Jodha POV
Ini pertama kalinya Jalal meninggalkanku sendiri semenjak kami menikah. Sebenarnya aku tak yakin alasannya pergi secara mendadak adalah hanya untuk menemani Lulu berlibur ke Singapore. Aku mencium aroma kemarahan disini. Ya! Jalal masih marah kepadaku. Sebenarnya tadi pagi aku sudah berniat untuk meminta maaf dan menjelaskan semua ini kepadanya. Aku benar benar tidak sadar dengan ulah konyolku yang tiba tiba mendorong dan menamparnya secara spontan. Sungguh perlakuan yang kurang ajar yang dilakukan seorang istri pada suaminya. Suami? Ya! Statusnya sekarang adalah suamiku. Dan bodohnya,tadi pagi aku tak menyadari bahwa yang memelukku adalah suamiku sendiri bukan lagi sahabat lelakiku. Aku memang belum terbiasa dengan status ini. Dan sebenarnya aku sudah bertekad untuk belajar menyesuaikan diri dengannya. Tapi, belum lagi aku memulai, aku sudah melakukan suatu kecerobohan. Satu satunya pembelaanku hanyalah bahwa aku melakukannya karena aku dalam keadaan yang tidak sepenuhnya menyadari bahwa dia sekarang adalah suamiku. Aku masih terus saja menganggapnya seorang sahabat. Dan saat aku ingin menjelaskannya, dia malah tak ingin mendengar dan menghindar. Ya! Dia menghindar. Dia pergi untuk menghindariku karena ia masih marah padaku. Semoga setelah kepulangannya, kami mempunyai waktu untuk saling berbicara dan aku akan meminta maaf padanya karena telah berlaku kasar.
Author POV
"Jalaaallll!!! Bisa tolong ambilkan selimut kesayanganku gak?" Jodha memanggil namun tak ada sahutan.
Jodha melihat ke sekeliling kamar tak mendapati keberadaan Jalal.
"Kemana saja sih dia selarut ini belum masuk kekamar? Issshhh!!! Bisa bisanya aku lupa! Dia kan pergi ke Singapore!" Jodha menepuk jidatnya sendiri saat teringat bahwa Jalal sedang pergi ke Singapore.
Dengan terpaksa Jodha bangkit dari kasurnya dan menuju lemari pakaian untuk mengambil selimut kesayangannya. Biasanya tanpa diminta, Jalal selalu mengambilkan selimut ini untuk Jodha dan terkadang saat Jodha sudah terlanjur terlelap, Jalal dengan sabar menutup tubuh mungil Jodha dengan selimut kesayangannya ini. Sebelum memejamkan matanya, Jodha masih sempat menatap kearah meja kecil disamping ranjangnya, memandang foto saat akad nikah mereka.
"Jalal, mengapa kau belum memberi kabar padaku," Jodha memejamkan matanya dengan membawa kegundahan hatinya.
Mandarin Orchard Singapore....
"Bang, belom tidur?" Lulu menelepon dari kamar sebelah.
"Belum Lu! Belum ngantuk," jawab Jalal singkat.
"Ada yang dipikirin?" Lulu mencurigai sesuatu.
"Mikirin Kak Jo, Lu!" Jawab Jalal sambil memandang langit langit kamar hotel bintang lima tersebut.
"Issshh!! Mulai lagi. Bang, kita gak lama disini. Jadi, jangan khawatir. Kak Jo pasti akan baik baik saja," Lulu meyakinkan abangnya.
"Biasanya, kalau mau tidur begini, abang selalu siapin selimut kesayangannya, Lu," Jalal mengingat kebiasaannya selama sebulan ini.
"Abang!! Abang ini suaminya, atau baby sisternya sih? Yang bener itu, Kak Jo lah yang harus nyiapin keperluan abang bukannya kebalik gitu. Boleh boleh aja sih, abang ngelakuin itu, asal abang beneran dianggap suami bukannya cuma dianggap sahabat," ucap Lulu ketus.
"Ya udahlah Lu. Abang tidur aja kalau gitu. Nanti tambah panjang aja itu ceramahmu. Sampai jumpa besok pagi," Jalal langsung menutup teleponnya.
Sebelum mencoba memejamkan mata, Jalal masih sempat mengirimkan pesan singkat untuk Jodha.
"Kami sudah sampai dan sudah menginap di Mandarin Orchard," isi pesan Jalal.
Dengan setengah sadar, Jodha membuka pesan singkat dari Jalal dan matanya langsung membuka sepenuhnya. Kantuknya serasa hilang seketika dan dengan segera ia membalas pesan dari Jalal.