Chapter 5

6.9K 659 9
                                    

Draco Malfoy berjalan menelusuri koridor Hogwarts. Ia berniat menemui kawan-kawannya. Ia harus menceritakan sesuatu yang mengusiknya sejak kemarin malam kepada seseorang. Ia membutuhkan sebuah saran. Maka pemuda jangkung itu memutuskan untuk pergi ke ruang rekreasi Asrama Slytherin.

"Wow, mate!" Blaise memekik di depan pintu Asrama saat menemukan Draco sedang berdiri disana, "Oh kenapa kau tampak pucat, Draco?"

"Aku? Pucat? Bukannya warna kulitku memang seperti ini?" jawab Draco sambil meraba-raba wajahnya sendiri.

"Maksudku-- kau tampak sakit."

"Benarkah? Tapi aku merasa baik-baik saja."

"Oh, sudahlah," Blaise mengibaskan tangannya, "Lagipula ada apa kau kesini? Bukannya kau lebih suka memintaku dan Theo untuk datang ke Asrama Ketua Murid daripada kau sendiri yang menemui kami?"

Sebelum Draco menjawab, seseorang muncul dari belakang tubuh Blaise.

"Wow! Hi, mate!" Theo berteriak setelah penglihatannya menangkap sosok Draco, "Ada apa?"

"Itu juga yang baru saja ku tanyakan," ujar Blaise.

"Well," kata Draco, "Ada yang ingin ku katakan kepada kalian. Tapi bisakah kita masuk kedalam dulu? Menurut kalian apakah aku tidak lelah jika berdiri disini terus?"

Mereka memang masih berada di depan pintu asrama. Theo dan Blaise terkekeh pelan dan memiringkan badan untuk memberi Draco akses masuk. Setelah mendudukkan pantatnya di sofa hijau panjang di depan perapian, Draco langsung menghela nafas sambil memijit kepalanya. Cowok Slytherin itu terlihat sangat lelah.

Blaise, yang menyadari ini, menepuk pundak Draco dan bertanya, "Ada berapa masalah yang ada di otakmu sekarang?"

Draco menatap Blaise. Ia tak habis pikir bagaimana pemuda berkulit hitam itu selalu mengerti apa yang sedang dirasakan dirinya saat ini. Draco menghela nafas. Tiba-tiba ia merasa bimbang untuk menceritakan semuanya. Segalanya terlalu rumit. Kemarin malam, saat Draco sedang asyik bergelung di dalam selimutnya, tiba-tiba seekor burung hantu coklat mengetuk-ngetukan paruhnya ke jendela kamar Draco hingga memaksa dirinya untuk membukakan jendela. Begitu jendela terbuka, burung hantu coklat itu langsung memghambur masuk dan menunjukkan sebuah surat yang terikat di kakinya. Draco mengambil surat itu dan membukanya. Huruf M besar tercetak jelas di kop surat itu. Draco membaca lamat-lamat setiap kata yang ditulis oleh ibunya.

Untuk Draco, anakku

Draco, Mum tidak tahu harus memulai darimana. Mum sedang sakit, Draco. Dan ayahmu yang berada di Azkaban tak jauh berbeda kondisinya dengan Mum. Ayahmu sangat menderita, Draco. Ayahmu mulai gila. Mum takut, Draco. Mum takut hukuman ayahmu akan semakin diperberat, mengingat ayahmu adalah salah satu Pelahap Maut yang paling setia terhadap Tom Riddle. Maaf karena memberimu surat malam-malam begini. Mum hanya ingin mengabarimu, bahwa kondisi kesehatan Mum semakin hari semakin menurun. Malfoy Manor sekarang sudah tidak terurus lagi. Pelayan-pelayan memutuskan untuk berhenti bekerja. Mum kesepian, Draco. Mum tidak memiliki kawan, apalagi Bibi mu sudah tidak ada. Pulanglah, Draco. Kau tidak perlu meneruskan pendidikanmu. Mum tahu ini terlalu egois, tapi untuk saat ini Mum hanya menginginkanmu. Pulanglah, Sayang. Mum merindukanmu.

Narcissa M

Draco meremas surat itu sambil memejamkan mata. Tiba-tiba saja mulutnya terasa amat kering setelah mencerna tulisan ibunya. Entah apa penyebabnya, tapi yang pasti, ia kini merasa bersalah.

"Apa yang harus ku lakukan? Jika aku keluar dari Hogwarts, itu berarti aku juga akan melanggar janjiku sebagai Ketua Murid," ujar Draco pada Blaise dan Theo setelah selesai menceritakan permasalahannya.

"Tenang, Mate," kata Theo menepuk pundak Draco, "Pikirkan masak-masak keputusan mana yang akan kau kerjakan."

"Theo benar," timpal Blaise, "Kami hanya bisa menyarankan, Mate. Lebih baik kau meneruskan sekolah. Kau 'kan Ketua Murid Putra, bukankah kau bisa bebas jika sewaktu-waktu ingin menjenguk ibumu? Lagipula ini tahun terakhir kita. Sebentar lagi kita lulus. Sayang sekali jika kau keluar sekarang. Tapi semuanya kembali padamu. Untuk keputusan, tergantung pada pilihanmu."

Draco mendesah frustasi. Ia mengacak rambut pirangnya dengan asal. Membuatnya lebih berantakan dari sebelumnya. Blaise dan Theo tidak membantu sama sekali. Draco mengusap wajahnya kasar dan bangkit berdiri. Ia meninggalkan kedua kawannya tanpa pamit.

•••
Mendapati seorang gadis yang tertidur di sofa membuat Draco mau tak mau memindahkan Hermione ke kamarnya. Diangkatnya tubuh Hermione ala brydal style. Ia memgamati wajah Hermione yang sedang tertidur. Berbeda ketika saat sadar, Hermione dalam keadaan tidur jauh lebih menyenangkan untuk dilihat. Karena saat tidur, Draco bisa puas memandangi wajah cantiknya tanpa takut terkena Mantra Avis andalannya. Menggunakan kakinya, Draco menendang pintu kamar Hermione hingga menjeblak terbuka. Sayangnya, saat ia masuk, tiba-tiba pintu di belakangnya terbanting tertutup dengan keras. Draco berjengit. Tanpa memikirkan apa-apa lagi, ia menaruh tubuh Hermione ke atas ranjang Gryffindor nya dengan hati-hati. Draco menarik selimut merah marun milik Hermione sampai ke leher gadis itu. Sekali lagi, Draco memandangi wajah damai Hermione. Ia tersenyum saat melihat Hermione yang bernafas dengan lambat-lambat. Detik selanjutnya terjadi secara tiba-tiba dan tanpa Draco sadari. Ia mendekatkan bibirnya ke kening Hermione dan mencium gadis itu dengan lembut. Aroma vanilla yang menyenangkan dari rambut coklat gadis itu menggelitik indra penciuman Draco hingga membuat pemuda itu enggan melepas kecupannya. Draco merasakan pipinya memanas. Ia segera bangkit dan berjalan menuju pintu. Namun ia langsung membeku saat handle pintu yang ia putar tidak berfungsi. Draco terus mencoba mendorong pintu itu, namun sia-sia. Pintu itu seperti terkunci oleh mantra. Pasti ini merupakan salah satu perlindungan yang dilakukan khusus untuk kamar seorang Ketua Murid Putri. Draco berinisiatif untuk membuka pintu itu dengan sihir. Tetapi segera saja ia ingin menghantamkan kepalanya ke dinding karena baru saja ingat bahwa ia meninggalkan tongkat sihirnya di ruang rekreasi.

Draco menatap sekeliling kamar Hermione dan segera saja bulu kuduknya merinding. Ia membayangkan segala kemungkinan mantra apa yang akan Hermione rapalkan kepadanya apabila besok ia terbangun dan mendapati Draco berada dalam kamarnya. Draco meneguk ludahnya sendiri dan segera mencari akal agar ia bisa keluar dari kamar Hermione. Draco mengedarkan pandangannya dan berharap menemukan tongkat sihir Hermione. Setelah beberapa detik, akhirnya matanya menangkap tongkat kayu anggur itu berada di atas nakas di samping tempat tidur Hermione. Draco berjalan kesana. Tanpa pikir panjang, ia segera mengambil tongkat itu. Tepat ketika tangannya menggenggam tongkat itu, tiba-tiba sebuah sensasi seperti tersengat listrik berkekuatan ratusan watt menyengat kulit Draco. Refleks, Draco mengumpat keras dan membanting tongkat di tangannya. Huh, sial! Tipikal Granger, melindungi barang-barang pribadinya dengan mantra yang berbahaya. Draco mendengus. Pikirannya kembali di penuhi dengan bagaimana cara keluar dari kamar Hermione. Ia berjalan mondar-mandir di depan daun pintu. Tidak mungkin ia keluar lewat jendela yang berada di sisi kiri kamar, mengingat Asrama Ketua Murid ini berada di menara yang tingginya berpuluh-puluh meter dari tanah. Bisa saja ia menggunakan sapu terbang, tapi tahun ini Draco meninggalkan sapu terbangnya di Malfoy Manor karena ia sudah tidak masuk Tim Quidditch lagi. Lagipula, ia tidak mau menggunakan sapu sekolah. Kurang elit jika dibandingkan dengan Nimbus 2001-nya. Beberapa menit kemudian Draco menyerah. Ia memutuskan untuk bermalam di kamar ini saja. Tidak satu ranjang dengan Hermione, tentu saja. Pemuda pirang itu mengambil selimut lain milik Hermione yang terletak di ujung ranjang lalu menebarnya di lantai di samping tempat tidur Hermione. Begitu merebahkan tubuhnya ke atas selimut, Draco mengernyit. Punggungnya langsung terasa seperti tersengat es. Dingin sekali. Draco menghela nafas pasrah lalu memejamkan matanya. Yah, setidaknya hanya malam ini saja ia tidur dengan 'cara tidak Malfoy sekali' seperti ini.

Konfliknya mulai muncul ya(〜^∇^)〜

15++ votes for next? Thx before xD

Fall in DAMN LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang