S2 - epilog

328 29 5
                                        

Waktu berjalan cepat. Bayi mungil yang dulu digendong Tian dengan tangan bergetar kini sudah tumbuh jadi anak perempuan lincah berusia lima tahun. Namanya Delynn, dan semua orang yang mengenalnya sepakat: anak ini persis ayahnya.

Bukan cuma wajahnya, tapi juga tingkahnya kocak, suka bikin orang ketawa meski sering kali bikin Muthe geleng-geleng kepala.

Suatu sore, Tian pulang dari markas. Baru saja ia membuka pintu apartemen, sebuah suara nyaring langsung menyambut.

"papaaa!!"

Delynn berlari dengan rambut dikuncir dua, memakai baju tidur bergambar kelinci. Ia langsung melompat ke pelukan Tian, nyaris bikin papanya jatuh.

"Wah, siapa nih kelinci kecil yang suka nyeruduk papa?!" Tian pura-pura jatuh terduduk, lalu memeluk putrinya erat.

Delynn ngakak, suaranya pecah. "Itu aku, Dellyyyn! papa kalah lagi!"

Muthe keluar dari dapur sambil bawa nampan berisi teh hangat. "tian, jangan diajak jatuh dong. Anak itu makin gede, makin nekat."

Tian nyengir. "sayang,kalo aku nggak pura-pura kalah, dia yang ngambek sama aku"

"Betul! Papa harus kalah sama Delyn!" Delynn mengangkat tangan ke udara, seolah baru menang pertandingan tinju.

Muthe menaruh nampan di meja, lalu mencubit pipi putrinya. "anak ini yaa nurun persis kelakuan bapak nya. Suka banget bercanda nggak jelas."

Tian memasang wajah sok polos. "Eh, salah kamu sendiri dulu milih nikah sama aku, Jadi ya otomatis keturunan kita gini."

Delynn ketawa terbahak-bahak, ikut menimpali, "papa lucu! mama suka papa lucu!"

Muthe menutup wajah dengan tangan, setengah malu, setengah gemas. "Astaghfirullah, dua-duanya kompak banget."

Malam itu, setelah makan malam, Delynn masih aktif berlarian di ruang tamu. Tian sudah setengah rebah di sofa, menyeruput kopi. Muthe duduk di sampingnya sambil melipat baju.

Tiba-tiba, Delynn berdiri di atas kursi dengan tangan berkacak pinggang. "papa! mamaa! Hari ini Delyn jadi kapten kapal!"

Tian spontan mendongak. "Waduh, kapten kapal? Kapalnya mana, Kapten?"

Delynn menunjuk ember mainannya yang ditaruh di lantai. "Itu kapalnya! Delyn bawa papa sama mama jalan-jalan ke laut!"

Tian langsung nyambung, matanya berbinar. "Oke, siap kapten! Aye aye!" Ia lalu masuk ke dalam ember itu sambil pura-pura mendayung.

Delynn ketawa ngakak, lompat-lompat. "papa kebesaran kapalnyaaa! Kapalnya tenggelem!"

Muthe menatap mereka sambil geleng-geleng, tapi senyumnya nggak bisa ditahan. "astaga, rumah ini tiap hari kayak sirkus dibuat mereka berdua."

Tian merangkul Muthe, masih pura-pura jadi anak buah kapal. "mama jangan khawatir, kapal ini aman! Ada kapten Delynn yang pimpin!"

Delynn lalu berdiri di atas sofa, teriak lantang, "Semua prajurit, siap!!! Kita harus pulang ke rumah!!!"

Suasana ruang tamu pecah oleh tawa.

Beberapa hari kemudian, Tian harus berangkat tugas lagi. Kali ini tidak lama, hanya beberapa minggu. Di dermaga, Muthe menggandeng tangan Delynn yang tampak serius sekali.

"Delyn, bilang sesuatu buat papa," kata Muthe.

Delynn mengangguk mantap, lalu menatap papanya dengan gaya sok dewasa. "papa, jangan nakal di laut. Jangan main ombak, jangan bikin mama nangis. Papa harus pulang, bawa oleh-oleh, sama es krim yang banyakk yaa!"

Tian tertegun sebentar, lalu tertawa sampai matanya berkaca. Ia jongkok, menatap putrinya dalam-dalam. "Siap, Kapten Kecil. Papa janji nggak main ombak lagi. Papa janji pulang,dan beliin kamu eskrim yang banyak, tungguin papa yaa"

Ia lalu memeluk Muthe erat, mencium keningnya, sebelum akhirnya naik ke kapal. Dari kejauhan, Tian melihat Muthe menggandeng Delynn yang melambaikan tangan kecilnya dengan penuh semangat.

Dan di dadanya, Tian tahu seberat apa pun badai nanti, ia selalu punya alasan untuk kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

mas mas AAL ( chrismuth ) s1+s2 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang