#Dia lagi

16 3 0
                                    

Hari Minggu. Kemarin malam, aku sudah menelpon Firman memintanya menjemputku, tapi telponnya selalu sibuk. Jadilah tadinya aku berniat mencari taksi, tapi tidak ada yang lewat. Ternyata laki-laki itu datang lagi. Dodi menghentikan mobilnya yang mengilat tepat didepanku. Memberikan tumpangan padaku sampai didepan rumah. Putri, Noni, Alia, dan Ephy memilih sampai tengah malam, sedangkan aku tidak bisa. Jadi kuputuskan untuk pulang lebih dulu.

Dan sekarang, disinilah kami berada. Ibu dan Ayah tidak ikut, hanya aku, Ilyas, Bunda Ana, dan Ayah Phara yang berada di bandara. Mengantar keberangkatan Firman yang harus kembali ke Singapura. Ada pekerjaan mendadak katanya. Mungkin itu alasan kenapa ponselnya sulit untuk ditelpon semalaman.

"Maaf ya, harus pulang sekarang", pamit Firman pada kami. Aku menatapnya sedih, tapi nyatanya tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya diam. "Mukanya jangan begitu dong", bujuknya padaku. Aku pun memaksakan senyuman padanya, dan dibalasnya dengan senyuman maklum yang terlalu hangat bagiku.

Firman memelukku hangat, aku balas memeluknya. Pelukan kami hanya singkat, "Email aktif terus kok, kalo kangen kirim massage aja", katanya dan aku hanya mampu mengangguk. Setelah itu ia beralih pada Ilyas, memeluknya singkat. Bagaimanapun juga Ilyas, Firman, dan Ghana adalah teman satu permainan sejak kecil, sama-sama laki-laki, sama-sama mengerti, dan sama-sama suka bermain robot, mobil-mobilan, dan motor-motoran. Berbeda denganku dan Firdha.

Ia pamit pada Bunda Ana dan Ayah Phara, Firman pun masuk kedalam antrian. Setelah itu, sosoknya sudah tidak terlihat. Kami pun pulang kerumah masing-masing.

Karena jam masih menunjukkan pukul sembilan, Ilyas ikut membantu Ayah membersihkan taman belakang rumah, sedangkan aku ikut membantu Ibu didapur, Dan Bi Lum yang baru kembali dari pasar pun mulai sibuk untuk membersihkan rumah.

"Gimana kuliahnya, Rum?", tanya Ibu disela kesibukan kami menguleni bahan-bahan masakan.

"Hari Senin Arum udah mulai ikut bimbingan, Bu. Doain aja supaya cepet selesai skripsinya", kataku tanpa mengalihkan perhatian dari wortel yang sedang ku potongi.

"Ibu doain terus kok, Rum. Yang penting kamu serius ngerjainnya", kata Ibu tanpa mengalihkan perhatiannya pula dari kol yang dipotongnya.

"Siap, Bu", kataku membalas ucapannya. Rencana kami hari ini mau membuat sayur bayam, ayam kecap, dan bakwan. Aku yang membayangkannya saja sudah menahan diri untuk tidak meneteskan air liur.

Kami sibuk didapur sampai jam menunjukkan pukul setengah sebelas. Aku dan Ibu pun menyajikan masakan kami diatas meja makan. Setelah itu, datanglah Ayah dan Ilyas dengan pakaian yang penuh dengan keringat. sebenarnya tidak ada bedanya sih antara kami, para perempuan bekerja di dapur dengan para laki-laki yang bekerja di taman belakang. Karena sama-sama berkeringat. Jadi, kami memilih untuk membersihkan diri sejenak barulah setelah itu makan siang bersama.

Biasanya, dihari Minggu begini kami memang menghabisi waktu bersama. Quality time kalau banyak orang bilang. Dan kami habiskan waktu bersama didepan TV, menonton tayangan yang bagus sambil sesekali mengobrol.

"Yas, beberapa minggu lagi ujian kan?", tanya Ayah ditengah keseriusan kami menonton TV.

"Iya, Yah", jawab Ilyas tanpa menoleh dan terus mengunyah keripik singkongnya.

"Ayah tahu kamu pasti nggak mau di paksa. Tapi kami semua mau kamu melakukan yang terbaik, Yas", kata Ayah, membuat Ilyas menoleh dan menatap Ayah. Aku yang ada didepan Ilyas hanya bisa memperhatikan ekpresi wajah adik laki-lakiku itu. dia memang terlalu cuek menurutku, tapi semua seolah berjalan baik-baik saja. Kabar yang membuatku senang selama ini adalah ia tidak pernah menjalin hubungan spesial apapun dengan gadis mana pun. Aku takut gadis itu sakit hati karena sikap cuek Ilyas. Meskipun tidak jarang aku melihat beberapa tamu gadis yang datang kerumah untuk bertemu dengan Ilyas. Atau beberapa kali ponselnya berdering dan malas untuk ia angkat. Aku tahu, itu pasti perempuan. Dan menurutku lebih baik seperti itu sajalah, dari pada ia harus memiliki hubungan spesial dengan mereka, yang ada hanya sumpah serapah yang mereka lontarkan untuk Ilyas.

Kita DekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang