Part 7

13.3K 984 16
                                    

Ana melihat pemandangan di luar jendela kamarnya dengan tatapan tenang. Keira terlihat bersenda-gurau dengan Rakha sembari memakaikan helm ke kepalanya. Tak lama kemudian motor matic itu pergi meninggalkan pekarangan rumah. Ana menarik napas dan menutup gorden jendela, melanjutkan kegiatannya mengemasi barang-barang keperluannya selama misi.

Untung saja permasalahan paling krusial bisa teratasi. Keira tidak perlu ditemani bodyguard selama dia pergi karena Rakha bersedia menjaga adiknya. Tidak perlu ada perang mulut lagi.

"Udah siap?" tanya Om Yuda.

Ana mengangguk tanpa menoleh. Dia memasukkan barang terakhir, yakni ponselnya, ke dalam kantung baju. Selama seminggu, dia akan berada di Lampung untuk menunaikan sebuah misi yang cukup menantang. Ayahnya sudah melakukan segala cara agar Ana tetap tinggal di rumah dan bekerja official saja. Tapi apa daya? Ternyata Jendral besarnya hanya ingin Ana yang memimpin tugas ini—dengan dalih bahwa Kapten lainnya tengah sibuk dengan misi masing-masing. Akhirnya Ana sendiri yang memutuskan untuk tetap bertugas lapangan dan kuliah secara bersamaan.

Lelah? Sangat.

Tapi dia tak bisa meninggalkan sumpah dan kewajibannya kepada Negara. Dan dia juga tak bisa mengingkari janjinya kepada sang ibu untuk menjaga Keira. Ana tidak bisa memilih diantara keduanya.

×××

Nathan sengaja pergi ke kampus lebih dulu dan meninggalkan Titan yang tak kunjung bangun. Entah kenapa sejak pertemuan singkat nan awkward itu membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Setelah memperkenalkan diri, Titan menyalami Athena seperti orang gila dan terus berterimakasih padanya. Athena yang tidak mengerti hanya diam saja dan menatap bingung.

Athena ... Athena ...

Nama yang bagus dan unik, pikirnya.

Sekarang dia seperti orang yang kurang kerjaan karena memasuki kampus lewat Gerbang Timur. Padahal gedung kelasnya ada di depan Gerbang Barat. Tentu saja ada alasan dibalik ini semua.

Nathan ingin melihat Athena.

Dia geli sendiri mengingat alasan kurang logis yang dipikirkan otaknya. Tapi memang kenyataan itulah yang mau tak mau dia terima. Bukan hanya namanya saja yang selalu dia ucapkan dalam hati, namun juga wajah dengan rahang tegas dan tulang pipi tinggi itu sudah terlukis permanen di otaknya. Hasrat ingin bertemu ini begitu menggebu hingga membuatnya mual sendiri.

Akhirnya dia bisa mengetahui dengan jelas wajah itu. Wajah yang sejak pertama kali selalu ada di pikirannya. Dia sengaja duduk sebentar di bawah pohon rindang dan menatap ruang kelas Athena dari kejauhan. Menunggu sosok gadis bertubuh tegap dengan langkah mantap keluar dari sana. Kelas Nathan dimulai pukul 1 nanti. Masih ada waktu sekitar setengah jam. Sedangkan kelas gadis itu akan bubar beberapa menit dari sekarang.

Nathan menahan napas saat pintu kelas itu terbuka dan satu-persatu mahasiswanya keluar. Dia tanpa sadar tersenyum kecil kala melihat Keira keluar bersama dengan seorang cowok berambut gondrong yang dia temui kemarin. Mereka mengobrol dengan cukup serius. Dimana Athena?

Biasanya Athena bersama Keira, selalu. Itulah setidaknya informasi yang dia dapatkan dari Titan. Dia tidak perlu tahu bagaimana Titan mendapatkan semua info itu. Nathan meyakinkan diri untuk menunggu sebentar lagi. Tapi keyakinan itu pudar saat Athena tidak kunjung keluar. Dengan langkah kecewa, dia berjalan jauh untuk menuju ruang kelasnya.

×××

"Ini bener-bener curang!" dengkus Reynald. "Siapapun tahu kalau lo boleh pakai AK-47 saat OMSP tahun lalu. Kenapa gue gak boleh?!"

Ana menoleh dan memeletkan lidahnya kepada Reynald. Pria itu langsung mengerang kesal dan membanting tubuhnya ke atas sofa. Ana sedang berdiri di depan lemari panjang dan membaca sesuatu. Sekarang pukul 2 pagi dan mereka tengah menunggu seseorang melaporkan keadaan. Ana menutup map dan mengembalikannya ke dalam laci.

Final Masquerade Series (#1) : No One Needs To KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang