14

274 8 0
                                    

Sudah 2 minggu berlalu semenjak kejadian Alfian menabrak Putri. Semenjak aku tahu sahabatku jatuh cinta dengan orang yang sama denganku. Aku tak seharusnya merelakan Putri begitu saja. Aku tak seharusnya gampang mengucapkan kata menyerah seperti itu.

Aku tidak bisa bersikap seperti ini, berpura-pura merelakan tapi sesungguhnya berat untuk merelakan. Apa harus aku mendatangi Alfian lalu berkata bahwa aku tidak jadi merelakan Putri?

Buku catatan yang biasanya menjadi santapan saat istirahat hanya aku bolak-balik. Entah apa yang aku baca. Pikiranku hanya tentang Alfian dan Putri. Kenapa dari semua banyak perempuan cantik di sekolahnya, kenapa harus Putri, kenapa harus orang yang sama lagi.

Beberapa tahun yang lalu. Sebelum aku bertemu Renitha, aku dan Garing selalu jatuh cinta dengan satu perempuan yang sama. Saat SD kami menyukai Theresia, lalu kemudian Aida, Hanna, Gita sampai saat kelas 8, kami jatuh cinta dengan gadis yang sama 'lagi' bernama Amanda.

Gadis yang sangat cantik. Setiap pagi kami selalu berlomba untuk mengajaknya makan di kantin sekolah. Saat weekend kami berdua selalu berlomba untuk mengajaknya pergi. Dan dia selalu menerima kami berdua apa adanya, tidak pernah menolak ajakan kami. Sampai saat acara graduation kakak kelas 9, Amanda diundang oleh kak Dimas.

Hati kami berdua sangat hancur, karena kami tahu setelah graduation selesai Amanda dan kak Dimas menjadi pasangan kekasih. Amanda selama ini memang menyukai kak Dimas, betapa bodohnya kami—aku dan Alfian selalu mengikuti kemauan Amanda, tergila-gila padanya. Saat itu, kami berjanji tidak akan jatuh cinta dengan perempuan yang sama. Tidak akan berkencan dengan perempuan yang sama, dan juga selalu menjaga perasaan masing-masing.

"LI, ALI? HALO? MASIH SADAR, KAN?"

Tubuhku terdorong oleh Fauzi yang tiba-tiba saja berada dibelakangku, tubuh Fauzi yang atletis membuatku sadar begitu saja.

"Aduh bisa biasa aja, kan manggilnya? Aku tidak tuli, kupingku masih bisa bekerja dengan sempurna, kok. Lagi belajar buat ujian praktek minggu depan nih, memang kau tak belajar untuk praktek? Ingat sebentar lagi kita banyak ujian-ujian yang harus di selesaikan."

"Iya, iya, iya. Semua orang berkata seperti itu padaku, aku tak mungkin lupa soal semua ujian kelulusan kita. Lagipula, kau tidak sedang belajar, kan?" Fauzi mendekatkan wajahnya padaku.

"Serem juga jika kau mendekatkan wajahmu seperti itu. Kau tak lihat aku daritadi membaca buku catatanku?"

"Tidak, aku tidak percaya. Pasti kau memikirkan Alfian dan Putri, kan? Sudahlah, lupakan perjanjian kalian itu. Saat ini tak adil, kau baru saja menemukan perempuan setelah kau selalu memikirkan Renitha. Sedangkan Alfian..."

"Sudah. Aku sedang ingin belajar untuk ujian praktek. Sana kau kembali ke tempat dudukmu. Sana. Sana pergi."

Fauzi hanya menggeleng lalu pergi ke tempat duduknya.

Apa kali ini aku harus mementingkan perasaanku dibandingkan perjanjianku dengan Alfian?

-------------------

PUTRI ANDRIANA'S POV

Hari Minggu yang aku tunggu-tunggu akhirnya tiba. Aku pergi ke toko buku bersama Ali! Semua pakaian telah aku coba. Warna putih, biru, merah, hijau, sampai akhirnya aku menggunakan pakaian berwarna merah muda yang cantik. Aku menggerai rambutku yang sudah hampir panjang sepinggang, dan aku memberi jepitan kecil disisi kanan rambutku. Aku siap.

Andai Dia TahuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang