Damn,high school!

199 13 0
                                    

*Zayn's POV*

Setelah Ariana terlelap di ranjang empuknya,Aku keluar kamar dan mendapati Mom Alice yang sedang berdiri di balkon utama kediaman Grande ini. "Mom"sapaku saat berdiri disampingnya. "Oh..Zayn. sebaiknya kau menginap saja ini sudah pukul 1 pagi. Selama itukah waktu yang kuhabiskan dengan Ariana? Tapi aku merasa itu hanya sebentar,ini aneh. "Baiklah..aku akan tidur di kamar tamu"ucapku. "Kamar tamunya masih berantakan. Kau tidurlah disamping Ariana. Mom percaya Padamu."ucap Mom Alice yang membuat darahku mendesir seketika. "Mom yakin?"tanyaku. "Bukankah Mom sudah mengatakannya? Mom percaya padamu"Tegas Mom Alice mencengkram lemvut kedua bahuku. "Aku tak akan mengecewakanmu"ucapku,yang sebetulnya membuatku bergidik geli mendengar perkataan bijakku itu. Mom Alice tersenyum "tidurlah,lagi pula besok Libur. Dan..makan malam bersama kalian kali ini dirumah ini"ucap Mom Alice mengingatkanku pada ritual kami. Aku mengangguk lantas tersenyum dan melangkah menuju kanar Ari. "Mm..Zayn?"aku menghentikan langkahku lantas berbalik. "Kau yakin berandalan yang memperkosanya tadi tidak sampai memerawaninya?"tanya Mom Alice. "Aku yakin..Ariana cukup kuat untuk melindungi mahkotanya"ucapku. Ya lagi pula celananya masih melilit tubuhnya.

Aku menghempaskan diriku ke ranjang Ariana. Aku yang biasa tidur hanya memakai boxer masih melakukannya. Ari juga tahu kebiasaanku itu. Aku masih ingat saat teman-temanku mengatakan Ariana mencintaiku. Sebegitu besarkah cintanya padaku? Kurasa saat tragedi kecelakaan itu membuktikannya,lantas apa yang kutunggu lagi? Bukankah aku pernah mencintai Ariana. Walau kami masih kelas 7 saat itu...tapi,tetap saja ia cinta pertamaku walau tak menjadi pacar pertamaku. Aku memiringkan badanku ke sebwlah kanan agar bisa memandang wajah cantik milik seorang Ariana Joan Grande yang tak akan pernah membuatku berpaling darinya.
.
.
.
.
.
.

*Ariana's POV*

Aku terbangun karena merasakan pintu yang terbanting,suara cekikikan,bunyi kamera,dll. "Berisik!!!"raungku. Seketika semua suara itu menghilang. Aku mulai membuka mataku dan reflek melihat ke tepat dibawah dadaku ada sebuah lengan kekar bertato melingkar disana. Zayn. Seketika jantungku berdegup kencang,kurasakan tenggorokanku tercekat. Aku memandang Luke,Justin,Shawn,Kendall,Gigi,dan Barbara yang menatapku dengan senyum menggoda ala mereka masing-masing. "Apa?!"desisku. Aku mencoba menyingkirkan tangan Zayn. Tapi..ia semakin mengeratkannya. "Zayn"gumamku. "Kumohon.."lirih Zayn yang membuat Justin yang sedang merekam aku dan Zayn dengan video di IPhonenya tertawa geli.

Setelah kejadian canggung tadi,aku segera masuk kamar mandi dan mengganti bajuku dengan dress bermotif bunga berwarna putih diatas lutut. Aku menata rambutku dengan khasku. Aku keluar kamar dan menemukan kamarku dengan keadaan yang benar-benar berantakan. Aku merapikan bantal-bantal,guling-guling,sprei,lalu bed covernya. Ku rapikan meja belajarku,meja riasku,kaca yang terletak di sudut ruangan,rak sepatu,lemari tas,lemari baju,karpet dan yang terakhir gorden. Aku keluar kamarku dan mendapati kawan-kawanku itu sedang tertawa bersama. Aku berjalan mendekati Shawn dan menepuk bahunya. Shawn tersenyum padaku lantas menarik pinggangku untuk duduk di pahanya. Lalu,aku merangkul leher Shawn dengan lengan kananku. Kami terus bercerita sampai Justin berkata "bagaimana kalau kita main Thruth or Dare?"tanya Justin yang menimbulkan seringaian kami

Aku memutar botolnya masih dengan duduk di pangkuan Shawn. "Shawn..aku tidak berat kan?"bisikku. Dia menggeleng lantas mengecup pipiku. "Ha!! Kena kau"aku melihat Justin menjambak rambutnya frustasi dan Kendall tertawa jahat. "Biar aku yang bertanya"tegas Kendall. "Thruth or Dare?"Tanya Kendall. "Thruth"jaqab Justin. "Baiklah.. Berapa kali kau melakukan sex?"tanya Kendall sambil menyeringai. "entahlah..6 kurasa"jawab Justin santai. "Ooh" "Justin!" "It's discusting!" "You insane bro" "hahaha" seketika suara kami bertabrakan yang diakhiri dengan tawaan Luke. "Next!"ucapku seraya memutarkan botolnya. Oh no! Aku. "Well.. Ari thruth or dare?"tanya Gigi. "Thruth"jawabku tanpa fikir 2 kali. "Seperti yang kita tahu kau mencintai Zayn,apa kau berharap ia menjadi pacarmu?"tanya Barbara. Apa dia gila? Jelas-jelas Zayn duduk tepat dihadapanku dengan wajah yang mengisaratkan kemarahan sejak Shawn memangkuku. "Baiklah.. kalian tahu? Bagiku mencintainya adalah mimpi terindah. Melihatnya tersenyum adalah goalku. Menurut teoriku,cinta tak harus memiliki. Dan..aku tahu Zayn,sampai kapanpun kau tak akan mau bersamaku. Aku sadar diri. Jelas pacar-pacarmu jauh lebih menawan dibanding aku yang hanya.. kau tahu. So..aku tak mengharapkan apapun lagi. Karena mencintainya dengan sepenuh hatiku adalah anugerah terindah"jawabku yang diakhiri dengan tetesan air mata.

Damn! High schoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang