21+!!!
"JODHAAA!!!" Jalal meneriakkan nama Jodha karena panik melihat Jodha tak bergeming.
Dengan segera Jalal menggendong tubuh Jodha dan membawanya ke mobil. Jalal langsung melesatkan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.
"Jo, bertahanlah! Sebenarnya ada apa denganmu, Jo?" Jalal mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh.
Jalal sempat menelepon Lulu untuk segera menyusul kerumah sakit bersama orang tua mereka. Sesampainya dirumah sakit, Jodha langsung dibawa ke ruang UGD untuk penanganan darurat.
"Jalal! Ada apa dengan Jodha?" Tanya Meenawati, ibu Jodha.
"Entahlah bu! Tadi kami bertemu di halaman belakang kampus, saat aku menemuinya, wajahnya terlihat pucat dan tak lama ia jatuh pingsan," wajah Jalal masih tegang dan panik. Jalal kembali mondar mandir didepan ruang penanganan karena tak sabar menunggu hasil pemeriksaan.
"Bang, duduklah dulu. Kalau abang mondar mandir begitu, perasaan abang tidak akan tenang," Lulu memegang pundak Jalal mencoba menenangkan.
"Lu, ini semua salahku! Kalau saja aku tidak datang terlambat, ini semua tidak akan terjadi," Jalal merasa bersalah dan berusaha keras menahan airmatanya yang mulai menggenangi pelupuk matanya.
"Sudahlah bang, jangan menyalahkan diri sendiri. Kak Jo akan baik baik saja," Lulu mencoba menghibur.
"Maaf, dengan keluarga Nyonya Jodha?" Seorang pria dengan pakaian serba putih keluar dari ruangan tempat Jodha ditangani.
"Iya! Saya suaminya. Nama saya Jalal," Jalal menghampiri pria tersebut.
"Tuan Jalal, perkenalkan nama saya dokter Tansen. Kami sudah melakukan pemeriksaan pada Nyonya Jodha. Kami minta maaf, saat ini kondisi Nyonya Jodha dalam keadaan kritis. Nyonya Jodha menderita penyakit gagal ginjal. Dari diagnosa yang kami lakukan, sepertinya ini disebabkan oleh gaya hidup Nyonya Jodha yang tidak teratur, kelelahan dan stress. Secepatnya, Nyonya Jodha harus segera mendapatkan donor ginjal agar ia bisa melewati masa kritis dan bisa disembuhkan," dokter Tansen menjelaskan dengan sangat hati hati.
"Gagal ginjal? Jodha?" Tangis Meenawati langsung pecah seketika mendengar penuturan dari dokter Tansen. Hamidah segera memeluk tubuh besan-nya itu untuk memberikan kekuatan. Sementara Bharmal, ayah Jodha langsung terdiam tak dapat berkata apa apa.
Tubuh Jalal membeku ditempat. Shock! Itulah yang terjadi saat dirinya mendengar penuturan dari dokter Tansen. Bagaimana bisa Jodha-nya menderita penyakit yang mematikan seperti itu? Gagal ginjal? Donor ginjal? Kritis? Kata kata itu terngiang ngiang terus ditelinga Jalal saat ini. Membayangkan ia akan kehilangan Jodha adalah hal yang paling menakutkan yang pernah ia alami seumur hidupnya.
"Dokter, bisakah saya menemui istri saya?" Ucap Jalal lirih.
"Silahkan tuan, tapi kalau bisa hanya satu orang saja. Karena pasien sedang dalam masa kritis. Sementara itu, saya dan tim medis lainnya akan mencoba mencari informasi ke rumah sakit lain tentang donor ginjal ini. Sangat sulit memang untuk bisa mendapatkan donor organ tubuh, tapi sepertinya hanya itu jalan satu satunya yang bisa menyelamatkan hidup Nyonya Jodha," ucap dokter Tansen.
Jalal bergegas masuk keruangan tempat Jodha dirawat. Setelah menggunakan pakaian steril, Jalal melangkah menuju ketempat tidur dimana Jodha terbaring disana disertai beberapa selang infus dan selang selang penunjang kehidupan lainnya. Ia mengambil tempat di sisi kiri Jodha dan duduk tepat disamping tempat tidurnya. Melihat Jodha terbaring lemah tak berdaya, pertahanan Jalal akhirnya runtuh. Ia menangis terisak isak sambil menggenggam tangan Jodha yang dipasangi selang infus dengan sangat hati hati. Dikecupnya buku buku jemari Jodha dengan penuh perasaan.