Chapter 9 : Hari-hari Berikutnya

1.8K 93 3
                                    

-malamnya-
"Besok kita ke Sapporo melihat Festival Yosakai Soran, malam ini istirahat yang cukup", Neji sangat dewasa ya.
"Neji, kenapa kita tidak bersenang-senang saja?", jujur aku tidak mengerti maksud Naruto.
"Itu akan terjadi saat musim panas berakhir", ucap Neji meninggalkan aku, Hinata dan Naruto yang masih tidak mengerti. Neji pun pergi ke kamarnya.
"Ya, aku juga mau tidur. Hinata-chan bagaimana?", aku bangkit dari sofa dan menanyai Hinata.
"Eh..itu nanti saja Ten-chan. Aku mau mengobrol dengan Naruto-kun"
"Oh, yasudah. Dan Narutooo.. Jangan berbuat macam-macam pada Hinata", aku pun memberikan tatapan paling seramku dan pergi. Naruto sedikit mematung dan kurasa ia bernafas lega.
"Tenang saja Ten, aku tidak seperti Jiraya-sensei", ia memberikan cengiran  seperti biasanya.

**********

'Kata-kata itu seperti kata Neji saat di tebing (di chapter 6)' batinku.
'Kurasa aku bisa mempercayai Naruto, sudah ah aku mau tidur saja' aku pun tidur dan waktu memang terasa cepat.

-Sapporo-
"Woah! Sampai juga", ucap Naruto kegirangan.
"Baiklah sekarang kita kemana Neji?", tanyaku.
"Kita ke jalan Odori Park, jangan sampai terpisah. Awasi barang-barang kalian. Terutama ponsel, kalau salah satu dari kita tersesat dan ponsel dicuri nanti akan panjang liburannya", jelas Neji panjang lebar menurutnya.
"Hmm", aku sih cuma bicara singkat. Sementara Naruto dan Hinata mengangguk-angguk mengerti.

Jalan Odori Park ramai sekali. Aku harus sedikit berdesak-desakan. Eh?! Di..dimana Naruto dan Hinata?? Ne..neji juga, kemana mereka semua? Sial! Aku tertinggal. Aku terus menyusuri jalan tanpa peduli arah yang ku tuju.

-author description-
"HUAA!!", Tenten berteriak karena ada yang menarik pinggangnya.
"Sudah kubilang hati-hati, Nona"
"Eh?! Itu.. Eh!! Dasar payah! Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan!", kata Tenten melepas tangan Neji dari pinggangnya.
"Baik-baik", Neji pun memegang tangan Tenten.
".... Neji, itu..", muka Tenten sedikit memerah.
"Ini supaya kita tidak terpisah. Sudah jangan protes, anggap saja aku Nii-sanmu", kata Neji sambil menunjukan senyum tulus yang sangat amat tipis sampai tidak terlihat *lebay deh thor*
"Aku tidak punya Nii-san", kata Tenten menggembungkan sedikit pipinya.
"Kalau begitu anggap saja aku pacarmu", kata Neji smirk.
"Cih! Never!"
"Makanya jangan protes. Nikmati pertunjukannya saja", kata Neji terus menggandeng tangan Tenten tanpa melepasnya.
"Hmm", aku cuma membuang muka dan tetap mengikutinya.

Terus kunikmati festival yang sedang berjalan cukup lama. Aku hanya diam tapi dia terus memegang erat tanganku. Ya menurutku itu hangat..ahh!! Apa yang kupikirkan?? Baik sekarang pikiranku mulai kacau. Tidak mungkin aku suka dengannya! Lagipula dia itu menyebalkan bukan menyenangkan. Aku terus bergulat dengan pikiranku. Aku kaget saat Neji tiba-tiba berhenti.

"Lihat itu Hinata dan Naruto, pasti kamu cape sampai-sampai kau melamun", kata Neji menepuk-nepuk kepalaku pelan.
"Hn, aku rasa iya", aku sedikit tertunduk.
"Ayo kita makan disitu", kami pun menghampiri Naruto dan Hinata. Lihat betapa senangnya mereka berdua. Lalu aku dan Ne- GYAA!! Kenapa si payah itu selalu menggangu pikiranku sih?!

Dengan pikiran sedikit kacau aku tetap menikmati festival ini.

...............

-author description-
"Cape ya", kata Naruto langsung tiduran di sofa.
"Aku ingin istirahat dikamar ya", kata Hinata ingin masuk ke kamarnya.
"Selamat beristirahat hime", kata Naruto langsung berdiri lalu menghampiri dan mencium pelipis Hinata. Untungnya Neji sedang ada didapur.
"Aku mau mencari udara segar", kata Tenten lalu keluar dan mencari taman terdekat.
"Hati-hati Ten", kata Naruto langsung menjatukan dirinya di sofa lagi.

'Aku kacau! Aku tidak menikmati festivalnya! Yang dipikiranku cuma si menyebalkan itu! Aku..aku tidak tenang!!', batin Tenten sambil menjambak rambutnya.
"Ah! Karetnya putus", kata Tenten menyadari rambutnya sudah tergerai bebas. Dia pun mencari disaku celananya tapi tetap tidak menemukannya.
"Sudah ah lepas saja semua", lalu Tenten menggerai keduanya dan menyadari ada seseorang di belakangnya.
"Lihat betapa manisnya Tenten waktu melepas ikatannya", kata Neji lalu men-stop rekamannya.
"Hei! Apa yang kau lakukan", kata Tenten lalu menghampiri Neji dan mulai merebut handphone Neji.

Akhirnya terjadi rebut-merebut dengan Neji yang cukup mengangkat satu tangannya, kadang juga memindahkannya ke tangan sarunya dan Tenten yang susah-susah menggapainya. Dengan ide licik Tenten menginjak kaki Neji tapi Neji berhasil menghindar.

"Hapus video itu Neji!", kata Tenten masih sibuk merebut handphone Neji.
"Aku ingin menyimpannya sebagai kenangan", kata Neji lalu meyimpannya di saku celananya dengan cepat dan memeluk Tenten tiba-tiba.
"Sebenarnya aku cuma mau melakukan ini", kata Neji terus mempererat pelukannya.
"...."
"Payah! Lepaskan aku. Lalu darimana kau tahu aku kesini?", kata Tenten berusaha melepaskan pelukan Neji.
"Aku mengikutimu", kata Neji melepas pelukannya dan memegang kedua pundak Tenten. Awalnya Tenten bengong dan mulai ngamuk.
"Dasar stalker!", Tenten mau memukul Neji tapi kedua tangannya sudah ditahan Neji.
"Aku cuma takut kamu kenapa-napa", kata Neji terus memegang pergelangan tangan Tenten.

Neji pun memojokkan Tenten ke pohon dan menahan Tenten agar tidak kabur. Dan mulai menatapnya.
"Apa sih?", tanya Tenten memalingkan mukanya.
"Cuma mau menatapmu", kata Neji santai sambil tersenyum.
"Pergi sana! Aku tidak suka dibeginikan", kata Tenten berusaha mendorong Neji.
"Apa sebelumnya kau pernah dibeginikan?"
"Tentu tidak payah! Kebanyakan pria yang ketemui tidak sekuat kau", kata Tenten menyerah mendorong Neji.
"Baguslah, aku bisa melindungimu", kata Neji tersenyum senang dan sedikit mendekatkan wajahnya.
"A..apa??", kata Tenten dengan nafasnya mulai tidak teratur dan mukanya sudah memerah.
"Hm, aku mau-"

*dreet dreet*
"Tou-san? Ini belum selesai Ten, nanti kulanjutkan lagi", lalu Neji pun melepas Tenten dan sedikit menjauh dari Tenten lalu mengangkat telfon dari ayahnya.
-end of author description-

'Itu hampir, kalau tidak ada telfon itu aku sudah dicium olehnya' aku pun merosot terduduk, dan mengatur nafasku. Aku berusaha bangkit dan berjalan meninggalkan Neji yang masih sibuk dengan ayahnya.

......................

'Biarkan saja dia, pasti dia bisa pulang sendiri. Hm, langit mulai gelap. Aku harus segera kembali', batinku dan mulai berjalan kembali.
"Kau yang disana!", aku pun menengok ke belakang dan melihat seorang wanita mengenakan jubah hitam panjang dan ia tidak menutupinya sehingga bentuk badannya sedikit terlihat. Lalu ia pun menutupi wajahnya dengan masker serta kacamata hitam dengan kedua bodyguard-nya mungkin.
"Apa maumu? Kita tidak pernah bertemu kurasa kau salah orang, nona", aku pun kembali berjalan tapi langkahku terhenti karena salah satunya menghalangiku.
"Maaf aku harus pergi", dengan sekuat tenaga aku pun berlari. Kurasa mereka mengikutiku, aku pun berlari lebih kencang lagi ke arah villa Hinata. Bagus! Kami-Sama berpihak padaku. Aku pun langsung buru-buru membuka pintu dan masuk ke dalam dengan cepat. Untung saja aku suka olahraga.

"Kau kemana saja Ten? Lalu kenapa nafasmu seperti itu?", tanya Neji dan menghampiriku.
"A..aku sedang berolahraga. Haha", aku mencoba meyakinkannya.
"Hm, baik terserah apa katamu. Sana mandi dan bersiaplah makan malam", Neji pun pergi dan kembali menatap TV.

............................

Sial! Siapa mereka? Sejauh ini aku tidak punya masalah dengan siapapun. Lagipula wanita itu, aku merasa pernah melihatnya. Tapi siapa ya? Aku mencoba mengingatnya tapi aku tetap tidak tahu. Baiklah, mungkin saja hari-hari berikutnya hal seperti itu bisa terjadi. Tapi aku tidak tahu itu kapan. Lebih baik menenangkan diri dengan berendam air hangat di bathub ini.

Chapter 9 END

Story by VG_iamxie
Pojok Curhat : aduh maaf ya udah lama ga update. Sempet ngestuck dan banyak ulangan serta tugas. Ya gimana ceritanya menurut kalian? Semoga terhibur dan mungkin banyak typo bertebaran. Hahaha xD

XoXo

Neji's Different Side [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang