Venticinque

2.7K 144 0
                                    

Pagi sekali, Alex terbangun perasaan lebih tenang dari kemarin. Ia berangkat ke kantor seperti biasa. Hingga pada akhirnya jam makan siang berlangsung ia berniat untuk mengajak gadis itu makan bersama seperti biasa. Alex berdecak kesal ketika nomor yang ia hubungi tidak aktif.

Akhirnya setelah berdebat dengan diri sendiri, ia memutuskan untuk menjemput gadis itu ke tempatnya bekerja, perusahaan percetakan Arya.

"Alia tidak datang?" Tanyanya tidak percaya. Kemana anak itu? Mungkinkah dia sakit?

Alex melangkah keluar setelah mendapat informasi dari salah seorang teman Alia. Alex menyetir dengan kacau. Haruskah ia ke apartemen Alia sekarang? Bagaimana jika Alia ada di sana dan tidak mau membukakan pintu untuknya?

Oh ya, Alex baru ingat kalau passwordnya masih sama.

Setengah jam kemudian setelah melawan macetnya perjalanan, akhirnya ia berhasil sampai dengan selamat. Jari rampingnya menekan tombol-tombol itu setelah tidak mendapat respon dengan menekan bell. Tetapi apa yang dapat ia rasakan kalau isi apartemen itu sudah ditutupi dengan kain-kain putih hingga tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.

●●●

Tidak ada yang tahu kalau jantung pria itu berdebar dengan kencangnya ketika memberanikan diri memasuki ruangan tak berpenghuni itu. Perasaannya campur aduk berkecamuk menyadari gadis itu melarikan diri dan Alex tidak siap secara lahir bathin.

Alex menyusuri semua ruangan di sana. Ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, dapur, hingga balkon. Nihil. Ia setengah berlari dari suatu ruangan ke ruangan lain, berharap gadis itu tengah sembunyi untuk mengejutkan dirinya. Alex meringis pedih ketika tangannya tidak sengaja menyenggol sebuah meja di kamar Alia saat mencari-cari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk di sana. Namun usaha sia-sia karena tidak ada satu petunjukpun yang berhasil ia dapatkan. Semuanya terlihat seperti biasanya, seperti tidak ada sesuatu yang disembunyikan.

Kondisi Apartemen Alia sebenarnya masih sama secara keseluruhan, beberapa perabot tambahan beserta pernak-pernik lainnya masih terlihat lengkap. Bahkan peralatan dapur masih terlihat seperti biasanya. Perbedaan yang mencolok adalah semua sofa dan televisi ditutupi kain putih dan saat Alex membuka lemari gadis itu isi pakaiannya sudah tidak ada sama sekali.

Ia mulai frustasi. Kepergian Alia secara mendadak benar-benar menjadi tanda tanya besar baginya. Alex tahu kalau gadis itu akan ke Milan bulan ini. Maka dari itu Alex ingin mengikat gadis iti dengan hubungan sehingga Alia tidak bisa seenaknya saja pergi begitu saja. Namun apalah daya semua rahasia justru terbongkar di saat waktu yang tidak tepat. Alex kecewa sudah terlalu banyak berkorban di hari itu, bahkan membuang gengsinya jauh-jauh untuk mengemis mohon maaf dan melamar gadis itu dengan cara konyol yang diakhiri gelak tawa tak percaya.

Semua diluar ekspektasi kalau dirinya bukan apa-apa bagi gadis itu. Bahkan dihari kepergiannya, gadis itu tidak berniat untuk pamit kepadanya sama sekali. "Alia, kau kemana?" Hatinya bergemuruh. Lelah, ia akhirnya menjatuhkan tubuhnya di kasur yang terlihat rapi itu.

Sebuah kalender kecil berhasil diraihnya saat tangannya kembali menjangkau buffet kecil di samping tempat tidur dengan membuka lacinya asal-asalan. Berharap kali ini ia mendapat jawabannya. Ya, terdapat banyak reminder di sana. Di bulan yang sama bahkan mata Alex hampir sakit ketika menyadari terlalu banyak coretan spidol berwarna merah.

Sayangnya, Alia hanya menandai tanggal itu. Tidak ada penjelasan di sana sehingga membuat pria yang bingung itu semakin penasaran. Kepada siapa ia bisa menanyakan hal ini agar semuanya menjadi jelas? Tidak mungkin Alex harus menghubungi Rosaline, ibu Alia, untuk memastikan kalau gadis itu sedang dalam perjalanan menuju ke sana. Pasti akan menimbulkan pertanyaam besar dan ibunya berpikir mereka sedang terikat dalam sebuah masalah besar sampai-sampai Alex tidak tahu menahu soal kepergian gadis itu. Alex menggeleng-gelengkan kepala. Tidak. Ia tidak mau orang-orang berpikir seperti itu. Jika memang ada sebuah masa di mana mereka saling diam dan tidak menyapa, Alex harap kejadian di bandara setelah kepulangannya dari Singapura waktu itu adalah yang terakhir.

Dreams: Impossible Until it Done (CERITA SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang