Seminggu sudah liburan Jalal dan Lulu di Singapore. Hari ini mereka berencana kembali ke Jakarta dengan penerbangan pertama. Jalal dan Lulu sudah bersiap untuk segera check out dari hotel dan menuju bandara.
Pagi ini, Jodha bangun pagi pagi sekali. Seminggu ditinggal Jalal membuatnya harus berusaha keras melakukan semuanya sendiri. Bahkan tiga hari pertama, Jodha selalu saja terlambat datang ke lokasi syuting. Pagi ini, ia bangun dengan wajah cerah. Ia tahu bahwa Jalal akan pulang hari ini. Kemarin ia memberanikan diri menelepon Jalal untuk menanyakan kepulangannya ke Jakarta.
Jodha POV
Pagi ini aku bangun pagi pagi sekali. Aku harus bersiap untuk menjemput Jalal dan Lulu di bandara. Kemarin, karena aku sudah tidak dapat menahan diri lagi, akhirnya aku putuskan untuk menelepon Jalal yang memang selama seminggu ini tidak pernah memberi kabar. Hanya pesan singkatnya saja yang selalu kuterima setiap menjelang tidur. Itupun hanya ucapan "good night, have a nice dream". Bagaimana bisa "have a nice dream" kalau pikiranku sedang kalut. Kalut karena ditinggal pria ini pergi berlibur. Aku merasakan perubahan sikap Jalal dari percakapan kami ditelepon kemarin.
Flashback...
"Pagi, Jalal. Maaf aku menelepon pagi pagi sekali," ucapku ragu ragu.
"Ya, Jo. Ada apa?" Jawab Jalal singkat dengan nada yang terdengar dingin.
"Mmmh, begini... apa besok kalian jadi pulang ke Jakarta? Kalau jadi, besok aku akan menjemput kalian ke bandara," aku menawarkan diri. Mendengar nada suara Jalal entah mengapa aku jadi kecewa.
"Iya, jadi! Kami pulang dengan penerbangan pertama. Silahkan saja kalau kau mau menjemput. Dan terima kasih," lagi lagi Jalal hanya menjawab sekenanya. Tidakkah ia ingin mengetahui kabarku?
"Baiklah Jalal, sampai ketemu besok," aku menyudahi pembicaraan kami karena dadaku terasa sesak saat ini.
"Oke Jo, sampai ketemu," jawab Jalal kembali singkat.
Mengapa aku merasa kecewa mendengar kata katanya? Bukankah jawaban Jalal barusan tidak ada yang salah. Sepertinya diriku-lah yang salah. Mungkin syaraf syaraf ditubuhku sedang terjadi korsleting hingga aku merasakan begitu sangat kecewa mendengar Jalal yang tak sehangat dulu. Sudahlah, aku mencoba berpikir positif saja. Mungkin ia baru saja bangun dari tidurnya hingga ia lupa menanyakan kabarku ataupun mengajakku ngobrol. Oh Jalal, apa aku merindukanmu?
Flashback end...
Sepertinya aku harus segera bersiap dan berdandan secantik mungkin. Hey! Secantik mungkin? Mengapa aku terkesan jadi genit seperti ini? Aku hanya akan menjemput suamiku dan adik iparku saja, bukan untuk pergi kencan. Tapi, setidaknya aku hanya ingin terlihat rapi dimata Jalal karena sepertinya perkataan Moti benar, seminggu ditinggal Jalal, aku sedikit terlihat lebih kurus dan wajahku menirus. Entah karena kepikiran atau karena sering melewatkan waktu makan, atau malah keduanya.
Author POV
Jodha menyambut kedatangan Jalal dan Lulu dengan senyum sumringah. Tanpa ia sadari, ia meraih tubuh Jalal dan memeluknya dengan erat untuk mengobati kerinduannya. Yang terasa berbeda adalah karena Jalal tak membalas pelukannya. Jodha merasa sedikit kecewa pada sikap Jalal kali ini. Lagi lagi Jodha menganggap mungkin Jalal masih marah kepadanya.
Jodha mengemudikan C.Camaro miliknya menembus jalanan ibukota menuju rumah Jalal. Semenjak menikah dengan Jalal, Jodha memutuskan untuk belajar mengemudi dan membawa mobilnya sendiri sebagai penunjang aktivitasnya. Sebelum meluncur tadi, Jodha sempat berharap bahwa Jalal akan duduk dikursi depan bersamanya. Namun, Lulu dengan cepat membuka pintu bagian depan dan mendaratkan pantatnya dengan manis disana. Alhasil, Jalal duduk dikursi belakang sendirian sambil sibuk memainkan gadgetnya.