A/n : 12+ (dikit)
Keesokan paginya, Draco terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat. Pemuda pirang itu memandang sekeliling dan sadar bahwa dirinya masih berada di ruang rekreasi. Draco merubah posisinya menjadi duduk. Ia memijat kepalanya yang pening saat tiba-tiba saja Hermione muncul dari arah pantry. Gadis itu membawa nampan dengan sebuah cangkir serta roti di atasnya.
"Makan ini," ujar Hermione sembari mengulurkan nampan itu di depan wajah Draco. Draco menerimanya dan seketika dahinya mengernyit.
"Ini madu?" tanyanya sambil mencolek roti tawarnya yang diselimuti dengan cairan berwarna coklat keemasan.
"Aku pernah membaca di buku kalau orang yang mabuk itu lebih baik memakan madu di pagi harinya," jelas Hermione.
Draco mengangguk-angguk menanggapi. Ia mengambil satu lembar roti itu dan menggigitnya.
"Kau menyiapkannya sendiri?" tanya Draco.
"Tidak. Aku menyuruh peri rumah," jawab Hermione, "Oh ya, setelah sarapan kau harus segera mandi. Kau tidak ingin telat di kelasnya Professor Sprout kan?"
Draco membalas ucapan Hermione dengan acungan jempol karena mulutnya masih penuh dengan roti. Hermione mengamati Draco ketika tanpa sengaja ia melihat tanda merah di leher pemuda itu. Semalam, ia memang tidak terlalu memperhatikannya. Namun sekarang, saat menemukan itu, entah kenapa perasaan Hermione seperti diaduk. Hermione mengulurkan tangannya untuk menyentuh tanda itu. Refleks, Draco menepis tangan Hermione.
"Kenapa?" tanya Draco setelah menelan rotinya.
Hermione mengatur kembali posisinya dan berdeham.
"Tidak apa-apa," katanya.
Jangan tanyakan betapa bingungnya Hermione sekarang. Hermione tahu bahwa itu adalah kissmark. Pasti saat mabuk semalam, Draco melakukan make-out entah-dengan-siapa. Yang membuat dirinya bingung, adalah kenapa sekarang dirinya merasakan sakit dalam rongga dadanya.
Sementara itu, Draco tidak peka dengan perubahan sikap yang dilakukan Hermione. Ia memakan satu lembar roti lagi dan meminum susunya. Draco tersenyum senang saat apa yang dikatakan Hermione benar bahwa madu sangat baik untuk orang yang baru saja hangover.
Hermione bangkit dari duduknya dan meninggalkan Draco tanpa pamit. Saat punggung Hermione sudah menghilang dari pandangan, saat itulah Draco sadar akan suatu hal-- bahwa dirinya, Draco Malfoy, seorang pureblood, selalu menyukai perhatian kecil yang diberikan oleh mudblood bernama Hermione.
***
Koridor Hogwarts sangat penuh saat pergantian jam pelajaran seperti ini. Semua murid berjejalan di koridor untuk menuju kelas selanjutnya. Begitu pula Hermione. Seusai pelajaran Arithmancy, ia harus berdesak-desakan di koridor. Tubuhnya yang kecil juga menjadi sasaran anak bertubuh besar untuk menggencet tubuhnya. Saat semakin terdesak di dinding, Hermione merasakan sebuah tangan menarik dirinya keluar dari insiden desak-desakan itu. Begitu bisa bernafas normal kembali, Hermione menatap penolongnya yang tak lain tak bukan adalah Draco Malfoy.
"Thanks," kata Hermione pendek. Dari jarak sedekat ini, ia masih bisa melihat bercak merah di leher Draco yang berusaha Draco tutupi dengan kerah seragamnya. Dalam hati Hermione merutuk, karena lagi-lagi, perasaan sakit yang sama seperti tadi pagi kembali ia rasakan.
Draco membalas ucapan terimakasih Hermione dengan senyum termanis yang pernah ia berikan dan --jujur saja, senyuman itu membuat Hermione sedikit takut karena Draco terlihat mengerikan dan tidak normal.
Tapi sisi dirinya yang lain, tepatnya di jantungnya, Hermione merasakan degup yang sama seperti sebelumnya. Perasaan sakit yang sedetik lalu ia rasakan hilang seketika hanya karena senyuman itu. Ia kembali merasakan desir aneh yang memenuhi perutnya dengan jutaan luapan rasa bahagia hingga membuat sudut bibirnya tertarik keatas. Hermione suka perasaan ini. Dimana setelah merasakan sensasi ini, ia bisa yakin, bahwa nanti ia akan lebih banyak memikirkan Draco Malfoy. Yah, meskipun ia mengaku bahwa sedikit kecewa dengan pemuda pirang itu, tapi nyatanya sekarang Hermione sadar. Bahwa ia, seorang mudblood, sudah jatuh dalam pesona Sang Pangeran Slytherin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in DAMN Love
RandomDraco Malfoy tak pernah mau mengakui bahwa ia mencintai gadis itu. Gadis yang selalu ia usili, gadis yang selalu ia ejek, dan gadis yang selalu ia pandang rendah. Sensasi aneh yang biasanya ia rasakan jika ia berada di dekat gadis itu hanyalah gejal...