Hari-hari berjalan, aku selalu mengambil kelas bimbingan bersama Kanes dan menghabiskan waktu diperpus untuk mencari bahan skripsi. Dodi? Laki-laki itu? setiap hari aku mengerjainya, jahat? Tidak juga sih sebenarnya.
Pagi, jam setengah tujuh sudah datang, aku mengajak Ilyas untuk berangkat bersama. Sebelum ke kampusku, kami mengantar Ilyas kesekolahnya. Setelah itu mengantarku ke kampus. Pulangnya? Dia mau menjemputku lagi, Ya sudah nikmatilah rezeki yang sudah ada. Dodi menjemputku dan menjemput Ilyas. Baik sekali bukan?
Dan setelah berminggu-minggu berlalu, hari ini hari Senin. Ilyas libur, dan aku terjebak. Kembali hening didalam mobil bersama orang yang sama. Hari-hari sebelumnya, ketika bersama Ilyas mobil terasa lebih ramai, tapi sekarang kami hanya berdua. Bosan lagi.
"Pulang seperti biasa, Rum?", tanyanya membuka percakapan. Dia benar-benar sudah seperti supir untukku. Jemput selalu tepat waktu, heran aku juga. Tidak adakah pekerjaan lain?
"Kayaknya agak sore, soalnya mau nyari bahan sama temen", jawabku seadanya.
"Nyari bahan dimana? Toko buku?", tanyanya lagi.
"Nggak, kita biasa nyari bahan di perpus kampus sih",
"Oh, nanti gue jemput kok. Jam berapa?",
"Hmm, jam empat mungkin",
"Oke",
Dan kami sampai! "Makasih ya, Dodi", kataku singkat dan keluar dari mobil. Segera saja aku memasuki kawasan kampus dan menghilang.
"Eh! Ngapain kamu disini?", tanya Kanes mengagetkanku.
Harus kuakui, dengan wajah penuh keringat, napas yang tidak beraturan, dan kini aku duduk dikursi taman. Nampak seperti orang yang baru dikejar hantu dipagi hari.
"Ih, pake aba-aba dong kalo mau dateng", kataku sedikit kesal, dan ia hanya terkekeh pelan.
"Lagian, dari seminggu yang lalu, tingkah lo kayak gini. Aneh deh", katanya sambil duduk disampingku. Aku hanya menghela napas. Ya, seminggu ini setiap kali keluar dari mobil Dodi selalu ku sempatkan diri untuk berlari kecil dan menghilang. Entah kemana yang penting harus cepat-cepat pergi kalau tidak mau adegan sinteron yang menyita waktu lebih banyak didalam mobil terus terulang ataupun terjadi.
"Lo inget kan sama orang yang gue ceritain itu? temen semasa SMA gue itu lho, si Dodi", kataku.
"Oh, dia lagi? Masih sampai sekarang memang?",
"Iya, nyebelin kan?",
"Tolak aja",
"Pengennya hari ini gue selesain aja lah. Capek juga satu mobil tapi diem-dieman. Aneh malah rasanya", curhatku, dan membuat Kanes malah tertawa.
"Kalian kan memang aneh. Kayak masih ada feeling", katanya dan aku hanya mendengus.
Kami mengikuti kelas bimbingan sampai pukul sembilan pagi. Setelahnya kami sibuk duduk dan membaca di perpus. Hanya beristirahat ketika jam makan siang, setelah itu kami kembali sibuk. Dan sampailah kami di penghujung hari.
"Hati-hati ya", pesanku sebelum Kanes menaiki bus. Kanes hanya mengangguk dan melambaikan tangan kearahku.
Tak lama bus yang dinaiki Kanes pergi, tak lama pula mobil yang sudah kuhapal itu pun datang. Aku masuk kedalam mobil setelah yakin kalau itu benar Dodi.
"Kita makan dulu ya, Rum", ajak Dodi membuat mulutku yang sudah terbuka kembali tertutup. Aku menghela napas sejenak. "Boleh deh", kataku dan membiarkan kami diam kembali.
Beberapa menit diperjalanan tanpa bicara, hanya suara radio yang terdengar hingga kami sampai ditempat tujuan. Tanpa perlu mampir kemana pun, kami langsung mencari tempat makan. Aku memesan ayam tepung bumbu asam manis, sedangkan Dodi memesan steak.
Tempat makan itu tidak terlalu ramai hari ini, mungkin karena belum jam pulang kantor, dan bukan jam makan juga. Dan kami kembali diam sampai pesanan datang. Benar-benar! aku nggak suka suasana seperti ini. bisa kita sudahi ini dengan cepat?batinku tidak kuat. Bahkan hingga pesanan sudah datang pun kami masih diam.
"Harum", panggilnya membuatku mendongak. Aku hampir menghabisi makananku.
"Kenapa?", tanyaku.
"Gue udah pantau lo selama berminggu ini. ternyata lo belum punya pacar",
Uhuk! Dia menyinggung perasaanku! Jahat!
"Lantas? Harus gue punya pacar?", tanyaku sedikit tersinggung, membuat ia terkekeh pelan, aku memilih kembali makan tanpa ada tawa sedikit pun.
"Nggak juga, tapi mau nggak lo balik kehubungan kita waktu semasa SMA?", pertanyaan itu membuatku diam. Aku meletakkan alat makanku dan menenggak minum, berusaha membasahi tenggorokan dengan gerakan santai, padahal sih nggak.
Aku menghela napas sejenak, Dodi sudah menyelesaikan makanannya sejak tadi. "Gue ...", ucapanku terpotong cukup panjang, mataku menatap kearah seorang gadis yang berjalan masuk kedalam tempat makan, aku mengernyit ketika melihat matanya menatap kearahku. Jangan-jangan ...
"Dodi!", bentaknya membuatku terdiam dan menatap sekeliling. Untung tidak banyak orang.
Laki-laki yang dipanggil namanya pun menoleh dan nampak kaget melihat kedatangan gadis itu. bagus! Drama apa lagi ini? batinku.
"Maaf, silahkan duduk", kataku sambil bangkit dari kursi dan mempersilahkan gadis itu duduk disana. Dodi menatapku menuntut. Aku pun membalas tatapannya dengan seringai jahat. Biar saja! Biar tahu rasa sekalian dia.
Gadis itu pun duduk dikursiku, aku berusaha berada di luar lingkaran mereka. "Kamu siapa?", tanyanya padaku.
"Saya akan menjelaskan sesuatu. Tapi kalau boleh, saya ingin tanya. Anda siapanya Dodi?", balas tanyaku.
"Saya pacarnya", jawabnya sedikit kesal. Bingo! Kena kau Dodi. Batinku sambil melirik kearah Dodi yang sudah mulai nampak panik.
"Oh kalau begitu, silahkan kalian bicara. Sepertinya harus ada yang kalian bicarakan", kataku sambil memakai tasku.
"Kamu siapanya?", tanyanya menuntut.
Aku tersenyum, "Saya teman lama Dodi. Kalau begitu, Saya permisi", putusku dan benar-benar pergi dari tempat itu.
Aku dengan berbangga hati berjalan keluar dari tempat itu dan menyetop taksi untuk pulang. Sebenarnya ada rasa sakit dan senang dalam diriku. Sakit karena sudah masuk kedalam permainannya, dan senang karena bisa memenangkan permainannya. Kamu dulu selingkuh, dan sekarang kamu mau jadikan aku seorang selingkuhan? Terimakasih Dodi, kamu benar-benar membuat pikiranku tidak bisa memaafkan kelakuanmu ...
♫
Ditunggu vote dan komentnya... maaf di part sebelumnya nggak ada pesan ini, hehe. Jadi jangan lupa vote dan komentnya yaa... makasih ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dekat
De TodoKini waktu telah membuktikan, Rum. Siapa yang selama ini ada di hatimu? Siapa yang selama ini ada di hari-harimu? Kini siapa yang paling mempertahankan posisinya disampingmu? Bukankah kita telah lama mengenal? Kamu mengenalku dengan baik, bahkan ak...