18_ Too Hard To Choose

1.8K 173 33
                                    

Langkah laki-laki itu begitu cepat, dia baru saja turun dari sebuah limusin dengan sorang pengawal pribadi yang membukakan pintu untuknya. Laki-laki itu langsung berjalan masuk kedalam rumah megahnya. Tatapannya lurus dan tegas, tidak menoleh sama sekali pada beberapa orang berseragam sama yang berjejer menyambutnya sambil menundukan kepala, tidak berani sedikitpun menatap wajah laki-laki itu. Wibawanya seolah terlalu menyilaukan untuk dilihat, dan akan sangat kurang ajar jika mereka berani melakukan itu tanpa alasan yang tepat.

Di depan ruang kerjanya, seorang laki-laki mengenakan pakaian serba hitam dan jaket kulit sudah menunggunya. Laki-laki itu terlihat begitu menghormatinya tapi, dari semua orang yang bekerja di rumah itu, hanya dia yang berani menatap langsung pada atasannya itu. "Selamat pagi, Tuan." Sapanya.

"Ah, Jay... Kamu pasti udah siapin semua yang saya minta ?" tanya pria itu tak berbasa-basi. Memang itulah tujuannya pulang, setelah sebelumnya istinya, kali ini dia sendiri yang merasa harus turun tangan langsung.

"Sudah, tuan." Jawab pak Jay mantap tapi, saat mengucapkannya tersirat sedikit raut takut dan ragu diwajahnya.

"Masuk, kamu jelasin semuanya." Perintah pria itu lagi. Pak Jay hanya mengangguk dan langsung mengikuti langkah pria itu masuk kedalam ruangannya.

~~~

Al masih dalam perjalanan pulang. Dia masih merenungkan semua yang telah dia lakukan dengan Illy. Itu... seperti sebuah kenikmatan diatas kesalahan yang tak bisa diukur. Walaupun begitu, tidak ada yang harus disesali, selain karena keraguan Al atas semua yang menunggu didepannya. Dia sudah memberikan kepastian yang dia sendiri masih ragukan, kenyataannnya dia bahkan belum bisa melihat semuanya secara jelas.

~~~

"Sampe kapan anak itu main-main ?!!!" Pria yang kira-kira berusia lebih dari 50 tahun itu bahkan sudah nyaris kehilangan kesabarannya saat orang kepercayaannya baru memulai menjelaskan.

"Maaf, tuan. Tapi, tuan Al terlihat sangat bahagia bersama teman-temanya. Selama ini belum pernah tuan Al seperti ini, hanya mereka teman tuan Al..." pak Jay dengan sangat berhati-hati menyanggah pernyataan atasan yang tidak lain adalah ayah kandung Al sendiri.

"Ha ! Itu juga alasan ibunya, dia mati-matian biarin anaknya berontak sampe jadi gini ! Rupanya kamu juga sama !" kata Pria itu dengan tawa dinginnya. "Al harus mulai ikut saya, sudah waktunya dia terjun langsung menggantikan saya. Jadi, sepertinya dia tidak akan punya waktu untuk bermain-main lagi. Salah jika dia memulai semua ini, karena pada akhirnya dia juga yang harus mengakhirinya, sesulit apapun dia harus melakukannya." lanjutnya. Ayah Al kemudian menghela nafas, raut wajahnya terlihat begitu lelah, "Al terlahir dalam keluarga yang keras, sejak kecil dia sudah dipersiapkan untuk semuanya. Saya bahkan mengorbankan semuanya dengan menyembunyikan dia dari saingan dan musuh-musuh saya. Saya tahu ini tidak adil untuk Al tapi, ini takdirnya." Kata-katanya terdengar semakin berat dengan raut wajah yang semakin gelap, seolah menyembunyikan penyesalan yang mendalam.

"Tuan... Saya juga harus menyampaikan sesuatu." Pak Jay kemudian ingat dengan informasi yang baru dia dapat tidak lama ini. "Seseorang sudah mengetahui identitas tuan Al sebagai pewaris tunggal tuan. Dan orang itu yang yang mencelakai tuan Al belum lama ini."

"Maksud kamu ? Siapa ? Kenapa kalian bisa sampe kecolongan ?!"

"Namanya Jack, tuan."

"..." Ayah Al berusaha mengingat-ingat nama itu tapi sebelum berhasil pak Jay kembali melanjutkan penjelasannya.

"Nama lengkapnya Jack Andori..."

Ayah Al akhirnya mengingat nama itu, wajah orang itu langsung samar-samar dia ingat. "Apa ?! Dia ?!" Ingatan ayah Al pun kembali pada kejadian dua puluh tahun lalu, saat dia dengan tanpa perasaan mengusir Jack dari salah satu gedung anak perusahaannya di Jakarta. Bukan tanpa alasan, itu dilakukan karena Jack sudah melakukan korupsi bahkan sampai menyebabkan anak perusahaannya nyaris bangkrut. Tak lama, Jack akhirnya diseret kedalam penjara. "Kenapa dia bisa tau soal Al ?!!!" Ayah Al mulai takut, dia yakin melihat kilatan dendam saat terakhir kali Jack menatapnya.

A Wallflower Love Story (AWLS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang