Chapter 40

23.6K 1.3K 84
                                    

"Eh, mas.. Cari siapa ya?" kata seseorang wanita setengah baya ketika sampai diambang pintu gerbang. Ali masih melamun dan tak sadar akan suara yang memanggil manggilnya.

"Mas!!"

Cowok itu tersentak dan hampir saja jatuh dari motornya.

"Eh" katanya tergagap

Asisten rumah tangga itu menyipitkan mata "Mas cari siapa?" ulangnya

"Pri...lly?" otaknya mendadak menjadi lambat.

"Cari Non Prilly ya, mas?" tanya wanita setengah baya itu "Non Prilly-nya kan sudah pergi dari kemarin..."

"Iya" ali mendesah sambil turun dari motornya dan mendekatkan diri ke pagar "saya tahu, bi. Saya kesini..." ali memutar otak, "mau ambil barang saya yang prilly pinjam dari saya"

Asisten rumah tangga itu bingung. "Barang apa ya mas? Non prilly nggak nitip pesan apa apa sama saya"

Ali memutar bola matanya "Dia tadi telepon saya.." ia berdehem "katanya saya langsung saja ambil dikamarnya.."

Asisten rumah tangga itu mengangguk-angguk tersenyum.

"Oh begitu, masuk saja mas" ucapnya mempersilahkan. Wanita itu merogoh kantong roknya dan mengambil kunci gerbang, lalu membukannya.

"Terima kasih, Bi" ucap ali sopan.

Ali masuk. Sikapnya seperti terhipnotis dan pikirannya seolah berada di alam sadar. Bagaimana dirinya bisa berkata bahwa prilly menyuruhnya mengambil sesuatu dikamar?

Kedatangannya sebenarnya tak memiliki alasan yang jelas. Langkahnya terbawa begitu saja. Tapi tak disangka-sangka jawabannya malah mengantarkannya kerumah gadis itu.

Ya sudahlah, tak apa-apa, pikirnya. Tidak ada ruginya sama sekali.

Beruntung fero tidak berada dirumah sehingga ali bisa masuk kedalam dan mencari petunjuk keberadaan prilly.

Ia sedikit terkekeh ketika saat masuk tadi, juga meminta izin untuk mengelilingi rumah ini dengan alasan untuk mengambil sesuatu dan juga merindukan prilly. Dan lebih beruntung lagi ketika bi sinem tidak berpikir lama untuk memberi izin. Tapi sejujurnya, dari lubuk hati terdalam ali memang merindukan gadis itu.

Ali menyusuri lorong lorong yang ada dilantai dua. Di ujung lorong matanya menangkap sebuah foto dengan piguran biru berukir tulisan "ALI-PRILLY", ia segera ke sana.

Ali mempercepat langkahnya. Ali menarik napas perlahan dan mengembuskannya kembali dengan kuat. Dengan gemetar ia meraba piguran itu, matanya memanas, ia melihat gambar dirinya dengan prilly yang sedang tersenyum bahagia, terlihat jas dari raut wajahnya.

Maaf prill

Ucapnya dalam hati, dengan segera ia berbalik dan menuju kamar prilly.

Ia meraih daun pintu itu dan....

........

........

........

Terbuka

Cowok itu tersenyum lirih dan melangkah masuk.

Aroma vanila yang mendominasi ruangan itu langsung membuat napas ali sesak. Kamar yang didominasi warna langit senja itu sepi. Dan semuanya tertata sangat rapi karena pemilik kamar itu sudah tak menempatinya lagi. Lebih tepatnya tak akan pernah menempatinya lagi.

Ali rebah ditepi ranjang dan memegang pelipisnya. Demi tuhan sampai detik ini dirinya masih merasa bahwa ia mimpi, kepindahan prilly meninggalkannya adalah mimpi. Semua ini hanyalah khayalan...

Lelah [Aliando-Prilly]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang