Chapter 2 : First Accident

10.1K 760 38
                                    

Draco berjalan lunglai menuju Aula Besar untuk sarapan. Ketika ia menuju meja Slytherin, sekilas ia melihat Hermione duduk di meja Gryffindor bersama dua sahabatnya, Harry dan Ron. Dalam hati Draco menjerit, Kenapa Hermione selalu bersama Potter dan Weasley? Apa menariknya mereka berdua dibandingkan aku? Wait, apa yang baru saja ku pikirkan? Kurasa aku harus memeriksakan kepalaku ke Madam Pomfrey nanti sore.

Draco menggeleng-gelengkan kepalanya dan langsung duduk ke meja Slytherin bersama kawan-kawannya.

Di meja Gryffindor, Hermione menceritakan tentang tingkah aneh Malfoy tadi malam. Ron bahkan sampai tersedak sewaktu mendengarnya.

"Tapi kau tak percaya kan, kalau dia sudah berubah?" kata Ron sesaat setelah menyeruput jus labu dari pialanya.

"Well, uhm... Aku percaya, Ron," Hermione menjawab dengan tenang.

"Tidak!" Ron memekik. Pandangannya jatuh kepada Harry untuk meminta penjelasan.

"Yah, mungkin saja dia benar-benar sudah berubah, Ron," kata Harry.

Ron memutar bola matanya, tak habis pikir pada pemikiran kedua sahabatnya ini. Maksudnya mereka dulu membenci Malfoy karena sikapnya yang menjengkelkan. Bahkan ia pernah menjadi pelahap maut. Lalu bagaimana bisa dengan mudahnya Harry dan Hermione mempercayai bahwa Malfoy sekarang sudah berubah? Ron mengedikkan bahu dan melanjutkan aktivitas makannya. Hermione juga sama. Lalu entah apa yang menyuruhnya, namun detik berikutnya ia tergoda untuk melirik ke arah meja Slytherin. Ia berani bertaruh apapun bahwa sebelumnya Draco Malfoy memandanginya.

***
Pelajaran pertama hari ini adalah ramuan. Dan jadwalnya adalah Asrama Slytherin dengan Asrama Gryffindor berada di kelas yang sama. Draco mencari tempat duduk begitu sampai di dalam kelas ramuan yang penuh dengan kuali. Ia segera menuju ke tempat duduk Blaise, Theo, Crabbe, dan Goyle begitu menemukan teman-temannya.

Hari ini mereka akan membuat ramuan Tegukan Hidup Bagai Mati. Draco sibuk di depan kualinya. Namun konsentrasinya tiba-tiba saja terpecah saat ia menyadari siapa yang berada di dekatnya. Yup, Hermione Granger. Draco masih memandangi Hermione yang duduk dengan Harry dan Ron. Hermione terlihat cantik dengan wajah seriusnya yang sedang berkonsentrasi.

Kenapa aku baru menyadari bahwa gadis ini sangat cantik? Warna matanya sangat serasi dengan rambutnya. Senyumannya sangat manis.

"Aduh!!!" Hermione tiba-tiba berteriak hingga menyadarkan Draco.

Draco melihat Hermione yang mengerang kesakitan dan baru saja sadar bahwa tangan gadis itu mengeluarkan darah. Tak diragukan lagi, pasti tangannya baru saja teriris pisau yang digunakannya. Dasar ceroboh.

Dengan cekatan Draco langsung meraih tangan Hermione yang terluka. Pemuda pirang itu mengacungkan tongkatnya kearah jari Hermione dan menggumamkan mantra. Seketika luka itu tertutup dan darahnya langsung berhenti keluar.

Draco dan Hermione bertatapan. Draco merutuki dirinya sendiri yang secara tidak sadar memberikan perhatian lebih pada 'rival' nya. Sementara Hermione masih kebingungan dengan kejadian barusan. Detik berikutnya mereka sadar bahwa masih berada di dalam kelas. Draco memandang sekeliling dan menyadari bahwa pandangan teman sekelasnya mengarah padanya. Termasuk Proffessor Slughron. Seketika wajah Draco memerah. Ia segera melepas genggamannya di tangan Hermione dan bergumam dengan nada yang dingin, "Dasar ceroboh. Lain kali hati-hati."

"Well, kau tak apa Miss Granger?" Proffessor Slughron mendatangi tempat dimana Hermione masih membeku memandangi Draco yang berjalan ke tempat duduknya semula.

"Uhmm aku baik-baik saja, Proffessor. Terimakasih."

Sepanjang pelajaran ramuan hari itu, pikiran Hermione tidak bisa fokus. Ia masih bertanya-tanya mengapa Draco memperlakukannya seperti tadi. Mungkin ia memang sudah berubah, pikir Hermione.

"Apa yang kau lakukan tadi, Draco?" tanya Blaise pada Draco saat mereka keluar dari kelas ramuan.

"Entahlah," jawab Draco dengan singkat dan dingin.

"Tapi kau terlihat sangat khawatir saat mengetahui bahwa si Granger terluka." Theo menimpali.

"Aku hanya melakukan apa yang harus dilakulan seorang 'teman'."

***
Setelah makan malam, Draco kembali ke Asrama Ketua Murid. Di ruang rekreasi, ia menemukan Hermione yang sedang sibuk membaca buku di atas sofa. Draco tidak ingin kejadian seperti di kelas ramuan tadi akan terulang, maka pemuda pirang itu langsung pergi ke kamar anak laki-laki tanpa menyapa Hermione.

Beberapa jam kemudian Hermione sudah merasa lelah untuk belajar. Ia memandang jam dinding di ruangan tempatnya membaca.

11.00 pm

Hermione bangkit dari sofa dan segera merapikan buku-bukunya yang berserakan di sekitarnya. Setelah selesai, ia bergegas pergi ke kamarnya.
Hermione menghempaskan tubuhnya di ranjang putihnya. Setelah lama menunggu, masih saja matanya tak bisa tertutup. Dia tidak bisa tidur. Pikiran gadis bermata hazel itu masih melayang pada kejadian tadi pagi di kelas ramuan. Saat melihat wajah khwatir Draco, entah mengapa rasa nyaman langsung menyelimutinya. Saat mata coklat madunya bertatapan dengan mata kelabu Draco, ada sesuatu bergejolak di perutnya. Apa artinya ini? Hermione memandang jari telunjuknya yang tadi disentuh Draco. Ia tersenyum lama sebelum benar-benar jatuh ke alam mimpi.

Fall in DAMN LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang