5_ Get Lost & Find Ur Color

2.2K 239 8
                                    

"Ah, lo kayak gak tahu dia aja! Dia itu emang mainannya Om-Om!"

"Masa, sih?"

"Semua cowok di kampus ini juga ngincar dia, lo gak tahu? Gue juga mau, sih... hahaaa! Tapi, gue harus kuras isi tabungan gue kalau mau pake dia!"

"Hahaa..., kalau gitu lo jangan ngimpi! Tapi kok, gue gak pernah lihat dia jalan sama cowok anak kampus ini, ya?”

"Gak tahu juga, sih. Kita kan, masih semester awal. Yang gue tahu, dia itu paling deket sama Verrel. Ituloh, cowok yang bisa bikin cewek-cewek rela ngemis cinta! Nyebelin tuh cowok!"

"Haha! Segitunya lo! Lo sirik sama dia?"

"Bruh, siapa yang gak sirik sama dia? Sekali senyum, dua tiga cewek geleparan. Apalagi, cuma dia doank yang bebas deket sama Illy, selain senior-senior populer lain pastinya. Hidupnya pasti bahagia!"

"Hahahaaaa...."

Apa mereka benar-benar sedang membicarakan Illy dan Verrel? Jadi…, seperti itukah mereka berdua? Untuk beberapa saat, Al membatu seraya berusaha mendengarkan obrolan anak semester satu itu, tentang Illy dan Verrel. Setelah kupingnya terasa panas dan tidak kuat lagi mendengarnya, ia secepat mungkin pergi meninggalkan anak-anak itu.

Sampai di lorong belakang kampus yang cukup sepi, Al yang masih shock sekilas melihat punggung seseorang yang begitu familiar di balik pilar. Baju dan celana itu yang Verrel kenakan pagi tadi. "Itu… Verrel...?"

Al berjalan mendekat, tapi langkahnya terhenti saat melihat Verrel ternyata tengah menghimpit seorang gadis yang bersandar pada tembok. Ia membuka matanya lebar-lebar untuk memperjelas penglihatannya. Kontan ia semakin shock. Di sana, Verrel tengah menundukan kepala dengan kedua tangan merengkuh wajah gadis di depannya. Verrel terlihat begitu bernafsu, mencumbu gadis yang tidak mampu menahan desahannya.

Lalu, Al melihat tangan Verrel beralih pada titik lain tubuh gadis itu, menyusup melalui bajunya. Cepat-cepat ia membalikan badan dan kembali bersembunyi di balik pilar. Toh, Verrel pun tidak akan sempat menyadari kehadirannya. Ia yang kaget bukan main berusaha mengatur nafasnya, lalu segera beranjak dari tempat yang mendadak terasa panas itu.

Apa aku salah menilai mereka? Tapi, aku bahkan memang belum sempat menilai seperti apa mereka. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus menjauhi mereka? Tapi, selama bersama mereka, rasanya hidupku mulai berubah. Aku hanya… belum memastikan perubahan macam apa itu.

Al menyelesaikan beberapa kelas dengan pikiran melayang, sama sekali tidak fokus. Tubuh dan alam pikirannya benar-benar terbagi. Sampai saat pulang pun, ia masih sibuk memikirkan semuanya.

Karena tidak fokus, akhirnya Al tidak menyadari saat tanpa sengaja menabrak seorang senior berperawakan tinggi besar di sekitar gerbang keluar kampus. Pria bertubuh besar itu pun emosi saat minuman di tangannya terlempar dan tubuhnya nyaris tersungkur.

"Ma-maaf, Kak..., saya gak sengaja...." Jantungku berdegup kencang. Melihat tampang beringas pria itu, aku tahu jika aku telah melakukan kesalahan fatal.

"Maaf apaan! Lo gak punya mata?! Mau gue bikin buta beneran, huh?!" Pria itu mendekati Al dengan tatapan mengintimidasi.

Al benar-benar tersudut dan mulai takut. "Tapi, saya benar-benar gak sengaja. Bi-biar saya ganti minumannya."

"Ah! Banyak omong lo!" Pria bertubuh besar yang sudah mengepalkan tangan itu melayangkan tinjunya tepat ke arah wajah Al.

Al ememjamkan mata, bersiap menerima rasa sakit yang pasti sangat menyakitkan.
Kenapa gak sakit-sakit? Kok gak kena-kena pukulannya? Ia masih memejamkan matanya.

Beberapa detik kemudian, ia mendengar suara yang sangat ia kenal. Verrel? Ia segera membuka mata dan mendapati Verrel sudah menghadang tinju pria itu.

"Dia udah minta maaf! Gak susah kan, maafin orang?” bentak Verrel. “Oh, gue tahu, emang hobi lo nindas orang, ya?!"

"Mau jadi pahlawan kesiangan lo?!" Pria itu kembali melayangkan bogem mentah, dan kali ini pas mengenai hidung Verrel.

Verrel meringis, namun masih sempat tersenyum dingin. "Oke, kalo ini mau lo!" Ia melompat seraya melayangkan tinju keras pada ujung bibir pria tadi.

Pria itu kehilangan keseimbangannya, nyaris tumbang. Namun, kembali menyerang Verrel. “Brengse* lo!”

A Wallflower Love Story (AWLS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang