Dreizehn: Past, Ex-Lover, and Reveal.

2.3K 152 9
                                    

Tiba-tiba, kepala Abigail pusing dan semuanya menjadi gelap seketika. Tak lama kemudian, matanya melihat sosok yang sangat familiar baginya.

Ia berpikir sejenak dan akhirnya ia menyadari kalau ia dibawa ke sebuah masa lalu. Semacam flashback. Dan itu adalah masa lalu Vladimir.

***

"Maaf, Vladimir. Aku telah dijodohkan dengan pria lain."

Vladimir membelalakkan matanya tidak percaya. Jantungnya seperti ingin meloncat keluar ketika mendengar pernyataan dari wanita yang ia cintai.

"Tapi, aku berencana untuk melamarmu minggu depan!" bantah pemuda itu. Gadis yang berdiri di depannya hanya tertunduk lesu.

"Ini semua keinginan Ayahku, Vladimir. Aku juga tidak menginginkannya. Maafkan aku. Ich liebe dich," bisik gadis itu lirih.

Liquid bening itu mulai mengalir dari ujung mata gadis itu. Vladimir maju beberapa langkah, lalu merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya.

Tak lama kemudian, mereka dikejutkan dengan suara seorang pria yang tak lain adalah ayah dari gadis itu sendiri.

"Vladimir, sebaiknya kau pergi! Aku sudah menjodohkan putriku dengan pria lain!" bentak pria itu.

Vladimir menatap pria itu dengan penuh harap. "Tolong, mein Herr. Aku mencintainya." Pria itu menggeleng.

"Tidak! Kau pergi saja! Kau sama sekali tidak pantas untuk putriku!"

***

Hati Vladimir seakan teriris dengan pisau tajam ketika melihat sebuah cincin perak terpasang pada jari manis gadis pujaannya.

"Itu... itu cincin apa?"

"Ini cincin pertunanganku dengan Timothy Heinz, calon suamiku," kata gadis itu dengan suara mencicit, seperti menahan tangis. Vladimir hanya ber-oh pelan.

"Lalu, kau jadi pergi ke New York?"

"Ya. Memangnya, apa yang dapat kulakukan di Jerman? Kau akan menikah dengan pria lain sebentar lagi. Kalau boleh jujur, lebih baik aku tenggelam di lautan daripada melihatmu menikah dengan pria lain."

"Kau tidak boleh berkata seperti itu!" rintih gadis itu. Air mata mulai membasahi pipi kemerahannya.

"Maafkan aku. Selamat tinggal. Semoga kalian langgeng. Cepat punya momongan ya," kata Vladimir.

Bibirnya membentuk sebuah senyuman. Bukan. Bukan senyuman bahagia. Melainkan senyuman yang sangat memilukan. Gadis itu menatap Vladimir dengan nanar.

"Vladimir! Cepatlah!" teriak Ayah gadis itu dari atas kapal Titanic II. "Sebentar, mein Herr!" Pria paruh baya itu memutar bola matanya kesal. "Cepatlah!"

"Aku ada satu permintaan bagimu."

"Apapun itu, aku akan mengabulkannya, Vladimir."

"Janji?" Vladimir menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking gadis itu.

Gadis itu mengangguk. "Clarissa Heinz, berjanjilah padaku. Jika anakmu perempuan. Beri ia nama..."

"Abigail."

***

Setelah perjuangan yang cukup lama untuk bisa post chapter ini, akhirnya... Well, akhirnya rasa penasaran (kalau kalian penasaran sih) telah terobati. Mungkin aku hiatus beberapa hari. Sebagai murid kelas 9 itu tugasnya gak sedikit. Jadi mohon maklum.

Don't forget to gimme stars and leave comments below! Kritik dan saran sangat membantu! Thankieesss, and God bless :)

Love,

Silvertongue.

Titanic IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang