what the hell is going on?!

185 12 1
                                    

Hari ini konser Ari yah?? padahal dari apartemenku ke Jiexpo itu deket banget...  Saudaraku emang PHP bgt. Padahal dia punya 2 tiket yg festival A tapi satunya dikasih kegebetannya. Padahalkan aku saudaranya! HUAAAAAA!!! aku kutuk aja mereka! (Lah kok jadi curhat sih) maaf yah!!

Keep reading guys :)

*Justin's POV*

Aku mendorong kursi roda Ari menuju kelas. Gigi membawa tas Ari dalam pelukannya. Dapat kulihat dari sini Zayn sedang menatap kearah kami dengan Kylie yang melambaikan tangannya pada Ariana. Lantas lari menuju Ariana. "Hay..Ari. bagaimana kabarmu?"tanya Kylie ramah. Jujur saja,jika aku menjadi Ariana pasti aku sudah membencinya. tapi aku tahu sekarang mengapa Ariana tak membencinya. Hanya karena dia adik seorang Kendall Jenner. "Ouh..Hi Kylie. Aku baik-baik saja"sahut Ariana tersenyum lemah. Aku benci senyum lemahnya itu. "Bagaimana ini terjadi?"tanya Kylie yang sekarang Zayn telah merangkul pinggang Kylie tepat didepan mata Ariana. Kuulangi tepat didepan mata Ariana. "Aku menyerahkan diriku kepada malaikat pencabut nyawa"Jawab Ariana segera memutar roda kursi rodanya dengan tangannya. "Biar kutebak pasti dia nangis sekarang." Ucap Gigi menatap Zayn tajam. Kulirik Kylie yang menampakkan wajah kebingungngannya. Gadis bodoh.

Aku berlari menuju kelas math. Syukurlah,Ariana ada disana. Aku menempatkan diriku duduk disamping Ariana yang duduk di kursinya. wait,kursinya?? "Bagaimana bisa kau duduk disini?"tanyaku. "Dia membantuku"jawab Ariana. "Harry styles?"aku menunjuk cowok berambut kriting itu. "Ya,dia cukup baik"komentar Ariana. "Kau tertarik padanya?"tanyaku. "Apa yang kau bicarakan?"tanyanya. Aku mengangkat bahuku acuh lantas membuka buku math.

Setelah menggendong Ariana ke kursi rodanya. Barbara telah menunggu di depan pintu kelas. "Waktumu habis Mr.Bieber"ucap Barbara diringi cengiran khas nya itu. "Waktu mu di mulai Ms Palvin"ucapku mengikuti gaya bicaranya tadi. "Ari,kita bertemu saat istiahat?"dia mengangguk. "Bye"Ariana dan Barbara melambaikan tangan padaku.

Pelajaran english liteature. Sangatlah membosankan. Karena gurunya tidur. Kurasakan seseorang duduk disebelahku. Aku menengok. Zayn. "Hey!! whatsup bro"sapaku. Dia hanya tersenyum lemah. "Ada apa?"tanyaku. "Entahlah,aku sangat sangat merasa bersalah terhadap Ariana"ucapnya bersender pada bagian belakang bangku. "Merasa bersalah? Kau baru merasakannya sekarang?"tanyaku tersenyum remeh. Dia terdiam merenung. Aku menepuk bahunya. "Kau sahabatku Zayn. Aku juga sahabat Ariana. Aku tahu dia mencintaimu begitu tulus. Walau ia sering tersakiti dan terabaikan tapi apa? Dia tetap mencintaimu."Zayn menatapku dengan raut wajah menyesal. "Aku harus bagaimana Justin?"tanya Zayn.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

*Ariana's POV*

"Ari,aku tak mengerti. Bisa kau tunjukkan caranya?"bisik Barbara yang duduk disebelahku. Aku menuliskan caranya di kertas coret-cotetan lantas menggesernya ke Barbara. Ya,kami memang sedang ulangan harian. Itu sebabnya aku memaksakan masuk sekolah. "Thanks"gumamnya.

Barbara sedang sibuk. Menelpon Justin tak diangkat,menelpon Shawn juga begitu. "Bagaimana dengan Luke?"tanyaku. "Oh iya..bocah pirang itu"cercah Barbara. "Hai..Barb,apa yang kau lakukan?"tanya seseorang yang membuatku langsung menatapnya. Zayn. "Ah..syukurlah Zayn kau datang. Tolong gendong Ariana ke kursi rodanya yah.."pinta Barbara. Aku menatap Barbara sambil menggeleng dia hanya mengangkat bahunya lantas terasenyum paksa. Huh..menyebalkan.

Zayn mendekat kearahku. Ia menyelipkan tangannya dipinggang bagian belakangku dan di bawah lututku. Aku menatap matanya yang ternyata sudah menatapku duluan. "Maaf menyusahkanmu"gumamku. Ia hanya diam tak menjawab apapun. Yap!! Kurasa dia membenciku. Ia meletakkanku secara perlahan di kursi rodaku. "Thanks"ucapku ia mengangguk dan pergi begitu saja. Barbara menatapku prihatin. Aku tersenyum lemah dan mengisyaratkannya membantuku mendorong kursi rodaku.

Damn! High schoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang