Part 11 (Revisi)

7.3K 233 7
                                    

VOTE AND COMMENT JANGAN LUPA!

.

.

.

HAPPY READING AND ENJOY!

******

NEW YORK CITY, USA

Laki laki itu masih sibuk dengan laptop dan berkas berkas berserakan ketika kemudian terdengar ketukan lembut dari luar ruangan, "Come in." Ujarnya datar.

Seorang wanita dengan perangai santun dengan setelan kerja masuk setelahnya, "Selamat malam, Sir. Saya membawa laporan dari departemen keuangan yang anda minta."

Laki laki itu mengangguk singkat tanpa berniat melihat lawan bicaranya yang masih berdiri kaku, "Taruh." Jawabnya.

Wanita berkacamata itupun mengulurkan tangannya untuk menaruh berkas yang dibawanya dimeja miller yang berantakan dengan kertas kertas dan setelahnya bersuara, "Would you like to drink something, Sir?" Tawarnya ketika melihat penampilan dan raut wajah miller yang tampak sekali kelelahan. Bagaimana tidak? Bossnya itu sudah berkerja dari jam satu siang sejak kembali dari acara bermain tembak tembakannya dengan teman temannya dan belum istirahat sama sekali sampai sekarang. Laki laki itu hanya sempat keluar untuk memarahi para karyawan di departemen keuangan setelah menemui banyak kesalahan didalam laporan yang dibuat mereka kemudian meminta dibuatkan kopi hingga masuk kembali keruangannya dan sampai sekarang tidak ada tanda tanda laki laki itu akan beristirahat barang sebentar.

"coffee without sugar, please." Benar. Dia butuh kopi untuk menetralkan emosinya yang selalu saja naik ketika melihat isi laporan yang seperti dibuat oleh orang orang bodoh yang tidak berkompeten. Padahal miller yakin dia sudah menyeleksi dengan ketat setiap karyawan yang masuk kekantornya tapi kenapa kesalahan seperti ini masih saja terjadi?!

"Baik, Sir." Wanita itu menjawab dengan sopan dan berniat pergi namun kemudian memberanikan diri untuk bertanya lagi, "Maaf jika saya lancang, anda sudah bekerja keras sejak siang tadi, Sir. Tidakkah anda berniat istirahat barang sebentar? Saya juga belum melihat anda makan sejak anda datang, Apakah anda ingin sesuatu? Saya bisa—"

"Tidak usah, Terimakasih. Tolong buatkan kopi saja."

Wanita itu menelan ludah dan menjawab, "Yes, Sir." Kemudian segera pergi sambil menyesali keputusannya telah bertanya pada mahluk kutub utara namun tampan itu.

Miller menghembuskan nafas dan menyandarkan kepalanya dikursi kerja. Memeriksa laporan keuangan seperti ini benar benar menguras energi otaknya. Miller bisa saja menyuruh manajer atau direktur keuangan namun kepercayaan seringkali disalahgunakan oleh orang orang dan itu sebabnya milller memilih memeriksanya sendiri. Laki laki itu memijit pelipisnya pelan lalu melirik jam digital dimejanya yang bertuliskan angka 11. Setelah meneguk kopinya sekali lagi, ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang karna teringat dengan janjinya dengan mamanya untuk pulang setelah sekian lama tidak mengunjunginya.

"Yes, Boss? This is liam."

Miller sekali lagi melirik jam sebelum menjawab,"Liam, Siapkan penerbangan malam ini. I've to go home."

"Where home? Indonesia?"

"Iya. I want that already at 12."

"Copy that, Sir!" Miller segera mematikan sambungan ketika mendengar jawaban yang diinginkannya dan kemudian mematikan laptop lalu beranjak keluar dengan menyampirkan jasnya dibahu tanpa memakainya.

A (Trust Is The Code)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang