Berita hilangnya pesawat yang ditumpangi Rai membuat semua orang terkejut dan shock. Terlebih bagi Jodha yang saat ini hanya terbaring lemah diatas kasur sambil terus menangis memeluk foto kenangan dirinya bersama Rai. Meenawati, ibu Jodha selalu menemani putri kesayangannya dan memeluknya untuk memberikannya kekuatan. Saat ini kondisi Jodha benar benar menyedihkan. Besok adalah hari bersejarah baginya dan hari ini ia terancam kehilangan pengantin prianya. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya, yang terlihat hanyalah linangan airmata yang tak pernah berhenti membasahai pipi mulusnya itu.
Jalal tiba dikediaman Jodha tepat pukul sepuluh malam. Setelah mendengar berita dari telepon, Jalal bergegas menuju bandara untuk mencari informasi yang lebih lengkap. Jodha tidak dibiarkan ikut karena kondisinya yang lemah setelah pingsan tadi. Di lantai bawah kediaman Jodha tampak sepi, hanya ada beberapa kerabat yang memang sudah tiba untuk menghadiri pernikahan Jodha esok hari. Ruang tamu dan ruang keluarga telah dihias seindah mungkin,namun akan terlihat menyedihkan saat Jalal harus menyampaikan berita yang ia bawa saat ini. Dengan langkah gontai, Jalal berjalan kelantai atas menuju kamar Jodha. Jalal sudah berdiri diambang pintu ketika ia melihat seluruh anggota keluarga sudah berkumpul untuk menunggu kedatangannya. Hati Jalal terasa teriris melihat sahabatnya, bidadari hatinya terkulai lemah dipangkuan ibunya sambil menatap kearah Jalal dengan tatapan cemas. Semua orang segera menatap Jalal dengan tatapan ingin tahu. Perlahan Jalal masuk kedalam kamar dan mendaratkan pantatnya diatas tempat tidur Jodha. Jodha berusaha bangkit dengan susah payah dan duduk tepat disamping Jalal. Jalal meraih tangan Jodha dan menggenggamnya dengan erat seolah memberikan kekuatan. Jalal menghela nafas berat sebelum mulai bicara.
"Jo, maaf aku harus menyampaikan berita ini padamu," Jalal menjelaskan dengan suara bergetar.
"Katakan!" Pinta Jodha lirih.
"Aku telah mendapatkan kabar dari pihak maskapai bahwa pesawat yang ditumpangi Rai jatuh di kawasan hutan dan sudah dipastikan seluruh penumpang dan awak pesawat....," jalal menghela nafas,"dinyatakan tewas... jenazah Rai pun sudah diketemukan dan pihak keluarga dari Rai langsung meminta jenazahnya diterbangkan ke Bali untuk segera dimakamkan," Jalal menjelaskan sambil menunduk tak sanggup melihat ekspresi wajah Jodha saat ini.
"Ap...apa? Rai?? Tidak! TIDAK MUNGKIN!! KAU BOHONG!! Kau pasti sedang berbohong!! KATAKAN JALAL!! KATAKAN KALAU KAU SEDANG BERCANDA!! KATAKAN!!" Jodha shock dan menguncang guncang tubuh Jalal namun Jalal hanya menunduk tidak bergeming.
"Jodha anakku, sudahlah. Terima kenyataan ini, nak. Ikhlaskanlah kepergian Rai," Meenawati memeluk Jodha dengan erat dan Jodha menangis kencang dipelukannya.
Tiba tiba Jodha melepaskan pelukanya pada Meenawati dan bangkit dari tempat tidurnya,"ayo Jalal, kita harus segera berangkat ke Bali. Kau harus menemaniku melihat Rai untuk yang terakhir kali. Aku ingin menghadiri pemakamannya," Jodha menarik tangan Jalal sambil masih terisak.
Jalal ikut bangkit berdiri saat Jodha menarik tangannya.
"Tunggu Jodha!!" Bharmal, ayah Jodha angkat bicara.
Langkah merekapun terhenti. Seketika Jodha segera menoleh kepada ayahnya.
"Kalian tidak akan pergi kemana mana," ucap Bharmal dengan nada tegas.
"Apa maksud ayah?" Jodha mengerutkan kening, nada bicaranya masih disertai sisa sisa isakan tangisnya.
"Besok, pernikahanmu tetap akan digelar," sahut Bharmal mantap.
"APA?? Tidak mungkin ayah! Calon suamiku sudah meninggal! Mana mungkin aku bisa tetap menikah," nada suara Jodha meninggi mendengar pernyataan aneh ayahnya barusan.
"Bisa! Kau tetap bisa menikah. Dan sudah ayah putuskan bahwa besok kau akan tetap melangsungkan akad nikah. Setelah itu baru kau bisa pergi ke Bali untuk mendatangi tempat dimana Rai dimakamkan," Bharmal berkata tegas diiringi tatapan heran dari seluruh anggota keluarga.