Sore itu, di tepi Danau Hitam, Hermione dan kedua sahabatnya, Harry dan Ron, sedang menghabiskan waktu. Jujur saja, Hermione merindukan kebersamaan seperti ini dengan mereka. Tentu saja hal ini karena Hermione terlalu sibuk dengan tugas-tugas, persiapan NEWT, dan juga Draco. Kalau mengingat soal kejadian penempelan bibir mereka untuk kedua kalinya, selalu saja membuat Hermione merasa aneh pada dirinya sendiri. Di kubu hati ia menginginkannya, di kubu lain ia merasa gengsi.
Ngomong-ngomong soal Draco, akhir-akhir ini Hermione sering tidak melihat Draco berada di Asrama. Hermione tahu bahwa Draco kerap pulang ke rumahnya untuk mengecek keadaan Narcissa. Namun, apakah harus sesering itu?
"Hermione, kau kenapa?"
Hermione menghentikan aksinya mencabuti rumput dan menatap Harry.
"Apa?"
"Lihatlah tanganmu."
Hermione mengikuti perintah Harry dan langsung mengernyit jijik saat tanah dan rumput masuk ke dalam sela-sela kukunya.
"Ada apa? Kau memikirkan apa?"
"Bukan apa. Aku memikirkan siapa."
"Siapa yang kau pikirkan? Aku? Pasti kau menyesal karena menolakku dulu," sahut Ron tiba-tiba.
Hermione memutar bola matanya, "Percaya diri."
"Siapa yang kau pikirkan?" Harry kembali berujar dan memotong Ron yang hendak berbicara.
"Hanya seseorang yang tidak penting."
"Tidak penting tapi kau pikirkan? Kau bodoh atau bagaimana?" ucap Ron dengan santainya.
Hermione mencabut rumput di depannya lagi lalu melemparkannya ke arah rambut Ron.
"Aku hanya memikirkan Draco," ujarnya setelah puas melempari Ron.
"Malfoy?" Harry bertanya seolah tidak percaya.
"Hm. Beberapa hari lalu dia sakit. Dan setelahnya ia jarang sekali di Asrama."
"Kemana?"
"Ke Manor nya. Ibunya semakin parah."
"Lalu?"
"Lalu apa?"
"Kenapa kau memikirkannya?"
"Aku tidak tahu, Harry. Jangan tanyakan itu."
Hermione menenggelamkan kepalanya di lutut. Benar kata Harry. Kenapa dia memikirkan Draco? Apakah karena efek aneh saat ia berada di dekat pemuda itu?
"Kau jatuh cinta padanya."
Bisikan Harry membuat punggung Hermione menegak seketika. Ia menatap sahabatnya itu dengan pandangan what-the-fuck-kau-bercanda-kan.
"Hermione jatuh cinta pada Malfoy? Demi Kotoran Merlin, itu sungguh konyol," Ron tertawa terbahak-bahak.
"Aku tidak jatuh cinta pada dia. Dan tidak akan pernah. Okay?"
Hermione berdiri dan menepuk rok nya. Ia berjalan meninggalkan kedua temannya begitu saja.
"Hey 'Mione! Jangan marah!" teriak Ron.
Hermione melambaikan tangannya dan membalas berteriak tanpa berbalik, "Aku mau ke Aula Besar."
Tapi sebelum ke Aula Besar, Hermione pergi ke kamar mandi Asrama terlebih dahulu untuk mencuci tangannya yang kotor. Setelahnya ia mengganti pakaiannya. Barulah ia turun ke Aula Besar untuk makan malam. Sepanjang perjalanan itu, Hermione memainkan tongkatnya untuk mengeluarkan kenari-kenari kesukaannya. Melihat kenari itu, ia jadi teringat Draco. Mengingat bagaimana takutnya Draco saat ia mengancam dengan kenari-kenari itu membuat Hermione tersenyum sendiri.
Tunggu.
Astaga.
Ia memikirkan Draco lagi.
Damn!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall in DAMN Love
RandomDraco Malfoy tak pernah mau mengakui bahwa ia mencintai gadis itu. Gadis yang selalu ia usili, gadis yang selalu ia ejek, dan gadis yang selalu ia pandang rendah. Sensasi aneh yang biasanya ia rasakan jika ia berada di dekat gadis itu hanyalah gejal...