Chapter 39

22.2K 1.1K 56
                                    

Seperti yang sudah diduganya, hatinya akan mati tepat ketika gadis itu membawanya pergi. Ali terbaring lemah ditempat tidurnya sambil memegangi kepala.

PRILLY, sudah pergi, meninggalkannya dan takan pernah kembali lagi.

Ia bangkit. Ia butuh udara segar.

Tok... Tok... Tok...

"Siapa?"

Tidak ada jawaban

"Siapa?"ulang ali sekali lagi. Tetap tidak ada jawaban .

"Masuk saja!" teriaknya dari dalam karena malas bertanya lagi atau berjalan membukakan pintu.

Matanya menyipit dan ia heran melihat sosok yang ada diambang pintu. Kaia. Ada apa lagi?" ali bertanya tanya dalam hati

"Boleh gue masuk?"

Ali menangguk bingung .

"Boleh gue bicara sama lo?" tanya kaia sambil berdiri menatap ali yang sedang menyadarkan tubuhnya dikepala tempat tidur. Rasanya canggung sekali karena mereka jarang sekali bertemu dan berkomunikasi. Karena kesibukan maaing masinh, apalagi saat kemarin ada sedikit masalah. Kali ini pastinya penting sekali

Kaia menarik bangku didepan meja kerja ali dan mendudukkan dirinya disana. Setelahnya ia menarik kursi yang beroda itu dengan satu kakinya ketepi ranjang, ke deket Ali.

"Ada apa?" tanya ali sambil merogoh-rogoh kantong snack yang tergeletak disamping tempat tidur.

"Lo.." ia diam sebentar "lo sudah tau tentang... Prilly?"

Ali menangguk sambil mengunyak

"Lo tahu prilly pergi kemana?"

Kepala ali menggeleng, lalu ia menatap kaia

"Apa lo tau kemana prilly pergi ka?"

"Kmarin prilly sempat kesini, saat lo lagi sama marsha" ucap kaia

"Terus dia ngapain dan ngomong apa aja sama lo" tanya ali serius

"Kmarin dia bilang mau ketemu lo, tapi lo bilang sendiri gk mau ketemu dia, terus sebelum pergi prilly sempet nitip surat sama bungkusan kegue"

"Terus"

"Gue nanya sama dia, lo mau kemana prill, tapi dia malah senyum sama gue, dan dia bilang kesuatu tempat, setelah itu dia pergi" ucap kaia

"Dia gk bilang gitu mau pergi kemana"

"Gk" ucap kaia " mungkin aja disurat itu lo bisa nemuin kemana dia pergi" ucapnya lagi

"Terus mana surat sama bungkusannya" ucap ali

"Gue ambil dikamar gue dulu ya" ucap kaia dan berjalan keluar.

Setelah beberapa detik kemudian, kaia kembali sambil membawa bungkusan dan surat ditangannya.

"Nih" kaia memberikan bungkusannya "Sudahlah, prilly sudah maafin elo ko. Dia hanya butuh suasana baru" katanya sambil berjalan menuju ambang pintu.

Ali terdiam. Hatinya benar benar kacau. Hancur sehancur hancurnya. Ia menatap kepergian kakaknya yang entahakan ke mana. Benar benar terluka. Namun ia tahu tak ada lagi hal yang bisa ia lakukan untuk memperbaiki semua ini.

Perlahan Ali membuka surat itu dan mulai membacanya.

Haiii orang yang paling gue sayang !!! Kalo lo udah baca surat ini, jadi sekarang gue udah gak ada disamping lo.

Gue udah tepatin janji gue sama lo waktu itu, gue akan pergi jauh dari hidup lo.

Pasti sekarang lo bahagia banget karna gue gak akan ganggu hubungan lo sama marsha.

Sedih banget harus ninggalin lo, tapi itu harus gue lakuin, karna apa? Karna gue gak mau kebahagiaan lo tertunda karna adanya gue.

Jaga diri ya li, gue harap lo bahagia, semoga pernikahan lo lancar, dan semoga apa yang gue bilang tentang marsha itu gak benar.

Gue akan selalu sayang sama lo, sampai kapan pun!!.

Prilly yamanaka L.

****

Duccati hitam itu melaju cepat. Cowok itu hanya ingin pergi dari rumahnya. Ia ingin menghirup udara segar.

Jalanan ramai. Namun tak sedikit pun ali mengurangi kecepatan motornya yang sudah diatas delapan puluh kilometer per jam. Berbagai kendaraan roda dua dan roda empat disalip lincah olehnya. Tak jarang yang membunyikan klakson yang ditunjukan untuk dirinya. Ia tak peduli.

Ali merasa muram dan letih. Ia mengelilingi seluruh wilayah jakarta tanpa henti. Dengan kecepatan motor yang sedari tadi tidak berkurang sama sekali, ia berharap dirinya mati. Nihil dirinya tetap selamat-selamat saja. Memang alam semesta dan sang pencipta belum mengizinkannya mati sekarang, jadi sekeras apapun ia mencoba ingin mati, tetap takkan berhasil.

Akhirnya, tanpa ia sadari perjalanannya itu berakhir didepan rumah prilly...

Perlahan ia melepaskan helm, lalu merapatkan motor itu didepan gerbang rumah Prilly. Rumah itu masih sama penuh dengan tanaman yang tertata rapi juga bunga bunga-bunga indah berseri. Tapi, semuanya itu tak lagi terasa indah tanpa gadis cantik yang menghuni rumah itu tanpa gadis yang merupakan satu satunya orang yang bisa membuat ali nyaman.

Dari dalam sepasang mata dari dalam rumah berhasil menangkap sosok ali yang melamun didepan gerbang rumah itu. Dengan cepat ia berjalan dari taman samping kearah pintu gerbang.

"Eh..............

Lelah [Aliando-Prilly]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang