#Firman

19 3 0
                                    

Hari Sabtu. Aku berangkat kuliah lebih pagi karena ada jadwal kuliah pagi. Sedangkan itu, tadinya aku bermaksud ingin bertemu dengan Firman sebelum berangkat kekampus, tapi ternyata belum bisa karena rumahnya masih sepi. Meskipun mobil Ayah Phara sudah ada di garasi rumahnya. Dan aku harus menelan kekecewaanku yang kedua kalinya.

Aku sudah melewati jam kuliah pertama, kedua dan ketiga sampai jam menunjukkan pukul dua belas siang. Kini, aku dan Kanes sedang menikmati makan siang kami dikantin kampus.

"Cerpen masih jalan, Rum?", tanya Kanes ditengah acara makan siang kami. Menu makan siangku adalah gado-gado dengan es teh manis, sedangkan Kenas memesan nasi padang dengan lauk kesukaannya.

"Mulai minggu kemarin di minta bikin cerbung, Nes", jawabku sebelum menyuap sesendok gado-gado kedalam mulutku. "Artikel gimana, Nes? Lancar?", tanyaku balik. Ya, kami berkutat dalam dunia kami, meskipun sama-sama didunia penerbitan majalah, tapi kami berbeda genre dan berbeda produk majalah.

"Lanacar banget, Rum. Tapi harus banyak keliling dunia lagi supaya bisa ngembangin", jawab Kanes sambil mengaduk es teh manisnya dengan sedotan lalu menyeruputnya.

"Minggu ini mau kemana?", tanyaku, kebiasaannya adalah mencari hal baru hingga benar-benar mengejarnya, sedangkan aku yang lebih suka dirumah dan menjelajah sendiri didunia internet untuk mencarinya, aku bukanlah tipe penjelajah seperti Kanes. Meskipun kegiatan kami sama-sama menulis, tapi pengetahuan kami sedikit berbeda.

"Hmm, mungkin nggak usah jauh-jauh dulu, soalnya juga kan mau masuk kelas tambahan, jadi nyelesain skripsi dulu baru balik lagi jalan-jalan", katanya senang, membuatku terkekeh pelan.

"Beda deh yang anak survivor sama anak rumahan. Tapi nanti kalo keluar kota bilang-bilang ya, pengen jalan-jalan juga nih", pintaku dan menyuap sesendok gado-gadoku yang sudah habis.

"Akhirnya Arum mau juga jalan-jalan keluar. Bogor yuk!", ajaknya.

"Boleh, abis skripsi ya", pintaku dan langsung disanggupi olehnya.

Setelah selesai makan, Kami pun akhirnya menghabiskan waktu empat jam mengerjakan tugas di perpus. Setelahnya barulah kami menunggu bus di halte kampus.

Aku dan Kanes berpisah. Kanes turun dari bus lebih dulu dan aku harus lanjut di bus. Tidak lama, dan aku pun turun, berjalan kaki memasuki kompleks rumah. Dan begitulah aku menemukan keajaiban hari ini.

"Mas Firman!", panggilku sedikit berteriak, membuat sosok pria yang sangat kurindukan itu menolehkan kepalanya dan melempar senyum padaku. Dengan segera aku berlari dan menghambur kedalam pelukannya.

"Aaaaa, kangen banget lho, Mas", ucapku jujur, membuat Firman tertawa mendengar penuturanku.

"Ya, aku juga kangen kamu, Rum", katanya sambil membalas pelukanku, "Apa kabar sih?", tanyanya dan aku melepas pelukanku, menatapnya dengan wajah sendu.

"Nggak baik! Udah berapa bulan ini? Mas Firman nggak pulang-pulang", kataku dengan kesal, membuatnya kembali tertawa melihat tingkahku yang kekanakan. Ya, jujur memang aku sedikit kekanakan ketika bertemu dengannya dan juga Ghana, bahkan pada Ilyas pun seperti itu, tidak ingat dengan posisiku sebagai yang paling tua. Biarlah, sesukaku saja.

"Ya habis mau gimana lagi, Rum? Kerjaan numpuk di Singapur", jawabnya membuatku menghela napas pasrah. Memang, ini juga pilihannya untuk bekerja di negeri singa itu. mendapat pekerjaan enak dengan posisi tinggi katanya. Jadi diambillah pekerjaan itu.

"Dari pada sedih-sedih begini mendingan kita jalan aja", ajaknya antusias, tapi aku malah menggeleng sedih.

"Nggak bisa. Hari ini udah ada undangan dari temen SMA aku. Ada acara reuni mendadak di taman kota", jelasku dengan suara yang tidak bersemangat, ekpresi wajah Firman pun ikut berubah.

Kita DekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang