22. Meluruskan Kesalah Pahaman

128 38 2
                                    

Part 21 Meluruskan Kesalah Pahaman

Lama keduanya tenggelam dalam keheningan. Sean bahkan bisa menangkap kepucatan di wajah Jihan sebelum wanita itu berpaling. Melepaskan ikatan rambutnya sambil membalikkan badan.

Sean menahan pergelangan tangan wanita itu. “Kau belum menjawab pertanyaanku, Jihan? Kenapa kau menyembunyikannya? Sejak kapan kau tahu tentang hal ini? Setidaknya jawab salah satunya. Jangan membuatku merasa buruk dengan dugaan-dugaanku yang kau pancing sendiri.”

“Kau berpikir aku akan melenyapkannya di belakangmu?” sengit Jihan lebih tajam. Menyentakkan tangan Sean dengan kedua mata yang mulai berkaca. “Aku tak bisa mencegah pikiran burukmu, Sean. Aku tak bisa mengontrolnya. Kenapa aku masih perlu menjawab pertanyaanmu? Pikirkan saja apa pun yang kau sukai. Aku tak peduli.”

Sean menyusul langkah terburu Jihan, berhasil menghadap sang istri sebelum masuk ke dalam kamar mandi. “Tidak bisakah kita bicara baik-baik?”

“Aku tak tahu kalau kita masih bisa bicara dengan baik-baik.”

“Apa maksudmu?”

Jihan menatap kefrustrasian yang mulai menyelimuti wajah lelah Sean. Keletihan tampak jelas di wajah tampan pria itu. Tak heran, mengingat Sean menyetir berjam-jam datang ke sini untuk alasan yang entah apa. Yang jelas bukan karena mencemaskan dirinya yang baik-baik saja, kan.

“Aku hanya tak tahu bagaimana memberitahumu, Sean. Dan aku tak menemukan waktu yang tepat, terutama dengan kedatangan Naura yang begitu mendadak di hadapan keluargamu. Apakah itu menjawab pertanyaanmu? Apakah itu cukup untuk membuang dugaan buruk yang sudah kupancing.”

Sean terdiam sejenak. “Sungguh?”

“Ya. Tapi terserah jika kau tak percaya. Aku sudah mengatakan padamu tak akan mengganggu hubunganmu dengan Naura, kan? Jadi kali ini aku tak ingin membuat kehamilanku mengganggu hubungan kalian lagi. Anak ini akan menjadi urusanku dan aku yakin mamamu akan menyayangi …”

“Apa sebenarnya yang kau katakan?” Semakin Jihan banyak bicara, Sean semakin tak memahami. “Tentu saja anak ini akan menjadi urusanku. Itu anakku. Dan berhenti bersikap seolah kau orang ketiga di antara aku dan Naura. Hubungan kami benar-benar sudah selesai, Jihan. Sekarang hanya ada pernikahan kita, berapa kali aku harus mengatakannya padamu.”

Jihan mendengus tipis. “Lalu bagaimana dia bisa hamil?” gumam Jihan lirih. Lebih pada dirinya sendiri. Sambil menyelipkan tubuhnya di antara pinggiran pintu dan Sean.

“Kau bilang apa?”

Jihan menggeleng. “Aku benar-benar lelah dan ingin segera istirahat, Sean. Bisakah aku …”

“Naura sudah mengatakan padamu, kan?”

“Ya, kami sudah bicara.”

“Dan tepatnya apa yang kalian bicarakan?”

Jihan menghela napas panjang. Benar-benar sudah lelah dengan pembicaraan yang trus berputar dan selalu selalu tentang Naura. “Kumohon, Sean.”

Mata Sean memicing. Mengamati lebih lekat permukaan wajah Jihan. “Jawab satu pertanyaanku dan aku tak akan mengganggumu lagi. Kau tak berpikir anak dalam kandungan Naura adalah anakku, kan?”

Jihan terdiam. Wajahnya berputar dengan perlahan, berhadapan dengan tatapan menelisik Sean. Lalu ia menghela napas sekali sebelum menjawab. “Kau tak punya alasan untuk membawanya ke rumah karena dia hamil anak pria lain, kan?”

Sean mengangguk sekali. “Memang itu yang terjadi.”

Jihan mengerjap. Terkejut. “Apa maksudmu?”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 19 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Partner In Bed (Married With Bestfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang