Sei

4.6K 232 5
                                    

Baru saja Alia membuka pintu ruangannya, tiba-tiba saja komplotan seruangannya kembali membuat keusilan. Seperti Julie yang menyapa selamat pagi dengan senyam-senyum penuh arti. Venny yang membawakan teh manis untuknya. Jhonny yang membersihkan meja kerjanya.

Alia menaikkan alis mata kanannya, ia mendadak cengo. Ada apa dengan dunia?

Oh ya, Alia baru menyadari dengan tentengan pakaian yang ia bawa, "Julie, ini pakaian waktu itu, terima kasih banyak. Kau sungguh membantu." Kata Alia tulus. Ia kembali terbayang kejadian mengenaskan binti memalukan itu.

Julia menerimanya dengan senang hati, "sama-sama." Gadis itu tersenyum lagi.

"Ada apa sih?" Alia semakin risih dibuatnya. Alia mendadak parno dengan penampilannya, ia segera ke toilet untuk bercermin. Jangan-jangan lipstik yang ia pakai meleset hingga ke area wajah. Atau maskaranya luntur sehingga ia seperti hantu. Atau ia memakai sepatu yang salah.

Alia mendesah saat cermin menjawab segala keparnoannya. Tidak ada yang salah.

Tiba-tiba ia teringat foto itu. Wajahnya memanas dan kulit putihnya berevolusi menjadi warna merah padam. Mereka tidak menyadari kalau itu dirinya kan? Bathinnya berteriak kencang.

Astaga, mengapa ia bisa melupakan poin penting itu?

Alia mulai berpikir untuk mencari orang iseng sialan itu. Ah, menyebalkan.

Alia keluar dari toilet dengan menunduk. Lalu berpura-pura serius dan bersikap polos seolah tak tahu apa-apa melanjutkan pekerjaannya yang menumpuk. Ia menahan diri untuk tidak berkomunikasi dulu dan fokus terhadap pekerjaannya.

Semoga saja masalah tidak datang lagi, harapnya.

●●●

Sejak pagi Alex sudah mondar-mandir di kamarnya, tangannya di ketuk-ketuk ke meja, lalu ke dagu, berpikir keras, kemudian mondar-mandir lagi bak setrika yang sedang banyak tugas. Begitu seterusnya hingga satu jam lamanya.

Ah, ia tidak bisa di sini terus. Alex mulai berpikir untuk datang ke kantornya, karena ada begitu banyak hal yang harus ia kerjakan, pecahkan, dan selesaikan. Ia membuka pintu kamarnya pelan-pelan, kemudian mengeluarkan kepalanya sedikit dan matanya melirik ke kiri dan kanan bak pencuri yang sedang melancarkan aksinya.

Ruang keluarga terlihat sepi, senyap, tak ada kehidupan. Bagus sekali, berarti ibunya sedang berada di luar rumah. Ia berpikir kalau dirinya bisa pergi ke kantor sekarang. Ia tahu kalau ibunya mengetahui rencananya, pasti ia ditahan mati-matian. Astaga, Alex yakin hal itu mengesalkan sekali.

Alex berlari ke bawah kemudian membawa mobilnya keluar. Akhirnya ia bisa bernafas lega karena tidak ada seorang pun yang menghalangi rencananya.

"Sisca," suara Alex terdengar datar namun ada rasa dingin yang menusuk bagi siapa pun yang mendengarnya.

"Bisakah kau ke ruanganku sekarang?" Suara Alex terdengar memerintah, kemudian setelah mendapat jawaban apa yang ia inginkan Alex menutup telepon wireless di ruangannya dan kembali berpikir. Ia menimbang-nimbang pertanyaan seperti apa yang harus ia gunakan agar gadis itu tidak curiga.

Alex yakin kalau Fero tidak akan buka mulut mengenai hubungannya dengan Alia kepada Sisca. Ia tahu pria bajingan itu akan menutup rapat-rapat segala kebusukannya dan kembali membuat masalah baru, menyembunyikan kelakuan sebenarnya dengan perilaku dan mulut manis. Alex tersenyum jijik saat mengingatnya.

Suara ketukan pintu membuat lamunan Alex buyar kemana-mana. "Masuk,"

Sisca datang dengan senyuman yang berbeda dari biasanya. Alex bisa menangkap bahwa ada rasa malu di mata gadis itu. "Duduk,"

Dreams: Impossible Until it Done (CERITA SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang