Dea dan Kanza sudah tiba di penghujung puncak, Gibran yang tidak sadarkan diri itu diletakan Kanza di sebuah batu besar
Kemudian Dea menuangkan beberapa cairan begitu pula dengan Kanza
"Apapun itu dia harus mati" ucap Dea
"Saya butuh matanya" ucap Kanza
"Hanya itu"
-
-
-
Kemudian Dea dan Kanza mengelilingi baru tersebut dengan meletakkan pisau di setiap sisi batu
Kemudian tak lama dari itu pisau tersebut mengeluarkan cahaya kebiruan dan Gibran yang awal nya terbaring di tanah kini mulai terangkat ke atas
Senyum kedua orang tersebut tercipta
"Sedikit lagi"
Sosok yang sangat menyeramkan dengan tubuh berwarna hitam gosong, mata yang merasa serta tanduk di kedua sisi kepalanya muncul
"HAHAHAHA"
"Dia milik mu kembalikan suami saya" ucap Dea
"Berikan saya matanya" ucap Kanza
"HAHAHAHA.... Dasar manusia tamak, rela mengorbankan sesamanya untuk kemauan nya sendiri HAHAHA"
Kemudian sepancar cahaya putih keluar dari tubuh Gibran dan mulai mengalir ke tubuh sosok besar tersebut
"HAHAHA.... Sebentar lagi akulah penguasa bumi ini.... HAHAHAHA"
"Apa yang gua lakuin ini benar" batin Kanza
"Sedikit lagi Gani akan kembali" batin Dea
Angin berhembus sangat kencang, petir mulai menyambar, hal itu membuat Rasya dan juga Gani sedikit terkejut dengan perubahan cuaca
"Perasaan tadi cerah" ucap Rasya
Tawa yang begitu menggelegar membuat Gani semakin gelisah
"Kita harus segera" ucap Gani mulai menambahkan kecepatan langkahnya dan di ikuti Rasya
-
-
-
-
Wajah Gibran mulai memucat seluruh tubuhnya mulai kehilangan warna darahnya, urat urat Gibran mengeluarkan warna kekuningan
Entahlah saat ini Dea merasakan perasaan aneh, ia mulai merasakan sesak di dadanya, terlebih melihat kondisi Gibran
"Gibran" panggil nya pelan, namun ia menepis pikirannya dan berusaha tetap kokoh dengan Pendirian nya yaitu kematian Gibran
-
-
-
Gani berhenti ketika melihat sebuah gubuk, hal itu membuat Rasya sedikit kebingungan
"Om ayo" ajak Rasya, namun Gani tidak menghiraukan nya dan mendekati gubuk tersebut
"Om"
"Sebentar" ucap Gani dan masuk kedalam gubuk tersebut, Rasya menunggu di luar dengan perasaan campur aduk di dirinya
"Duhhh....sabar ya gib" ucap Rasya
Gani keluar dan memperlihatkan pedang yang sangat antik
"Ini pedang om" ucap Gani, Rasya mengerti dan mulai menarik Gani dengan cepat agar segera menunjuk ujung puncak
"Sabar gib kami datang" ucap Rasya
_
_
_
Dea dan Kanza masih setia melihat proses energi Gibran dipindahkan ke sosok yang besar tersebut
"Demi Gani Dea....jangan goyah"
"Anda ibu yang jahat" ucap Kanza
"Jangan mengatakan hal yang menggambarkan diri anda" ucap Dea
"Kita sama..." Ucap Dea melihat kearah Kanza
"Sama sama keji.jadi jangan sok suci" ucap Dea
"Saya hanyalah orang asing yang baru ke Al dua hari dengan dia, sedangkan anda adalah ibunya"
"Dia bukan anak saya"
"Sejauh apapun anda mengelak dia tetap putra anda"
"Mengapa ini menjadi penting untuk mu" tanya Dea
"Entahlah" ucap Kanza mulai terdiam dan kembali melihat Gibran yang semakin melemah
"Saya hanya anak sebatang kara" ucap Kanza, hal itu membuat Dea terdiam dan melihat Kanza
"Dan saya iri dengan anak yang memiliki orang tua" ucap Kanza
"Tapi sekarang tidak lagi" ucap Kanza
"Jangan sok menjadi orang baik" ucap Dea
"Saya tidak sok....." Ucap Kanza
"Dan anda tau" ucap Kanza mulai mendekati Dea
"Gibran adalah anak yang baik"
"Saya salah telah melakukan ini" ucap Kanza laku menyerang Dea, untung nya Dea dapat menghindari nya dengan cepat
"Apa apaan ini" ucap Dea
Kanza mengarahkan pisau kepada Dea dan berusaha untuk menusuknya namun selalu gagal karena Dea sangat lah gesit
"Jangan harap kamu akan nguasai Gibran sendirian" ucap Dea mulai berontak
"Nguasai?? ....... Tidak!" Ucap Kanza laku melihat kearah Gibran "saya berubah pikiran dan akan menyelamatkannya" ucap Kanza menusuk lengan Dea dan berlari
Dea menarik pisau di tangannya kemudian mengejar Kanza dan mulai mendorongnya
"Jangan harap....anak itu harus mati" ucap Dea mulai memukul Kanza
"Sebelum nya saya berfikir hal yang sama...tapi tidak..dia anak yang baik dia harus tetap hidup" ucap Kanza mendorong Dea, dan mendekati salah satu pisau yang tertancap di batu tadi dan mulai menarik nya satu persatu
Namun saat pisau terakhir dea kembali menghalanginya
"Jangan" ucap Dea
"Menyingkir" ucap Kanza berusaha berontak
"Tidak...akan saya biarkan dia mati" ucap Kanza
"Dia harus mati!"
Bersambung
