Aku terus memikirkan siapa yang mengejarku. Sampai aku tidak sadar ada yang mengetuk kamar mandi beberapa kali.
"Ten-chan apa kau sudah selesai?", tanya Hinata.
"Ah! Iya sebentar lagi Hinata", aku pun segera keluar dari bathub dan memakai yukata yang disediakan...................
"Ten-chan manis sekali", kata Hinata yang sudah bersiap untuk makan malam.
"Ahahaha tidak juga", kataku sambil menggaruk rambutku yang tidak gatal.
"Sekali-kali kan bisa seperti itu. Mungkin saja makin banyak yang menyukaimu", kata Naruto yang langsung duduk disebelah Hinata.
"Tidak, aku tidak suka seperti ini didepan umum", aku pun ikut duduk.
"Dimana Neji?", tanyaku.
"Dia pergi sebentar, katanya duluan saja", jawab Naruto.
"Selamat makan", ucap kami bertiga dan mulai memakan makanan masing-masing.Setelah selesai makan aku mencuci piringku dan langsung pergi keluar dan mendapati Neji sedang duduk dibangku dekat villa. Ia sedang asyik melihat banyak bintang dan..oh tidak! Dia kurasa menyadari adanya diriku. Akupun bersembunyi.
"Keluar saja Ten, aku tahu kau disana", sial ketahuan. Aku pun berjalan ke tempatnya dan duduk disampingnya dengan memberikan sedikit jarak.
"Disini gelap Neji"
"Kan sudah malam"
"Kau lapar?"
"Ya"
"Kenapa tidak makan?"
"Nanti saja"
"Kau tidak kedinginan?"
"Tidak"
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Memandang langit", baik itu sesi tanya jawab yang aneh. Aku pun terdiam karena tidak tahu harus bertanya apa lagi."Andai saja, Kaa-san masih ada. Aku bisa memandangi langit malam sambil tertidur dan pahanya merupakan bantalan untukku", Neji masih memandang langit.
"Maaf, tapi aku tidak meminta kau bercerita", kataku tidak memalingkan mataku ke langit."Yah, baiklah kalau begitu. Tapi aku cuma mau satu permintaan", kata Neji.
"Apa?"
"Biarkan aku tidur dipahamu", kata Neji.
"Aku tidak yakin bisa menurutinya"
"Baik, sekarang kamu mau kuserang, kupojokan dan kuberi ratusan ciuman atau menuruti permintaanku yang sangat mudah?", Neji memang pintar menggertak. Akhirnya aku menelan ludahku dan aku cuma bisa menuruti permintaanya.
"Baik-baik. Akan kuturuti", dia pun meletakkan kepalanya dan aku terus memandang langit."Kau senang?"
"Ya, aku sangat senang"
"Kau bahagia?"
"Sangat bahagia"
"Langitnya indah?"
"Sangat"
"Sampai kapan kita terus begini?"
"Sampai aku bilang, aku mau tidur"
"Dan..kapankah itu?"
"Mungkin..sebentar lagi"
"Oh", aneh. Kenapa aku tidak bisa melawannya? Padahal waktu SMP aku paling hebat soal menggertak orang.
"Dan seseorang yang dihadapanku juga"
"Hah?! Apa?"
"Sangat indah setelah Kaa-san", tangan besar Neji menyentuh pipiku.
"Jangan..", reflek aku menyentuh tangannya yang berada dipipiku. Kami terdiam. Tapi Neji menunjukan senyumnya dan menyingkirkan tangannya dari pipiku. Ini sangat canggung.Mungkin masa lalu berbeda dengan masa kini. Tapi itu memang jelas berbeda. Yasudah aku akan tetap menunggu sampai ia bilang dia sudah mau tidur. Dan tidak tahunya secara tak sadar malah aku yang ketiduran.
....................
'Dasar, padahal harusnya aku yang ketiduran', batin Neji dan bangun dari tidurnya. Lalu Neji menggendong Tenten ke kamarnya dan melihat tidak ada Hinata disana. Mungkin sedang didapur. Ia pun membaringkan Tenten dan menyelimutinya. Lalu pergi dan menutup pintu kamar perlahan.
Saat aku sadar tengah malam. Ternyata aku tidak lagi diluar, mungkin Neji yang membawaku. Yasudah itu sudah terjadi. Akhirnya aku tidur kembali dan menunggu esok hari. Karena besok waktunya untuk kembali ke rumah.
....................
"Biarkan aku menyentuhmu"
"Hah?! Apa?!", tanyaku sedikit menjauh dari Neji.
"Aku menginginkanmu", Neji mulai mendekatiku.
"Jangan..jangan dekat-dekat!".......................
-author description-
"GYAAA!!!", Tenten berteriak cukup kencang dan rambutnya terurai sangat indah. (Xie lagi salah fokus :v)*BRAKK!!*
"Ada..ada apa Ten?", Neji pun menutup pintunya tetapi masih meninggalkan sedikit celah.
"A..aku jangan..jangan dekat-dekat denganku Neji", Tenten pun langsung menutup tubuhnya dengan selimut.
"Kau..pasti mimpi buruk tentang aku ya?", Neji mendekati ranjang Tenten.
"Hah?! Tidak aku..aku cuma", lidah Tenten rasanya seperti tergigit, masih dengan menutupi tubuhnya tiba-tiba saja selimut yang ia pakai ditarik secara paksa.
"Katakan saja, apa yang mau kau katakan", Neji berhasil menarik selimut Tenten dan naik ke ranjang, menyingkirkan selimutnya. Ia pun mendekatinya dan Tenten reflek menjauh perlahan dan terhenti karna sudah tidak ada ruang untuk bergerak. Lalu Neji memegang kedua pundak Tenten perlahan dan menatapnya.
"Aku..aku tidak bisa menjelaskannya", Tenten tertunduk dengan mukanya yang memerah dengan posisi dan jarak yang sedang dialaminya.
"Hm.."Neji terdiam sejenak dan mulai bicara.
"Kalau Tenten tidak bisa menjelaskannya, kau boleh melakukan sesuatu agar aku tahu yang kau maksud", Neji pun menyingkirkan lengannya dari pundak Tenten dan duduk bersila. Menunggu apa yang akan Tenten lakukan.
'Ugh..aku..aku..kenapa pikiranku makin kacau setelah kejadian kemarin sore dan malam', batin Tenten masih menunduk.
"Apa sekarang bisa kau lakukan?", tanya Neji.
"Aku..aku.."
"Kau kenapa?", tanya Neji sedikit mengangkat alisnya.
"Aku yang menahan diri Neji!!", Tenten meremas keras baju Neji dengan kedua tangannya, berkata sedikit berteriak dan menunduk karena mukanya sudah memerah. Neji menatapnya dengan sedikit kaget.
"Aku..aku tidak bisa terus begini"
"Kenapa setiap kali bersamamu..rasanya tubuhku tidak bergerak dengan seharusnya"
"Aku..aku..", Neji pun mengangkat wajah Tenten perlahan. Tenten menatapnya dengan muka bertanya 'kenapa?'."Aku mengerti maksudmu", Neji pun mendekatkan wajah Tenten perlahan. Dengan kedua tangannya yang memegang pipi Tenten. Ia pun mencium bibir Tenten. Sekarang Tenten tidak seperti biasanya karna ia tidak melawan. Mereka terus menikmatinya. Bahkan ciuman itu merupakan ciuman pertama mereka, dan pipi Tenten sekarang merona. Tenten pun membalasnya dengan memegang tangan kanan Neji dan mereka tetap melanjutkannya.
"Aku..aku menyukaimu Neji", kata Tenten setelah Neji melepas ciuman hangatnya.
"Aku tahu itu Ten"
"Kau ini.. Aku sudah susah payah-"
"Ya. Aku juga Ten", Neji tersenyum san mengelus pipi Tenten, dia pun membalasnya.Masih dengan terduduk diatas kasur Neji pun memeluk dan mengelus rambut Tenten yang tergerai indah walau baru bangun tidur.
"Mungkin aku tidak bisa berjanji setiap saat bersamamu tapi sebisa mungkin aku akan melindungimu", kata Neji terus memperat pelukannya.
"Ya, Neji", kata Tenten masih dalam dekapan Neji.Mereka mungkin tidak menyadari keberadaan seseorang yang melihat mereka. Karena disaat kau sudah jatuh cinta semua hal tidak kau pedulikan. Apalagi dia merupakan seseorang yang mengubah hidupmu. Apa kau rela melepaskannya?
Chapter 10 END
-sementara itu-
"Neji-kun sudah dewasa", kata Hinata pelan.
"Ya, hime. Dia sudah dewasa", kata Naruto yang sekarang mengintip dari celah
"Iya-iya hime. Aku akan lakukan saat kau siap. Nah lebih baik kita tinggalkan mereka", akhirnya Naruto dan Hinata pergi ke dapur bertingkah seolah-olah mereka tidak tahu kejadian barusan.13 September 2015
Story by : VG_iamxie
Pojok curhat : update kilat kawan ngahaha xD aduhh maaf feelnya kaya ada yg kurang gitu aku sih. Tapi bingung apa ya? Mungkin kalian bisa kasih tau muahahaha [ketawa nista] okee see youu muachh [ciumciumpembaca] *dilempargolok *menghindar *abaikan :vXoXo
KAMU SEDANG MEMBACA
Neji's Different Side [DISCONTINUED]
FanfictionSilahkan baca Neji's Different Side [REMAKE] arigatou ^^