#Arie

10 3 0
                                    

Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Aku harus melewati kelas tambahan tanpa Kanes, bahkan sampai jam kelas selesai pun aku belum menemukan sosoknya. SMS yang ku kirimkan belum juga dibalasnya, bahkan aku sempat menelponnya, jawabannya pun sama, tidak diangkat. Jadilah aku hanya sendiri di perpus untuk mencari bahan skripsi dan mengerjakannya seorang diri. Nasib.

Jam dua belas siang, aku keluar dari perpus menuju kantin untuk menikmati makan siang seorang diri. Aku tidak tahu entah kemana perginya sahabatku yang satu itu.

Ketika sedang asik menikmati siomay, tiba-tiba seseorang duduk didepanku.

"Tumben sendiri", katanya membuat aku mendongak dan mengernyit tidak mengerti melihat sosoknya duduk didepanku.

"Peduli banget", balasku ketus dan kembali makan, berusaha tidak mengindahkan keberadaannya didepanku.

"Temen lo yang itu kemana?", tanyanya.

"Nggak tahu, kenapa? Lo suka sama dia? nanti gue sampein salamnya", kataku begitu saja tanpa mendongakkan kepala.

Aku tidak mendengar balasan apapun darinya, jadi ku kira dia benar-benar suka pada Kanes.

"Setelah acara pernikahan kemarin kita belum bicara lagi", katanya kembali membuka percakapan diantara kami. "Lalu?", tanyaku sedikit malas.

"Siapa nama lo?", tanyanya. Aku mendongak dan terdiam menatap wajahnya. Anehnya pria itu tidak memalingkan wajahnya, malah balas menatapku seolah menantang. Dan jangan lupakan ekspresi wajahnya yang datar itu.

"Arum. Lo?",

"Arie", jawabnya singkat.

"Perlu kita berjabat tangan?", tanyaku berbasa-basi.

"Nggak perlu kalo lo nggak berniat",

Oke! Boleh aku mengusir pria ini sekarang? Aku agak risih dengan keberadaannya disini, batinku. Dan aku hanya bisa diam dan kembali menghabiskan makanku. Menghabiskan sisa jus jambu bijiku juga tentunya.

"Maaf, gue harus pergi", pamitku sambil bangkit dan meninggalkannya begitu saja yang nampak masih betah duduk dikursi kantin.

Aku berjalan keluar gedung dengan ponsel yang selalu ku pegang untuk mencari kabar dari Kanes. Tapi tidak juga ku dapatkan balasan darinya. Aku jadi takut sendiri memikirkan hal-hal aneh yang mungkin saja terjadi.

Tapi, beruntungnya aku ketika kudapatkan sebuah telpon. Saat ku baca nama penelponnya, benar saja dugaanku. Kanes!

"Halo?", sapaku terburu-buru, dan suara tawa terdengar disebrang sana.

"Halo, Rum. Ada apa?", tanyanya.

"Aku cemas nggak dapet balesan dari kamu. Kemana sih? Dimana?", tanyaku beruntun.

"Hehe, maaf ya. gue ada diluar",

"Diluar mana? Gue nggak liat elo, Nes", kataku sambil celingukan mencari sosok Kanes diluar gedung.

"Bukan diluar gedung, Rum. Lagi ada di mall",

"Oh, bilang dong. Bales SMS gue dulu nggak bisa gitu? gue panik lho", ungkapku jujur.

"Maaf deh, soalnya Handphone sengaja silent. Memang ada apa sih, sampai sebegitu paniknya?",

"Nggak ada apa-apa sih. Ya udah, gue mau pulang dulu ya", pamitku.

"Eh, udah ketemu Arie?", tanyanya mengitrupsiku yang siap mengucapkan salam.

"Kok, lo tahu pria itu?", tanyaku curiga.

"Iya, dia sendiri yang kasih tahu gue. Tadi pagi dia nyari elo dan datangin gue untuk nanya kemana lo. Tapi karena lo memang nggak ada, jadi gue bilang lo nggak ada. Tapi udah ketemu dia kan?",

"Udah", jawabku singkat.

"Ya udah, hati-hati dijalan ya", pesannya.

"Iya, sama-sama, Nes",

"Bye",

Sambungan pun terputus. Aku kembali berjalan sendirian keluar gedung dan menunggu dihalte bus. Tapi, aku ingat Ilyas libur hari ini. jadi, ku pilih untuk menelponnya, hitung-hitung mengirit ongkos.

"Halo, kenapa Kak?", sapanya begitu telpon terangkat.

"Yas, jemput dong", pintaku setelah mendengar sapaannya disebrang sana.

"Yah, aku lagi kumpul bareng temen SMP", katanya dan disambut dengan beberapa suara riuh yang membuatku meringis.

"Ya udah, nggak usah deh",

"Hmm",

Sambungan terputus, aku pun memasukkan ponsel kedalam tas dan mulai melihat kearah lain untuk mencari kedatangan bus.

"Tadi pagi dia mencarimu dan mendatangiku untuk bertanya kemana kamu. Tapi karena kamu memang nggak ada, jadi ku bilang kamu nggak ada",

Aku terdiam, menatap kearah aspal hitam didepanku dengan pandangan kosong. Kenapa? Apa yang membuatnya mencariku? Batinku bertanya-tanya, teringat dengan ucapan Kanes di telpon tadi.

Entah sudah sampai mana aku melamun, tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat didepanku. Aku menatap pengendara itu dan mundur selangkah untuk menjaga jarak, kalau-kalau pria itu bermaksud jahat. Tapi, begitu pria itu membuka helmnya, aku menaikkan sebelah alisku. "Kenapa lo disini?", tanyaku ketus.

"Lo kenapa disini?", balas tanyanya.

Argh! Kapan sih dia nggak bikin kesel orang? ish!

"Gue nunggu bus", jawabku singkat dan berusaha memutuskan percakapan kami.

"Bareng gue aja. Sekarang kan elo pakai celana bukan pakai dress panjang lagi",

"Hah?",

Udah lama nggak upload. Akhirnya balik lagi. Hehe. Selamat membaca ... ^ ^

Kita DekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang