Chapter 14 : Tenten's Memory (2)

1.9K 86 2
                                    

NB : Xie sekarang akan memakai Tenten POV, Neji POV dan sebagainya karna entahlah lebih enak gitu :v. Jadi sekarang sama kaya cerita MY BUTLER. Sekian berita terkini [plak]

-the memories-
"Papa, Mama pergi kemana?", anak kecil berumur 7 tahun sambil menarik jas ayahnya.
"Mama..maaf ya, Papa tidak bisa menahannya untuk pergi, kalau kamu sudah besar papa akan beri tahu", lalu si ayah itu berjongkok dan memegang kedua pundak anaknya.
"Kenapa harus sudah besar?"
"Kau masih terlalu muda, kalau sudah besar pasti kau akan mengerti", lalu seseorang yang disebut papa itu mengusap kepala Tenten.

"Papa, umurku sudah 12. Kurasa aku sudah cukup dewasa untuk mendengarkan kenapa Mama pergi", ucap Tenten.
"Hm, iya juga. Kalau begitu setelah Papa pulang bekerja ya", kata ayah Tenten sembari tersenyum pada Tenten.

Setelah pulang sekolah Tenten berniat membereskan rumahnya yang sudah berantakan, setelah kamarnya sudah beres. Ia pun membereskan meja ayahnya dan tanpa sengaja menjatuhkan dokumen milik ayahnya. Tapi diantara tumpukan dokumen itu Tenten menemukan selembar kertas yang berbeda berada diselipan buku-buku. Tenten mulai membacanya, awalnya ia biasa aja tapi setelah membacanya hingga akhir ekspresinya berubah.

"Ryuu, maaf aku rasa aku baru saja menemukan pria baru dalam hidupku. Dia lebih mapan darimu, dia juga merupakan bos disalah satu perusahaan. Aku mau kita bercerai, dan tolong jaga Tenten. Kuharap kau bisa memberitahunya secara baik-baik dan tidak menyakiti hatinya. Kuharap kamu sudah menandatangi surat perceraiannya. Salam, Yura"

Tenten meremas surat itu dan membuangnya ke tong sampah.
'Maaf papa, aku sudah mengerti maksudmu' batin Tenten dan ia pun melanjutkan beres-beresnya dengan keadaan sakit hati. Dan malam itu juga ayahnya pergi......

-the memories end-

"Sial! Wanita jalang itu. Sudah punya suami baru masih saja memiliki hutang", amuk Tenten didepan kaca kamar mandinya. Lalu terdengar suara ketukan dari luar dan ia berbicara, "Ten, kamu baik-baik saja?".
"Tidak!", jawabnya singkat.
"Buka pintunya"
"Untuk apa?"
"Kalau kau punya masalah, kau harus menceritakannya", jelas Neji.
"Kau bukan sahabatku ataupun pacarku",
"Ya memang bukan, tapi aku ini calon suamimu dimasa depan"

*BLAM!*
"Dasar payah! Menjadi pacarmu saja aku ga sudi! Apalagi suamimu, bisa-bisa aku terus emosi setiap hari", amuk Tenten dengan 4 siku-siku di pelipisnya.
"Kan kamu membukanya, sudahlah kalau kamu mau cerita, hatimu akan lebih lega", kata Neji sambil mengelus-elus kepala Tenten. Ia pun diam, kemudian menarik nafas panjang.
"Iya, aku akan cerita", Tenten pun berjalan menuju sofa.
"Sebelum itu, soal pintunya Guren-baasan akan memperbaikinya besok dan ia minta maaf karna salah mengerjar orang", dan Tenten cuma mengangguk dan memulai ceritanya. Ceritanya kaya diatas ya ( ◔ิω◔ิ).

*************

Neji pun diam, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Mungkin jika ia berada di posisi Tenten, perasaan seperti itu juga muncul. Awalnya Neji berpikir itu akan menjadi lebih baik, tapi dugaannya meleset. Kini Tenten makin membenci ibunya, tapi masih terlihat sedikit di wajahnya bahwa ia lega telah menceritakan semuanya.

"Ayahmu sangat sabar, kalau dari ceritamu kurasa ayahmu tidak pernah marah", kata Neji sambil merangkul Tenten. Wah ternyata sejak Tenten bercerita mereka sudah duduk disofa yang sama :v
"Hn, Tou-san lebih sering menasehatiku secara lembut. Waktu aku masih berumur 7 tahun juga dia tidak mempelihatkan amarahnya pada Kaa-san", kata Tenten yang masih tidak peduli dengan rangkulan Neji.
"Souka, kalau begitu aku pasti mirip ayahmu?", tanya Neji memecahkan suasana serius.
"Kau ini, jangan bicara aneh saat serius!", Tenten pun mau menghajar Neji tapi ya kalian tahu sendiri umumnya laki-laki memiliki reflek yang bagus.
"Aku suka menggodamu, Ten. Disaat seperti ini kamu harus merilekskan pikiranmu. Untukku itu menyenangkan, tapi kurasa kamu kurang menyukainya", kata Neji tersenyum pada Tenten dan ia hanya ber-hn sambil menyilangkan tangannya.
"Kurasa kita harus ke suatu tempat", Neji menarik lengan Tenten dan membawanya ke mobil. Entah ada perasaan apa yang membuat Tenten hanya menurut tanpa berkata satu kata pun.

Tenten's POV
Kurasa Neji benar, aku butuh pergi ke suatu tempat. Untuk melupakan sejenak perasaanku yang campur aduk seperti ini. Tapi Neji mau membawaku kemana? Rasanya jalanan ini belum pernah kulewati, bahkan dia tidak memberitahuku ingin kemana.

"Neji, kita mau kemana?"
"Ke suatu tempat, yang baru aku temukan", jawabnya begitu.
"Jangan membawaku ke tempat aneh"
"Tidak, Ten. Aku tidak akan berbuat macam-macam sampai kamu benar-benar menyukaiku", aku mengerti. Walaupun tatapannya ke arah jalanan, ia itu tidak memancarkan sebuah kebohongan. Entahlah, sebenarnya apa yang ada dibalik amertysh itu hingga ia berkata serius? Apalagi ia berkata pada gadis cuek dan tidak memiliki sifat keibuan, baik itu kata keibuan terlalu berlebihan. Apa gadis cuek memiliki daya tarik tersendiri hingga Neji malah makin mendekatiku? Hm, aku masih perlu mencari jawabannya. Apa masih lama sampai ditempat tersebut? Ini sudah sangat jauh dari kota.

End of Tenten's POV

"Jadi kalau aku pacarmu kamu akan membawaku ke tempat yang aneh?"
"Tidak, aku akan membawamu ke rumah Tou-san dan mengenalkanmu. Hm, secara tak langsung Ten-chan mau menerima pernyataanku ya", goda Neji.
"Aku cuma tanya, jangan ge-er, Neji Hyuuga",
"Hm, begitu ya. Kamu tidur saja, perjalanannya masih agak jauh", kata Neji dan Tenten cuma menurut.
"
Nah kita sampai", kata Neji. Tenten yang baru membuka matanya bingung karena yang ia dapati hanya banyak pepohonan tapi tidak seperti hutan. Ia pun menenggok ke Neji dengan muka penuh tanya dan mengartikan, "kita mau kemana?". Neji orangnya tidak banyak bicara kalau soal kejutan, makanya ia menarik Tenten ke balik pepohonan itu dan menemukan sebuah taman yang dipenuhi bunga jenis apa saja serta danau yang masih jernih airnya. Tenten pun berjalan beberapa langkah untuk memandangi apa yang ada di depannya.

"Kurasa dengan begini, kamu bisa lebih tenang", kata Neji dan Tenten masih tidak berkata apapun. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Tenten membuka suara.
"Ya, kurasa dengan suasana seperti ini aku bisa tenang", dan ia masih memandang danau itu.

Tenten pun duduk dibangku yang terbuat dari kayu yang sudah agak usang. Ia masih terus memandangi danau serta tumbuhan yang ada disitu. Merasakan hangatnya sinar mentari menjelang sore serta angin yang melewati kedua insan tersebut. Tenten merasakan ada ketenangan. Damai dan cinta pernah ada ditempat ini. Tapi semua itu hilang saat Tenten menyadari ada sesuatu dipundaknya. Oh, Neji saking lelahnya sampai ketiduran. Entah butuh berapa lama perjalanan menuju tempat yang indah ini. Lagipula bagaimana Neji bisa menemukan tempat seperti ini? Entahlah, ini masih dipertanyakan. Tenten tidak mengeluh dan tidak peduli dengan Neji yang tertidur. Mungkin seorang malaikat membisikan Tenten untuk membiarkan Neji tertidur, dan Tenten cukup menikmati pandangan yang ada di depannya serta merasakannya. Ia hanya mengatakan dalam hatinya....

"Arigatou Neji"

-FIN-

Eh maap, salah 😝 belum tamat kok~

Chapter 14 END

21 Oktober 2015
Story by : VG_iamxie
Pojok curhat : ciee~ habede mantan *plak* haha xD ide ini muncul setelah melihat video klip dove cameron - if only. Mungkin tempat yang digambarkan sangat jauh di video itu tapi muncul idenya dari situ muahaha xD [ketawa nista] baik segitu aja vacotannya. Ada saran, kritik, masukan,  pendapatan, modal, laba rugi, harta, beban *langsungdilempargolok* *bukananakips* *bukanjugaanakipa* *xiepoleperanaknyamom* *plak* *dilempargolokkeduakalinya*. Oke makin ga jelas. Bye!

XoXo

Neji's Different Side [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang