Part 21 Terjebak Di Luar Kota
Setelah pembicaraannya dengan sang paman, Sean kesulitan fokus ketika mengantar Naura masuk ke dalam ruangan dokter kandungan. Yang rupanya juga baru memeriksa Jihan seperti yang om Daniel katakan beberapa hari yang lalu. Setelah Naura selesai diperiksa, ia meminta wanita itu menunggu di luar dan memastikan semuanya seperti yang dikatakan oleh om Daniel.
Ya, selain sang paman yang bekerja di rumah besar ini, dokter kandungan tersebut juga adalah teman baik mamanya. Tentu saja pria paruh baya dengan senyum lembut tersebut mengenali dirinya. Juga Jihan. Mempermudahnya mendapatkan hasil pemeriksaan Jihan.
Benar saja, usia kandungan Jihan sudah memasuki usia 9 minggu. Sekarang sudah 10 minggu. Tapi … informasi selanjutnya membuat Sean terkejut. Keadaan kehamilan yang muda dan lemah. Dan Jihan jelas tak mendengar apa yang dikatakan oleh dokter. Bahkan sekarang wanita itu pergi ke luar kota untuk memeriksa proyek perusahaan yang belum selesai. Yang perjalanan menuju lokasi tersebut memakan waktu lebih dari dua jam perjalanan.
“Masih belum bisa dihubungi?” Naura akhirnya bertanya setelah entah keberapa kalinya Sean mendesah kasar. Terutama ketika panggilan di seberang tak juga tersambung. Entah apa yang begitu penting, sejak keluar dari rumah sakit. Sean tak berhenti menghubungi nomor Jihan. Dan saat ia mencoba bertanya, Sean tak menjawab. Mengalihkan pembicaraan sebagai isyarat bahwa dirinya tak perlu tahu.
Hati Naura tentu saja serasa disentil kecemburuan. Sejak Sean mengakhiri hubungan, dan benar-benar mengakhiri hubungan mereka setelah Jihan kecelakaan. Sean masih saja tertutup jika membicarakan tentang Jihan.
‘Kau merasa bersalah padanya? Dia kehilangan anak itu karena kecerobohannya sendiri, Sean. Kenapa kau masih harus bertanggung jawab pada hidupnya? Sampai kapan dia akan terus menempel padamu?’
Sean terdiam. Cukup lama tercenung oleh kata-kata Naura.
‘Jihan bilang kalian akan bercerai setelah anak itu lahir, kan? Hanya anak itu satu-satunya alasan kalian bisa menjalani pernikahan terpaksa ini. Sekarang kesalahan itu sudah diperbaiki, meski dengan cara yang tidak kita inginkan.’
‘Dia yang mengatakannya, kan?’
‘Apa?’
‘Jihan yang mengatakannya. Bukan aku.’
Naura membeku. ‘Apa maksudmu?’
‘Aku tak pernah mengatakan akan menceraikannya. Aku menikahinya juga bukan untuk bercerai di kemudian hari. Dan bukan Jihan yang terus menempel di hidupku. Tetapi akulah yang tak ingin lepas darinya. Pernikahan ini sudah mengikat kami. Mengikat perasaanku padanya.’
‘Perasaan kau bilang? Lalu bagaimana denganku?’
Sean tak menjawab. Tak mengatakan apa pun. Dan tak pernah memberikan jawaban untuknya hingga detik ini. Selain kata maaf yang tidak Naura inginkan.
Begitu sampai di rumah, Sean bahkan tidak memarkirkan mobil di carport. Menghentikan mobil di depan teras rumah dan langsung masuk ke dalam rumah. Menemukan sang mama yang baru masuk dari arah halaman belakang.
“Apa Jihan sudah pulang?”
Vivian menggeleng.
“Satya?”
Vibian menggeleng lagi. “Kau pulang lebih awal?”
Sean tak menjawab pertanyaan sang mama. Naik ke lantai dua dan kembali turun tak lama kemudian. Memastikan Jihan memang belum pulang. Mungkin saja mamanya yang tak melihat Jihan pulang.
“Kenapa mereka belum pulang? Ini sudah jam empat,” gusar Sean pada sang mama yang sudah duduk di ruang santai dengan sepiring potongan buah. Seharusnya sekarang Satya dan Jihan sudah sampai di rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Partner In Bed (Married With Bestfriend)
Storie d'amoreKesalahan satu malam membuat Jihan dan Sean yang sebelumnya terikat sebuah persahabatan harus terjebak dalam sebuah pernikahan. Sementara masing-masing sudah memiliki kekasih.