"Nah, ketemu! Ayo Jo, kita keluar. Ini aku sudah menemukan raket dan net nya," Jalal membawa sepasang raket dan net ditangannya.
"Ayo!" Jodha melangkahkan kaki menuju pintu depan.
Sesampainya di pintu depan, mereka dikejutkan dengan pemandangan pintu yang tertutup. Jalal berpikiran mungkin angin yang menutup pintu tersebut. Dihampirinya pintu itu dan mencoba membukanya.
"Jo! Pintunya terkunci!" Ucap Jalal sambil masih terus mencoba membuka pintunya.
"Jangan bercanda Jalal! Tadi kan pintu ini kita biarkan terbuka. Lalu siapa yang menguncinya?" Jodha menjadi panik.
"Mana kutahu Jo! Kita kan sama sama didalam. Mungkin bi Inah yang mengira gudang ini terbuka begitu saja, langsung menguncinya tanpa memeriksanya terlebih dahulu," Jalal mondar mandir memikirkan cara agar mereka bisa keluar.
Jodha menghempaskan pantatnya disofa tua yang masih terlihat bersih, hanya terlihat warnanya yang sedikit memudar. Sementara Jalal masih berusaha membuka bahkan mendobrak pintu gudang tersebut. Tapi hasilnya sia sia saja. Pintu tersebut terlalu kokoh untuk Jalal dobrak. Jalal mencoba berteriak teriak memanggil nama bi Inah dan Lulu juga mamanya. Tapi tak ada sahutan.
"Jalal! Mereka semua tidak ada dirumah. Tadi mama sempat bilang kalau mereka akan berbelanja bulanan untuk keperluan rumah," ucap Jodha masih duduk dan menopang dagunya.
"Apa?? Jadi hari ini judulnya kita akan berweekend ria didalam gudang? Oh No!" Jalal mengacak rambutnya kasar.
Akhirnya Jodha dan Jalal hanya bisa pasrah menunggu sampai mereka pulang kerumah. Jodha menyibukkan dirinya dengan membaca buku buku milik Lulu. Sementara Jalal terlihat sibuk membongkar bongkar berharap menemukan sesuatu yang bisa membantu mereka keluar dari gudang ini.
Hari sudah beranjak petang, belum ada tanda tanda adanya orang yang datang. Sepertinya Lulu dan yang lainnya belum juga pulang kerumah.
"Kemana saja sih mereka? Jam segini belum pulang juga," Jalal menggerutu.
"Sedari tadi kau sibuk bongkar bongkar, apa kau tak menemukan sesuatu apapun? Semacam linggis atau palu?" Tanya Jodha.
"Sudah Jo! Tapi tak satupun yang kutemukan bisa membantuku untuk membuka pintu ini," Jalal menendang pintu tersebut.
Jodha kembali terdiam dan menghempaskan pantatnya kembali ke sofa serta menyenderkan kepalanya di sandaran sofa.
**********
"Ma, aku panggil kak Jo dan abang untuk makan malam ya," Lulu, bu Hamidah dan bi Inah baru sampai dirumah.
"Ini sudah lewat jam makan malam, Lu! Mungkin mereka sudah makan. Biar saja mereka beristirahat. Ini kan weekend mereka, jadi sebaiknya kita jangan mengganggu,"
"Hmmhh...baiklah ma," jawab Lulu dan berlalu menuju kekamarnya.
Sementara digudang.....
"Astaga! Tenggorokanku sampai kering begini, mereka juga tidak ada yang mendengar?" Jalal menghempaskan pantatnya di sofa disebelah Jodha.
"Gimana mau dengar? Rumah sebesar ini, kalau mereka gak ada yang ke halaman belakang ya pasti gak akan dengar," sahut Jodha sambil merapatkan dan melipat kedua tangannya kedadanya karena merasa kedinginan.
"Maaf ya Jo, sepertinya malam ini kita harus tidur disini," ucap Jalal menatap Jodha lembut.
"Tidak apa apa Jalal, besok juga mereka akan menyadari bahwa kita tidak ada dirumah dan pasti akan langsung mencari kita," jawab Jodha membalas tatapan Jalal dengan senyuman.