"Sya...makan nya pelan pelan" peringatan Gibran
"Kalau pelan pelan nanti Lo habiskan lagi" ucap Rasya dengan nada meledek
Gibran hanya memutar bola matanya malas, semakin hari tingkah Rasya semakin banyak saja. Tak lama suara ketukan pintu terdengar Gibran pun membuka pintu dan melihat seorang wanita yang sangat ia kenali
"Mama" ucapnya
"Nah disini ternyata kontrakan kamu" mama Gibran langsung masuk dan alangkah kagetnya dia melihat sendok yang melayang
"Gibran itu apa" tanya nya ketakutan, Gibran yang ingat Rasya sedang makan pun segera berlari dan menuruni sendok yang Rasya gunakan untuk makan, Gibran mengkode untuk Rasya pergi menghilang saja dulu
"Pergi deh mama gua datang nanti dia kaget" batin Gibran yang dapat didengar Rasya, mau tak mau dengan perasaan kesal Rasya pergi menghilang sebentar
"Apa sih ma gak ada apa apa" ucap Gibran gugup
"Itu tadi sendok yang kamu pegang melayang" ucapnya menunjuk sendok itu
"Aaaaaa ah mama ada ada saja...pasti itu.. AA mama halusinasi pasti mama capek banget kan" ucap Gibran mengiringi mama nya ke sebuah kursi
"Kenapa kamu tinggal disini" tanya mama Gibran saat melihat kondisi rumah kontrakan anak nya yang begitu sederhana
"Ya gak papa ma...harus nya aku yang nanya bagaimana mama bisa tau keberadaan aku" ucap Gibran
"Kamu kira mama dan papa akan diam saja saat kamu memutuskan untuk keluar hidup mandiri...gak akan gib" jelas mama Gibran
"Kamu pulang ya" bujuk wanita paruh baya itu
"Gak ma.. aku gak mau" Gibran menolak
"Kamu mau mama paksa"
"Jika mama paksa aku...aku gak akan mau makan, sekolah ataupun ngelakuin aktifitas aku hanya akan diam dikamar" ancam Gibran
"Gib.." ucap mama Gibran yang tau jika Gibran sudah mengancam maka itu adalah sebuah keputusan bukan hanya untuk menggertak
"Huff...yaudah tapi jangan pernah larang mama untuk mengunjungi kamu kesini"
"Setiap hari Minggu mama akan kesini melihat kondisi kamu" ucap mama Gibran lalu pergi dari sana. Gibran masih Melihat pintu rumah nya yang baru saja ditutup oleh mamanya. Rasya pun muncul dihadapan Gibran, ia melihat wajah Gibran yang mulai suntuk
"Kenapa gak pulang aja gib" tanya Rasya
"Lo kabur dari rumah kah?? " tebak Rasya
"Bukan urusan Lo" ucap Gibran datar
"Yaelah tinggal cerita aja susah amat" ucap Rasya yang ikut duduk disamping Gibran
"Sya...bukan gitu cuman gua gak mau nyusahin orang tua gua" ucap Gibran dengan nada sedih
"Yaudah mending kita jalan jalan yuk" ajak Rasya
"Lo tuh ya .... Kaya nya udah seumuran gua tapi tingkah Lo kaya anak anak aja sumpah" ucap Gibran kesal
"Hehehe...yuk" ajak Rasya menarik tangan Gibran
Rasya dan Gibran menghentikan langkah nya ketika tiba di sebuah taman yang berisi dengan orang berjualan kecil kecilan
"Gua kira Lo ajak gua ke minimarket atau ke tempat perbelanjaan besar gitu" ucap Gibran
"Emang Lo mau uang Lo gua habiskan disana" ucap Rasya meledek
"Ya kagak..."
"Gua ajak Lo kesini buat nge hibur sahabat gua ini" ucap Rasya
Rasya menarik tangan Gibran kearah penjual gulali, membuat tukang gulali itu sedikit terkejut dengan kehadiran Gibran
"Mau beli gulali mas" tanya penjual gulali. Gibran melirik kearah Rasya yang sedang mengkode memanyunkan bibirnya untuk membelikan nya gulali, Gibran hanya dapat membuang napas kasar dan menghadap kembali kearah penjual gulali
"Mas gulali nya dua ya" ucap Gibran mengeluarkan uangnya, Rasya kegirangan meloncat, Gibran yang melihat nya sedikit terkekeh, ia rasa Rasya jika masih hidup pasti ia lebih tua dari dirinya tapi tingkah Rasya tidak mencerminkan tingkah kedewasaan
"Mas" panggil penjual itu yang berhasil mencairkan lamunan Gibran
"Eh iya makasih mas" ucap Gibran, yang berjalan kearah salah satu kursi didekat taman bagian terpojok agar tidak ada yang melihat keanehan
"Nih" Gibran memberikan gulalinya, dan dengan semangat Rasya memakan gulali itu, Gibran sedikit terkekeh dengan tingkah Rasya
"Makasih sya" ucap Gibran
"Hah buat apa" tanya Rasya
"Lo udah hibur gua kesini...semenjak ada Lo gua gak ngerasa kesepian lagi" ucap Gibran yang bersyukur dengan kemampuan yang ia miliki saat ini
"Gua bakal jadi teman Lo terus Gibran...gua gak bakal ninggalin Lo" ucap Rasya yang terus memakan gulali nya
Gibran dan Rasya memutuskan untuk kembali ke rumah saat hari sudah gelap, diperjalanan Gibran hanya mendengar suara Rasya yang dari tadi bernyanyi
Karena tak fokus berjalan Gibran tak sengaja menabrak seorang pemuda
"Maaf" ucap pemuda tersebut
"Eh gak papa" ucap Gibran
"Maaf ya gua tadi buru buru banget"
"Iya gak papa"
"Oiya Lo siapa" tanya pemuda itu
"Gi-gibran" ucap Gibran sedikit gugup
"Gua Irsyad seneng ketemu dengan Lo" ucap Irsyad. Gibran sedikit gugup karena ini pertama kalinya ia berkenalan dengan manusia asli. Rasya yang melihat Gibran gugup sedikit menggoda nya
"Ternyata orang introvert kalau kenalan bakal gugup gini ya" kekeh Rasya dengan nada ledekan
"Is diam Lo" ucap Gibran
"Hah kok gua harus diam" ucap Irsyad bingung, Gibran lupa kalau Irsyad tidak bisa melihat Rasya ia semakin gugup dan menghadap kearah Irsyad
"Maksudnya diam deh Lo karena gua ....gua mau ..itu gua buru buru pulang iya pulang" Gibran langsung bergerak cepat meninggalkan Irsyad
Irsyad masih memandangi Gibran semakin jauh "baru pindah kesini malah ketemu dengan orang yang unik" ucap Irsyad
"Semoga kita ketemu lagi ya"
...............
"HAHAHAHA" pecah sudah tawa Rasya saat tiba dirumah
"Ngakak Cok Lo kenalan sama orang kaya mau kenalan dengan presiden aja" tawa Rasya semakin kencang
"Puas Lo..senang Lo ngeledekin gua iya" ucap Gibran penuh penekanan
"Pantas Lo gak ada teman...Lo aja kenalan nya kaya gitu" ucap Rasya masih ngakak mengingat raut wajah Gibran yang gugup tadi
"Lo ngeselin banget sumpah, gak ada telur dadar buat Lo hari ini" ancam Gibran
Rasya menghentikan tawanya "eh gib jangan gitu dong" ucap Rasya mulai takut
"Masa gua gak makan telur dadar sih" ucapnya
"Gak ada makan tuh ngakak Lo" ucap Gibran
"Eh Gibran..."
.......................
Seorang pemuda berlari dari beberapa orang yang mengejarnya, ia sudah berusaha untuk berlari dan menjauh dari orang orang itu namun sayang ia selalu ketahuan dan memutuskan untuk berlari
Tak sengaja saat berlari pemuda itu tergelincir dan terjatuh kebawah jurang membuat kepala nya terbentur disebuah pepohonan
"RASYA" teriakan itu ia dengar sebelum kesadaran nya terselimuti kegelapan
"Aaaarg" teriak Rasya yang terduduk langsung dari tidurnya.."apa itu" ucapnya, Ia mengusap kasar wajah nya "tadi apa siapa yang jatuh" monolognya
Rasya memutuskan untuk pergi kekamar Gibran, ia melihat Gibran begitu pulas tidurnya "gua pengen cerita tapi Lo tidurnya pulas banget"
"Besok aja gua ceritakan ke Lo"
Bersambung