Chapter 13 : His Lips Touch Mine

6.6K 585 19
                                    

Hermione hanya menusuk-nusuk steak di depannya sambil tersenyum sedari tadi. Hari ini gadis Gryffindor itu merasa sangat senang karena kejadian kemarin malam terngiang-ngiang dalam otaknya. Ron yang melihat senyuman anehnya itu lantas bertanya.

"Hermione, kau kenapa?"

"Eh?" Hermione menegakkan punggungnya karena terkejut, "Apa?"

Ron memutar bola matanya sementara Harry kini mulai mengikuti perbincangan dua sahabatnya itu.

"Kau kenapa? Lihatlah steak mu, hancur."

"Oh aku-- aku hanya tidak berselera makan saja," jawab Hermione.

"Oh ya? Tapi kenapa kau senyum-senyum sendiri?"

"Tidak boleh, ya?"

Malas untuk berdebat dengan Hermione si Judes, Ron pun melanjutkan makannya.

Hermione berpaling dari Ron dan entah apa sebabnya ia tergoda untuk melirik ke arah meja Slytherin. Seketika jantung Hermione serasa melorot saat ia mendapati si Pangeran Es juga sedang menatapnya dengan intens. Dan rona merah itu muncul begitu saja di pipi Hermione tanpa bisa ia cegah.

"Hermione?"

Panggilan Harry membuat Hermione tersentak. Buru-buru ia menormalkan ekspresinya sebelum akhirnya menatap Harry.

"Apa?" tanya Hermione.

"Ummm pipi mu merah..." jawab Harry sambil menunjuk pipi Hermione.

Hermione langsung tergagap seketika. Buru-buru ia menutupi pipinya itu dengan rambut keritingnya.

"Tidak, kok," kata Hermione.

Harry mengangkat sebelah alisnya. Hermione makin tergagap. Ia memutus tatapannya pada Harry dengan meneguk jus labu.

Sementara itu, Harry memindah duduknya disamping Ron. Ia berbisik pada cowok berambut merah itu, "Hermione mulai gila, ya?"

Padahal di sebelahnya, Hermione masih bisa mendengar itu. Segera saja gadis ia menghantamkan piala nya yang sudah kosong ke atas meja dan menatap Harry serta Ron dengan tatapan membunuh.

"Bergosip di dekat orang yang kalian gosipkan? Jenius," ujar Hermione dengan nada sarkasme.

Harry tercengir. Anak-yang-Bertahan-Hidup itu terkadang memang idiot. Untung dia adalah sahabatnya, kalau tidak bisa dipastikan sekarang ia akan terkena kutukan dari Hermione.

Tak lama kemudian, jam sarapan sudah selesai dan semua murid yang ada di Aula Besar itu keluar untuk menuju ke kelas masing-masing. Hari ini Hermione, Ron, dan Harry ada pelajaran Sejarah Sihir.

"Ayo ke Rumah Hagrid, Harry!"

Itu suara Ron. Segera saja Hermione meliriknya dengan lirikan tajam.

"Kalian mau bolos, ya?"

Harry dan Ron gelagapan.

"Oh ayolah, 'Mione. Kita adalah pahlawan yang sudah menorehkan sejarah. Buat apa kita mempelajari Sejarah Sihir lagi? Buang-buang waktu!" kata Ron.

Hermione menyipitkan kedua matanya sembari menatap Harry dan Ron bergantian. Hal itu membuat Harry secara tidak sadar menggaruk tengkuknya sendiri.

"Kalian lupa kalau aku Ketua Murid Putri? Aku akan memotong poin asrama kalian," ujar Hermione.

"Kau lupa kalau asrama kita adalah asrama mu juga?" balas Ron sengit.

Otomatis Hermione mulai merogoh sakunya dan mengeluarkan tongkatnya. Sebelum melambaikan tongkat itu ke arah Ron, ia menggumamkan sebuah mantra yang membuat Ron tiba-tiba saja terjatuh dengan wajah yang menyentuh tanah duluan. Sadis? Memang. Hermione tidak suka terlihat bodoh, asal kalian tahu saja. Dan, Hermione memang selalu merasa benar meskipun sebenarnya ia salah.

Ron berdiri dengan kesal lalu menepuk jubahnya yang kotor terkena tanah. Pemuda Weasley itu mulai bersumpah serapah saat menatap punggung Hermione yang menjauh.

"Aku menyesal pernah menyukaimu, Er-my-knee!"

Hermione menghentikan langkahnya dan berbalik, "Aku tidak peduli."

Sementara Harry tertawa geli, Ron justru mengumpat lebih keras seraya mengacungkan jari tengahnya. Saat itu pula, dari arah belakang tiba-tiba seseorang berkata,

"Jaga kesopananmu, Weasley."

Orang itu pun berlalu, sementara Ron bergumam dengan kesal, "Tidak laki-laki, tidak perempuan. Semua Ketua Murid menyebalkan."

"Bahkan Percy lebih menyebalkan," sahut Harry.

***
Berakhirnya pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam juga merupakan pertanda bahwa pelajaran hari ini sudah selesai. Hermione mengemasi barang-barangnya sebelum melangkah keluar sendirian. Ia tidak menunggu Harry dan Ron karena ia masih merasa kesal pada kejadian pagi tadi. Hermione buru-buru melangkahkan kakinya ke Asrama Ketua Murid untuk segera mengerjakan tugas Astronomi yang kemarin tidak jadi ia kerjakan. Sesampainya di Asrama, Hermione menghampiri kamar Draco. Tapi kamar itu kosong. Hermione memutari seluruh Asrama dari mulai dapur hingga ruang rekreasi, tapi tetap saja ia tidak menemukan pemuda pirang yang sedang ia cari. Apa mungkin Draco sedang makan malam? Ah, mana mungkin.

Hermione menggertakkan giginya. Matanya menjelajah seluruh isi ruangan itu sebelum ia menepuk dahinya sendiri. Ia kan bisa bertanya pada Nott dan Zabini daripada capek-capek mencari pemuda itu ke seluruh penjuru Hogwarts. Bodohnya dia.

Hermione keluar dari Asrama menuju Asrama Slytherin. Untungnya, ia langsung melihat Zabini di depan pintu Asrama.

"Apakah kau melihat Draco?" tanya Hermione tanpa basa-basi.

"Woah, kau kesini untuk menanyakan soal Draco? Jangan-jangan..."

"Oh ayolah. Ini sangat penting."

"Ada apa memangnya?"

"Ck, kau banyak bertanya. Aku ada tugas dengannya."

"Oh begitu. Tadi Draco disini, baru saja ia keluar. Memangnya kau tidak berpapasan dengannya di koridor?"

"Kalau misalnya aku berpapasan dengannya, mana mungkin aku kesini. Bodoh."

Hermione berbalik begitu saja dan menjauh dari Asrama Slytherin. Di belakangnya, Zabini hanya bisa bergumam kesal.

Begitu kembali ke Asrama, ternyata di dalam ruang rekreasi sudah ada Draco dengan beberapa lembar perkamen serta secangkir coklat panas di depan mejanya. Hermione langsung menghampiri Draco dan memukul bagian belakang kepalanya.

"Aduh! Apa maksudmu?" Draco mengelus kepalanya yang tiba-tiba saja terasa berdenyut-denyut.

"Kau kemana saja? Aku mencarimu dari tadi."

"Aku berada di Asrama Slytherin," kata Draco.

"Dan aku baru saja sakit tapi kau memukul kepalaku dengan kekuatan Troll. Cerdik sekali," lanjutnya.

"Oh maaf. Aku hanya kesal. Tugas kita belum selesai."

"Ini," Draco menyerahkan perkamen-perkamen di atas meja tadi pada Hermione, "Sudah ku kerjakan semua dan sekarang kau bisa tutup mulut."

"Tapi sejak kapan...?" tanya Hermione sambil ragu-ragu mengambil perkamen itu.

"Aku mengerjakannya di Asrama Slytherin dan melanjutkan sedikit disini."

"Um, terimakasih."

"Cium dulu."

"E-eh?"

Pipi Hermione memerah. Ia tidak tahu Draco bercanda atau tidak.

"Sini," Draco menarik tangan Hermione dan mendudukkannya di sampingnya.

"Cium," Draco menyodorkan pipinya. Hermione semakin merah padam.

"Tidak lucu, Dra-"

Cup

Draco mengecup bibir Hermione sekilas. Langsung saja tubuh gadis itu terasa kaku, karena ia sama sekali tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti ini.

"Terimakasih," kata Draco sebelum ia pergi meninggalkan Hermione.

Sialan. Dua kali bibir itu menyentuh bibirnya. Dan Hermione, selalu saja dibuat mematung seperti ini. Dasar Ferret!

Fall in DAMN LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang