersandar pada dinding, tangan lebarnya sesekali meremas dan menampari bokong semok milik Nina.
Goyangan Nina selalu enak, Nina selalu membuatnya puas daripada perempuan-perempuan lain yang selalu merengek di tidurinya. Itulah mengapa ia menyukai perempuan miskin tersebut, selain karna tubuhnya yang sempurna, dia juga lihai memuaskan nafsunya.
Mereka masih sama-sama berseragam, Nina mendongak keenakan, leher jenjangnya dipenuhi banyak peluh yang menetes. Tangan lain Haikal masuk kedalam seragam yang dikenakan Nina. Ia meraup payudaranya yang besar, montok, pas sekali pada telapak tangan besarnya. Ia caplok pentilnya yang berwarna ping, mengulum, menyusu, dan menggoda areolanya menggunakan lidahnya. Susu satunya ia goda dengan mencubiti puting tersebut. Remas kuat-kuat dan menamparnya sesekali hingga si manis mengejan di tempatnya.
Ahhh..
"Kall mmhh nenen teruss mmhh.. isep pentilku yang satunya kalll ahhh.."
Nina memeluk kepala Haikal, menguncinya agar terus memperkosa susunya yang gatal.
Keduanya hampir sampai, namun Nina tampaknya kelelahan karna harus memacunya sendirian. Akhirnya Haikal yang mengambil alih, menumbuk penisnya tidak henti hingga Nina kelonjotan di atasnya. Susunya menul-menul naik turun, benar-benar erotis, dan Nina begitu terlihat seksi dengan penampilan kacaunya. Nina mencium bibir Haikal rakus, membungkam mulutnya yang mulai tidak terkontrol.
Hentakan terakhir yang ketiga kalinya Haikal berikan sukses membuat Nina lemas. Perempuan itu tak berdaya di pelukannya. Masih dengan pinggulnya yang kelonjotan menerima banyak sperma dari dirinya.
Haikal puas, Nina terkapar lemas.
"Kal..?"
"Hm?"
"Kalau aku hamil anak kamu gimana?" Di sela kenikmatannya, Nina masih terpikirkan oleh hal-hal terlarang yang mungkin akan tumbuh di rahimnya kelak. Ia terlalu takut, keluarganya sudah miskin, dan dia takut kalau lelaki yang dicintainya pun tidak akan bertanggungjawab ketika ia hamil.
Haikal bergeming.. "Benerin lagi bajunya sayang, sebentar lagi udah mau masuk."
Lagi dan lagi, Nina hanya sanggup menelan semua kekecewaan darinya. Dia akan selamanya menderita, begitu pikirnya setelah lelaki itu pergi meninggalkannya sendirian usai puas melampiaskan nafsunya.

YOU ARE READING
oneshot giselle aespa
Fanfictionkumpulan oneshot twoshot giselle aespa. cerita ini mengandung unsur dewasa, harap untuk yang masih di bawah umur segera meninggalkan lapak ini. be smart for choose a good reading!