25//Bonus Part

490 18 3
                                        

PUTRI ANDRIANA'S POV

Hari pernikahanku pun tiba setelah persiapan yang keluarga kami lakukan selama 6 bulan ini. Aku tidak menyangka penantianku selama 5 tahun ini berbuah manis. Bahkan sangat manis.

Semua drama, kesalahpahaman, atau apapun yang terjadj 5 tahun lalu itu seperti dilupakan begitu saja.

Tapi, kemana Alfian? Semenjak hari itu, hari dimana Ali melamarku, dia menghilang begitu saja. Entah dia senang atau bahkan sedih saat ini. Tapi aku percaya, jauh dilubuk hatinya pasti merasakan apa yang dirasakan sahabatnya hari ini. Yaitu kebahagiaan.

"Cantik sekali anakku." Mama muncul disampingku. Mama juga begitu cantik hari ini dengan kebaya berwarna coklat yang memang menjadi warna tema di hari pernikahanku hari ini.

"Aku sayang mama selalu, walau sebentat lagi aku akan menjadi milik Ali." Aku memeluk mama, aku pasti akan merindukan hangatnya pelukan ini saat aku sudah menjadi istri Ali. Dan mungkin akan ikut kemanapun Ali tinggal.

Kami berpelukan sangat lama, sangat erat, dan yang pasti sangat hangat. Mungkin nanti aku juga aku akan merasakan menjadi ibu seperti mama. Aku sudah mencium aroma kebahagiaan itu.

Mama menghapus air mataku secara perlahan agar makeup yang baru saja dipakaikan padaku tidak luntur. "Sudah cantik seperti ini tidak boleh menangis. Ayok, sebentar lagi Ali mengucapkan ijab qabul, pasti kau merasa sangat berdebar? Mama jadi mengingat saat mama menikah dulu."

"Mamaaaaaa, doakan anakmu ini agar bisa mempunyai keluarga yang terus bahagia seperti keluarga kecil kita ya, ma."

"Iya, sayang. Aamiin."

Benar kata mama, aku merasa bahagia. Berdebar menunggu Ali mengucapkan janji suci itu. Dan juga sedih harus jauh dari mama, papa, dan Rayhan.

Aku tidak terlalu mendengar dengan jelas, tapi aku mendengar dengan jelas saat Ali mengucapkan, "saya terima nikahnya Putri Andriana binti Adjie Bagaskara..........."

Mendengar sedikit saja aku merasa sudah sangat bahagia. Kembali menitihkan airmata kebahagiaanku ini. Tapi aku harus menahannya karena tak mungkin mempelai perempuan keluar dengan mata yang berkaca-kaca seperti ini, bisa-bisa semuanya mengira aku terpaksa, haha bercanda.

Mamaku dan mamanya Ali menggandengku keluar dari tempat 'persembunyian'. Kami berjalan dengan perlahan, aku tersenyum tak berhenti untuk hari ini. Mungkin hari ini akan menjadi senyumanku yang paling terindah.

Aku melihat semuanya berdiri, beberapa ada yang mengabadikan momen ini, ada juga yang melambai-lambaikan tangannya kepadaku tapi aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman.

Ali berdiri di depan meja ijab qabul dan disitu juga ada papa, dan yang pasti bapak penghulu. Di belakang meja itu, ada Gerry dan istrinya—Eliza, Patricia dan suaminya—kak Hasan, Fauzi yang terlihat menggandeng seorang perempuan yang cantik, kak Harry datang juga bersama mamanya dan tentunya istri kak Harry—Tya, lalu ada Lita yang bersebelahan dengan papanya Ali, ada Rayhan juga yang daritadi terus mengabadikan momentum spesialku hari ini.

Momen bahagia mana lagi yang lebih bahagia daripada hari pernikahan? Semuanya datang dan berkumpul. Itu juga membuat senyumanku terus mengembang dan mengembang semakin manis.

Aku akhirnya sampai ke meja ijab qabul, Ali tersenyum kepadaku. Ah, senyuman itu yang selalu mengambil hatiku.

Ali memakaikan cincin di jari manisku, begitu juga sebaliknya. Aku memakaikan cincin di jari manis Ali. Lalu aku mencium tangan Ali tanda aku sudah sah menjadi nyonya Kahfi Ali Fadhillah.

Andai Dia TahuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang