"Mama!"
Abigail berlari menghambur ke pelukan Ibunya. Ia membiarkan air matanya meluncur dengan sendirinya tanpa ia perintahkan.
Begitu juga dengan Ibunya. Wanita paruh baya itu akhirnya dapat bernapas lega, melihat putrinya kembali pulang.
Di samping wanita itu, berdiri seorang pria. Pria itu terlihat tak kalah bahagianya dengan Ibu Abigail. Kedua matanya bengkak, menandakan kalau ia telah menangis.
"Abby!" Ibunya langsung mendekap Abigail dengan erat. Begitu juga dengan gadis itu. Dilingkarkannya tangannya pada pinggang Ibunya.
"Oh, Tuhan. Terima kasih!" Berkali-kali Ibu Abigail mendartkan ciuman-ciuman kecil pada dahi, serta kedua pipi gadis itu.
Setelah berpelukan ala Teletubbies, Abigail pun melepaskan pelukannya. Ia mencari-cari sosok Othello dan Aubree.
Ternyata, mereka juga bertemu dengan keluarga mereka masing-masing. Gadis itu hanya tersenyum simpul.
"Halo, sayang."
Abigail menoleh dan matanya langsung membulat. "Pa-Papa?" panggil Abigail dengan terbata-bata. Sebuncah kegembiraan tumbuh di hati Abigail.
Gadis itu langsung memeluk pria paruh baya yang berdiri di sebelah Ibunya dengan erat. Ya, itu adalah Timothy Heinz, Ayah dari Abigail.
"Abby, Papa merindukanmu, Nak. Papa sangat takut kehilangan kamu. Maaf kalau selama ini Papa tidak ada di sampingmu.
Papa terlalu sayang sama pekeraan Papa, sampai lupa kalau Papa punya kamu sama Mama." Pria yang tak lain adalah Ayah Abigail itu mengusap rambut putrinya dengan sayang.
"Iya, nggak apa-apa kok, Pa. Yang penting, Papa ada di sini sama Abby sekarang," kata Abigail di sela-sela isak tangisnya.
Setelah melepas rindu dengan Ayahnya yang jarang pulang ke rumah karena sering keluar kota untuk pekerjaan, Abigail pun bertanya kepada Ibunya.
"Apakah nahkoda kapal tadi menelpon Mama?" Ibunya menggeleng lemah. Beliau terlihat jarang tidur karena lingkaran hitam menghiasi bawah matanya. "Lalu?" tanya Abigail bingung.
"Kapal yang kamu tumpangi dikabarkan menghilang dari radar mercusuar setelah sepuluh menit berlayar. Kamu telah dinyatakan hilang selama seminggu."
Abigail membelalakkan matanya. Seminggu? Perasaan, ia baru beberapa hari di kapal Titanic II. Semuanya benar-benar membuat kepalanya pening.
"Maafin Mama ya, Nak. Seharusnya Mama tidak paksa kamu untuk naik kapal itu," kata Ibu Abigail dengan nada penuh penyesalan.
"Nggak apa-apa kok, Ma. Seharusnya, Mama berterima kasih kepada Vladimir yang sudah tolong aku sama teman-teman."
Ibu Abigail, Clarissa, tersentak kaget. "Vla-Vladimir?" tanyanya dengan terbata-bata. Abigail mengangguk mantab.
"Vladimir Dvorak. Pria yang menyuruh Mama untuk memberiku nama Abigail." Gadis itu tersenyum kecil.
Terlihat sebutir cairan bening muncul dari ujung mata Ibunya. "Kamu bertemu dengan Vladimir?"
Abigail mendekati Ibunya, lalu membisikkan sesuatu. "Iya, Ma. Vladimir Dvorak, cinta pertama Mama. Dia bilang, dia sayang banget sama Mama dan berdoa supaya Mama selalu bahagia sama Papa."
Dada Ibu Abigail naik-turun berulang-ulang kali. Rasanya sangat sesak ketika mengingat masa lalu yang kelam itu.
Tak disangka, putrinya bertemu dengan cinta pertamanya yang sudah meninggal tiga puluh tahun yang lalu.
"Vladimir..." kata Ibu Abigail dengan lirih. Lalu, wanita paruh baya itu menatap Abigail. "Dimana dia sekarang?"
"Vladimir sudah pergi, Ma. Biarkan dia beristirahat dengan tenang." Abigail tersenyum lebar.
Perasaan yang sangat lega dirasakan oleh Ibu Abigail. Sebuah senyuman juga terukir di bibirnya. Ia sungguh berterima kasih kepada Vladimir karena telah menjaga putri semata wayangnya.
Lalu, keluarga kecil itu berpelukan. Sembari berpelukan, Ibu Abigail menatap ke langit biru dan berbisik lirih,
"Terima kasih Vladimir. Selamat tinggal."
--THE END --
![](https://img.wattpad.com/cover/46266844-288-k496581.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanic II
Mystery / ThrillerAura yang mengerikan dan mencengkam menyelimuti kapal itu. Kapal yang menyimpan rahasia dan misteri puluhan tahun lamanya. Dimana rahasia dan misteri yang mulai terungkap secara perlahan, Serta memori lama yang terkenang kembali. Semuanya ada di kap...