2_ Make A Friend

3K 286 24
                                    

I got All I need when I got you and I... I look around me and see a sweet life...
I'm stuck in the dark but you're my flash light...
You're getting me getting me through the night...
Kick start my heart when you shine it in my eyes...
Can lie it's a sweet life...
-Flashlight by Jessie J-

Lantunan suara lembut mengalun indah, menggema di seluruh ruang café. Seorang gadis cantik berperawakan mungil, berkulit putih, dan bermata hazel semanis karamel tengah duduk di sebuah kursi, di tengah ministage sambil menjiwai lagu favorit yang tengah ia nyanyikan. Namun sungguh, jauh di hatinya yang terdalam, ia berharap bait-bait lirik dalam lagu itu akan menjadi kisah nyatanya.

Semua pasang mata enggan berkedip. Tidak satu pun di antara mereka mengeluarkan suara untuk sekedar menyapa teman di mejanya. Mereka hanya ingin fokus menikmati suara dan pemandangan indah di atas panggung.

Sayang sekali, beberapa di antara penikmat di sana ternyata hanyalah pria hidung belang yang menatap dengan tatapan liar penuh gairah. Sungguh menggambarkan betapa mesumnya mereka yang dengan rakus menikmati punggung mulus dan kaki mungil nan seksi yang terbingkai indah dalam sheath minidress ketat berwarna hitam.

Di satu sudut cafe, berdiri seorang pria yang bukannya menikmati penampilan bidadari di atas panggung, malah menghitung berapa laki-laki bejat yang pantas mendapatkan semprotan gas air mata. Atau, bisa saja ia bertingkah seperti bocah urakan dengan menghampiri mereka, lalu menyemprotkan saus cabai ke mata mereka. Tapi, tidak! orang-orang seperti itulah yang bisa ia dan gadisnya berikan ciuman manis namun mematikan yang cukup bisa menyadarkan mereka, betapa hidup ini pahit bagi sebagian orang.

~~~

Di dalam Van hitamnya, Verrel tengah menunggu Illy keluar dari café tempatnya bekerja. Tak lama, Illy sudah keluar dan masuk ke dalam mobilnya. "Wow! Gue yakin lo dapat banyak malam ini!" celetuknya.

"Ya, selama orang-orang itu terhibur dengan nyanyian gue, café-nya rame, dijamin gue bakal tetap dapet honor gede," sahut Illy dengan wajah ceria.

"Lo yakin suara lo aja yang buat mereka betah duduk lama-lama di sana?"

Illy hanya tersenyum dingin menanggapi pertanyaan Verrel itu. Sama sekali tidak penting baginya untuk dijawab.

"You exacly know what I mean! Om-Om mesum itu gak peduli sama suara lo, sebagus apa pun. Mereka cuma liat lo sebagai objek mesum di otak mereka! Fuc*! Gue pengen colok mata mereka pake cabe!"

“Hahaha!” Illy tergelak. Ia tahu betul maksud Verrel yang selalu tidak terima dengan perlakuan pria-pria yang memandangnya seperti itu. "Come on! Lo gak lagi ngatain gue cabe-cabean, kan ? Itu kan hobi gue, ngasih pelajaran Om-Om mesum kayak gitu! Lagian, gue bisa jaga diri, kok. Lo tenang aja."

"Ya, gue juga gak akan biarin lo gak jaga diri lo!" timpal Verrel.

Van hitam itu pun meluncur meninggalkan café. Sekitar 15 menit, mereka berhenti di depan sebuah rumah kost yang terdiri dari 4 lantai. Ya, itu tempat tinggal Illy. Sebuah kost dengan satu kamar yang cukup luas. Cukup untuk sekedar menerima tamu duduk di sofa, tidak jauh dari tempat tidurnya. Kamar kost itu pun dilengkapi satu kamar mandi dan dapur. Pas untuk ditinggali seorang diri oleh anak kuliahan seperti Illy.

"Gue masuk, ya!" Illy bergegas keluar dari mobil.

"Ly, besok gue jemput!" teriak Verrel.

"Terserah lo!" sahut Illy sambil melambai tanpa menoleh.

Sampai di kamarnya, Illy langsung melemparkan tubuhnya yang hari itu terasa begitu lelah. Sebenarnya, bukan hanya hari itu, tapi setiap harinya. Nyaris setiap ada kesempatan, Illy selalu bekerja keras dengan kemampuannya sendiri untuk membiayai hidupnya yang sebatang kara di Jakarta. Semenjak tiga tahun yang lalu, ia memutuskan untuk meninggalkan keluarganya di Bandung, dan bertekat untuk hidup mandiri. Dan inilah buktinya, ia bisa melakukan itu dengan caranya sendiri.

A Wallflower Love Story (AWLS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang