Setelah acara menyanyiku bersama Arie diatas panggung, tidak ada lagi yang spesial dan aku mengucapkan terimakasih pada para tamu, lalu turun dari panggung. Tidak ada acara obrolan bersamanya lagi. Aku tidak tahan melihat wajahnya yang datar itu.
"Kalian masih mau disini?", tanyaku pada Putri, Alia, dan Ephy yang masih menikmati makanan ringan mereka yang tersedia dimeja hidangan.
"Iya, kenapa? Mau pulang?", tanya Ephy padaku.
"Iya, soalnya ada acara pengajian dirumah", kataku sedikit menyesal, karena bagaimana pun acara obrolan kami masih terasa panjang.
"Yah, Arum. Masak kamu mau pulang sekarang sih?", tanya Alia sedikit tidak setuju.
"Mau bagaimana lagi? Nggak bisa ditolak kan acara pengajian dirumah sendiri?", bohong sedikit sih, kalau tidak begitu mereka tidak akan mengizinkan.
"Ya udah, tapi pulang sendiri nggak apa-apa?", tanya Putri.
"Berangkat juga tadi sendiri, Put",
"Hehe ...", Putri terkekeh.
"Ya udah, aku pulang ya", pamitku memeluk mereka satu persatu sambil menciup pipi kanan dan kiri mereka. "Salam buat Om Kamil, Harum pulang duluan", kataku pada Noni.
"Siap!", balasnya menyanggupi.
"Hati-hati ya, Rum", pesan mereka dan aku hanya mengangguk.
Aku pergi meninggalkan mereka yang masih nampak asik menyantap makanan mereka. Aku keluar dari gedung sambil menatap ke kanan dan kekiri, siapa tahu ada taksi yang menunggu tumpangan. Tapi ternyata, tidak ada. Jadi, aku memilih berjalan kaki keluar kawasan gedung untuk mencari taksi.
"Eh!", pekikku kaget begitu sadar ada sebuah motor berhenti tepat didepanku. Aku menatap pengendara yang nampak familiar dimataku itu, dan ternyata benar saja begitu ia membuka helmnya.
"Udah mau pulang?", tanyanya dengan ekpresi yang sama. Datar.
"Iya", jawabku singkat karena malas.
"Nggak bawa mobil?", tanyanya lagi.
"Nggak, gue bukan sosialita", kataku sambil mengeluarkan ponsel, membunuh waktu.
"Tapi dari cara lo berpakaian mengatakan hal itu", ucapannya berhasil membuatku kehabisan kesabaran. Aku pun menatapnya dengan alis yang menyatu.
"Gue nggak mau ribut sama lo disini, jadi sorry gue harus pulang", putusku dan memasukkan ponsel untuk pergi.
"Lo mau numpang?", tanyanya.
"Sama siapa?", tanyaku balik.
"Sama gue", jawabnya sambil menggedikkan dagunya kearah belakang. Membuat aku membulatkan kedua mataku dengan tidak percaya.
"Gue pakai baju panjang. Liat kan?", kataku sambil sedikit mengangkat rok seolah menunjukkan padanya, bukan bermaksud memamerkan kaki padanya. Hanya sedikit mengangkat. "Nggak mungkin naik motor itu", kataku dan membuat dia mengangguk.
"Ya udah, kalo gitu gue pulang duluan", pamitnya sambil memakai helm dan pergi begitu saja. Aku menatap kepergiannya dengan kesal.
"Ugh! Dasar orang aneh! Kalo nggak niat ngajakin pulang bareng nggak usah ngajak! Arrgghhh!", geramku sendiri, untungnya saja area parkir sedikit sepi, jadi tidak ada yang tahu aku memaki sendiri. Dari pada makan hati, lebih baik aku pergi sekarang untuk mencari taksi dan pulang untuk acara selanjutnya.
♫
Update lagiii ... akhir-akhir ini melelahkan. Jadi nggak sempet buka watty.. semoga menikmati jalan ceritanya ya... ditunggu vote dan komentnya.. makasih ^ ^

KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dekat
RandomKini waktu telah membuktikan, Rum. Siapa yang selama ini ada di hatimu? Siapa yang selama ini ada di hari-harimu? Kini siapa yang paling mempertahankan posisinya disampingmu? Bukankah kita telah lama mengenal? Kamu mengenalku dengan baik, bahkan ak...