i wanna ask you something

276 17 0
                                    

*Justin's POV*

Ariana mengikat rambutnya seperti biasa,memakai skiny jeans,crop tee tanpa lengan,jaket abu-abu dari Gigi. Bagaimana gadis ini bisa cantik setiap harinya jika persiapannya sesederhana ini? "Justin aku ingin bertanya padamu."Katanya sambil menatap pantulan dirinya di cermin. "Kau bisa bertanya apapun padaku"sahutku masih duduk dj ranjang nya. "Apa aku cantik?"tanyanya. Kau cantik,Ari. Kau sangat cantik. "Mengapa kau bertanya seperti itu?"tanyaku. "Entahlah...aku hanya merasa,orang memperhatikanku karena aku president student"jawabnya santai lalu menyambar ransel hitam metalik elizabeth miliknya.

Kami naik mobil jeep putih milik Ariana. "Kau nervous?"tanyaku melirik padanya yang sedari tadi terus bergerak merubah posisinya. "Yeah...i need hug"jawabnya. Aku terkekeh lantas memeluknya. Kami sedang di lampu merah. "Thanks"gumamnya. Aku mengangguk lantas melanjutkan menyetirku.

Kita telah sampai di sekolah. "Hanya menjadi host. Hal yang mudah bukan,bagi seorang Ariana?"tanyaku merangkul pinggangnya. Fyi,Ariana tidak suka bahunya di rangkul. "Ya... saat aku dipanggung nanti pasti nervousnya akan hilang."jawabnya penuh percaya diri,typical Ari.

*Ariana's POV*

Aku membuka jaketku,lalu mengikatnya dipinggangku. "Kau siap?"tanya Luke yang sedari tadi berdiri disamping menunggu acara sebentar lagi dimulai dalam hitungan menit. "Ya"jawabku singkat. "Kau bisa melakukannya"ucap Luke. Aku menatap mata birunya,dia tersenyum lembut padaku. Aku membalas senyumannya lantas memeluknya kilat.

Murid-murid di aula tengah menyorakkan namaku dan Luke bergantian. Aku yang masih di backstage hanya tersenyum melihat semangat mereka. Terutama Justin dengan team basketnya,dan Gigi,Kendall, Barbara dengan team cheersnya.

Aku menaiki panggung di bantu Luke yang menggenggam tangan kananku. "Selamat pagi,kawan"sapaku. Mereka semakin bersorak riuh. "Aku tahu,Ariana memang cantik.. tapi,bisakah kita mulai acaranya?"tanya Luke. Yang membuat murid lelaki menyoraki Luke yang merangkul pinggangku possesiv. "Baiklah..  kita mulai dengan presentasi promo demo teman-teman kita dari art club. Make some noice"seruku,yang membuat mereka semakin semangat. "Kau tahu cara mengatasinya"bisik Luke. Aku mengangguk.

*Luke's POV*

Tak terasa sedah dipenghujung acara. Kurasa yang memasuki music club cukup banyak. Apalagi saat mendengar Shawn menyanyikan lagu dengan gitar andalannya. Shawn memang mahir membuat kaum hawa terpesona. "Terima kasih atas waktu yang diluangkan teman-teman. Terima kasih juga tealh mempermudah acara ini karena semangat kalian. Selurub eskul mulai aktif minggu depan. Sekian dari kami. Saya Luke hemmings dan partner saya Ariana grande mengundurkan diri."jelasku. "Thanks guys. Remember?"tanya Ariana. "We are one.. we are one"Seluruh siswa mengucapkan motto itu berkali-kali. Itu adalah motto yang sengaja di nyatakan Ariana karena ia sangat menjunjung tinggi kebersamaan.

Aku dan Ari sedang bersandar di sofa backstage. "Kau ingin ke kantin?"tawarku yang merasa Ariana kehausan. Dia mengangguk lalu bersidiri. Kami berjalan beriringan ke kantin. Setelah sampai di kantin. Ari langsung ambruk di tubuh Justin sambil mengalungkan tangannya di leher Justin dari belakang. Mereka lucu.

Kami semua duduk di sekitar satu meja. "Kalian melakukan kerja bagus"ucap Ariana di tengah keheningan. "You also"ucap kami serentak. Dia terkekeh lantas kembali meminum sodanya. Ari sangat menyukai minuman susu manis bersoda itu.

*Ariana's POV*

Kami sedang tertawa-tawa dikantin. Ada Aku,Zayn,Justin,Gigi,Kendall, Barbara,Shawn,dan Luke. Saat aku sedang menyantap pasta-ku, aku merasakan air,dingin, lengket,mengguyur tubuhku. Aku terdiam sejenak,kulihat teman-temanku itu melihat kebelakangku. Logan. "Maaf..Ariana,Aku tak sengaja"ucapnya menunduk sambil memberikanku sapu tangannya. Aku berbalik menatap matanya. Rasanya amarahku memuncak,lalu perlahan merasa seperti ditarik. Kenangan itu kembali terputar difikiranku. Logan.

"Ariana,aku harus mengatakan sesuatu padamu"ucapnya menatap mataku tepat dimanik.
"Katakan saja. Tak usah meminta izin"jawabku.
"Maukah kau menjadi kekasihku?"tanyanya yang membuatku terdiam seribu bahasa.
"Logan... aku terlalu nyaman dengan status kita sekarang yang sebagai sahabat"jawabku mencoba menjelaskannya.
Dia mengangguk,lalu tersenyum padaku. Dan sejak hari itu Logan tak ingin menjadi bagian dari kami. Tepatnya setahun yang lalu. Dia menjadi mengucilkan dirinya yang bernotabene sebagai ketua eskul drama. Eskul yang menjadi eskulku juga selain art.

Seakan tersadar dari flashback tentang Logan,Aku tersenyum padanya dan dia menatapku terkejut. Baiklah ini memang aneh. Aku dikenal sebagai orang yang tak dapat menahan rasa amarahku. Jika aku ingin mengutarakan seauatu aku langdung mengutarakannya tanpa berfikir 3kali,cukup 2 kali.
"Tak apa.. kau tak sengaja bukan?"tanyaku,dia mengangguk. "Baiklah,lain kali hati-hati"ucapku menepuk bahunya. Dia tersenyum kecil lalu berlalu begitu saja.

Aku masih berdiri. "Apa yang kalian lihat. Cepat pinjamkan aku baju ganti!"seruku sambil terkekeh. Barbara langsung berdiri,"Aku memiliki rok dan kaos di lokerku"ucapnya girang sepwrti biasa. "Kau ambilkan,aku ke toilet. Bye guys"ucapku lantas berlari kecil ke toilet diujung koridor.

Aku telah keluar dengan skinny jeans dan jaketku yang untungnya tak terkena basahnya es syrup itu. aku mengganti bajuku dengan kaos bertuliskan 'kiss me' dasar Barbara. Untungnya rambutku tadi kugulung saat makan jadinya tak kena siram. "Ayo..Palvin"ucapku. Dia tersenyum lalu mengikutiku. "Aku ingin menjadi sepertimu,Ari"ucapnya. "Maksudnya?"tanyaku. "Ya..lau selalu cantik disetiap keadaan. Bahkan saat menangis pun kau masih cantik. Oh... atau..atau.. saat kau marah!! Kau jauh lebih cantik"katanya heboh,typical Barbara. "Jangan pernah ingin menjadi orang lain,B. Karena kau pasti memiliki sesuatu yang tak ia milikkan. Kita harus menyayangi diri kita. Syukuri apa yang kau miliki"aku memberi sedikit nasihat padanya. "Ahh...Aku mencintaimu Ari"ucapnya dan langsung memelukku. Aku mbalas pelukannya "sebagai saudara"lanjutnya. "Sebagai saudara. Aku tersenyum,aku bisa merasakan juga jika ia sedang tersenyum.

*Zayn's POV*

Aku cukup terkejut melihat Ariana yang bisa menahan amarahnya tadi. Aku jadi ingat saat seorang gadis yang tak sengaja membuka lokernya saat Ari lewat dan tak disangka mengenai punggung Ari. Dia membuat gadis itu ketakutan dan keluar sekolah esok harinya padahal Ari tak melakukan apapun kecuali menatapnya tajam. Gadis yang malang. "Bagaimana usahaku?"tanya seseorang yang menarikku sadar lagi. Ariana. "Usaha?"tanyaku spontan. "Ya,usaha menjadi peri baik"jawabnya acuh yang mengundang tawa kami meledak dan melanjutkan makannya yang masih banyak. "berapa kali ku bilang padamu,Ari. Kau tak jahat"ucapku. Dia mengangguk,lalu tersenyum menunjukkan dimples-nya. Manis sekali dia.

Aku masih tak memasuki kelas. Kali ini bersama Ari dan juga Luke. Setidaknya,kami tak canggung. "So..apa yang kita lakukan?"tanya Luke. "Entahlah..Aku ikut kalian saja"jawab Ariana mengadahkan kepalanya pada lipatan tangannya di meja. "Apa kau sudah lihat timeline forever 21?"tanyaku. "Ya..dan itu menyakiti hatiku karena mereka mengadakan diskon besar-besaran di akhir bulan seperti ini"ucapnya. Oh...jadi ini alasan Ariana menjadi tak semangat. "bagaimana jika aku yang membelikanmu baju-baju itu?"tanyaku. "Aku memiliki uang yang cukup untuk memborong Zayn. Tapi,aku ingin mengurangi sifat shopaholicku."jawabnya. Aku terkekeh. Ariana Grande? Ingin berhenti menjadi shopaholic? Bullshit.

Akhirnya kita makan siang di rumahku. "Bagaimana masakkanku?"tanya Ariana. Ya...dia memang membantu Mom memasak. "Maksudmu... masakan Mom Trisha dan kau?"tanyaku seakan menyindirnya. Dia menyengir lantas membereskan piring-piring di meja dan mencucinya. Mom sedang pergi ke kantor Dad mengantarkan makan siang.

Aku dan Luke sedang bermain PS di kamarku menunggu Ari yang sedang membereskan dapur dan meja makan. Bukan bermaksud tak ingin membantu. Tapi,Ariana itu...aneh. dia tak ingin di bantu jika masih melakukannya sendiri. Apa dia tak lelah? *cekrek* "Zayn..."rengeknya lalu menghempaskan dirinya disampingku. "Apa?"tanyaku lembut. "Aku ingin pilok"ucapnya. Oh...aku tau arah pembicaraan ini.

Luke pulang. Tinggallah aku dan Ari. Ariana yang sedang memakai masker diwajahnya dan tangannya yang membawa pilok silver terliht sedang berfikir. Aku memperhatikannya yang sedang berfikir. Jadi...aku memiliki ruangan di halaman belakang rumahku untuk bercoret ria. Ruangan ini penuh dengan pilok berwarna-warni.

Aku baru sadar jika Ari telah menyelesaikan karyanya. Dia membuat seperti gedung sekolah kami lalu terdapat tulisan Damn,high school!. Julukan yang bagus. Aku memotretnya dengan Iphoneku. "Bagaimana?"tanyanya seraya melepaskan masker. "Amazing"jawabku. "Ari...aku ingin bertanya sesuatu padamu"ucapku.

Damn! High schoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang