#Pertemuan Kedua

13 3 0
                                    

Jam menunjukkan pukul tiga, aku sudah rapi dengan baju yang sudah kusiapkan untuk keacara pernikahan sejak semalaman.

Oh iya, istirahatku sangat memuaskan tadi. Ketika diperjalanan menuju rumah, Ghana menyempatkan diri untuk mampir kesebuah supermarket terdekat dan keluar dari mobil sendirian, aku hanya menunggunya didalam mobil. Dan, dengan penuh perhatiannya, Ghana memberikanku sebuah plastik. Isinya satu es krim rasa cokelat dan satu pack plester penghilang nyeri. Aku menatapnya dengan haru lalu mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya. Dia tahu bagaimana caranya memanjakanku.

Sedangkan plester dari pria tadi? Ku simpan saja didalam tas dan memakai plester pemberian Ghana dan istirahat.

Karena sudah menempelkan plester penghilang nyeri pemberian Ghana ditulang keringku, dan tidur siang yang cukup nyenyak. Akhirnya perasaanku sedikit membaik. Sekarang aku bahkan mampu bergerak lincah dari pada sebelumnya.

"Bu, aku pamit", kataku sambil menghampiri Ibu yang sedang duduk diruang tamu bersama Bunda Ana dan Mama Rosi, nampak sibuk menyusun sebuah box snack.

"Lho, mau kemana, Rum?", tanya Bunda Ana kaget. Aku pun memamerkan cengiranku.

"Aku sudah terlanjur janji sama temen buat hadir diacara pernikahan saudaranya, Bun. Nggak enak kalau nggak datang", jelasku.

"Terus pengajian Bunda?", tanya Bunda Ana.

"Aku akan usahakan untuk pulang sebelum jam tujuh", kataku tidak berjanji.

"On Time, ya Rum", pinta Bunda Ana membuatku mengacungkan ibu jariku kerarah beliau.

"Aku pamit, Bu", aku mencium punggung tangan Ibu, "Bun", beralih mencium tangan Bunda Ana, "Pamit ya, Ma", dan terakhir Mama Rosi.

"Hati-hati ya, sayang", pesan Ibu, dan aku hanya tersenyum.

"Siap, Bu",

Aku keluar dari rumah, memperhatikan pekarangan rumah yang sepi, begitu aku melongokkan kepala kearah rumah Firman dan Ghana bahkan rumah mereka tak kalah sepi. sepertinya tidak ada orang. Jadi, ku putuskan untuk berjalan keluar kompleks dan menyetop taksi untuk berangkat kegedung serba guna kota, menghadiri acara pernikahan saudara Noni.

Aku menghabiskan waktu hampir dua puluh lima menit dalam perjalanan, karena malam minggu, jadi tahulah seperti apa jalanan kota saat ini. begitu aku sampai ditempat tujuan, aku pun membayar taksi dan keluar. Banyak orang rapi dan terlihat penting yang berlalu lalang didepanku, aku jadi gugup sendiri. Segeralah ku keluarkan ponselku, tapi tiba-tiba...

"Lo Udah sembuh?",

Aku terkesiap, untungnya ponselku teramankan, kalau tidak, sudah pasti jatuh karena kaget. Aku menolehkan kepalaku dengan perlahan, dan disanalah sosok yang belum kutahu namanya. Pria yang tadi siang bertemu denganku. Oh bukan, aku yang menemukannya di perpus, dia sedang tertidur. Ingat?

"Kenapa lo disini?", tanyaku balik masih merasa heran.

"Ini acara pernikahannya saudara gue, kenapa? Dan lo ngapain disini? Ngikutin gue?",

Ck, bisa bicara dia rupanya, hah? aku pikir hanya bisa bertanya 'masih sakit' dan 'lo udah sembuh' saja, ternyata dia punya bahasa lainnya. Gumamku sedikit kesal dalam hati.

"Ge-er banget sih jadi orang. Gue kesini atas permintaan temen gue", kataku kesal dan memilih kembali fokus pada ponselku untuk menghubungi Noni.

"Itu temen lo?", tanyanya membuatku mendongak dan tersenyum lebar. Aku pun tanpa bicara apa-apa lagi pada pria itu langsung menghampiri Noni dan menempel padanya sekaligus berlindung dari pria itu.

"Lo udah kenal Arie?", tanya Noni begitu ia membawaku masuk kedalam gedung.

"Hah, siapa?", tanyaku.

Kita DekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang