Aku hanya bisa menatap jasad ayahku, ia terbaring. Kaku. Dingin. Tak ada kehangatan yang akan selalu membuatku senang, selamanya. Ia mengalami kecelakaan pada saat akan menyebrang. Itu sudah larut malam, orang yang menabrak pun sedang dalam keadaan mabuk, mengendarai dengan kecepatan tinggi dan akhirnya mobilnya menabrak pohon. Ayah dan si pengemudi pun berlumuran darah. Ada 1 warga yang menjadi saksi kejadian tersebut, ia sedikit shock, pasalnya ia melihatnya secara langsung. Lalu orang itu dengan crpat memanggil ambulan.
Aku baru mengetahui kejadian itu saat pagi hari. Tiba-tiba saja Nenek Chiyo datang menjemputku dan membawaku kerumah sakit. Aku hanya bisa menatapnya, untuk berkatapun lidahku tak sanggup. Ayah pergi ketika 3 hari lagi ulang tahunku. Biasanya setiap malam aku akan mendengar kata, "Ten-chan, Papa pulang".
Mulai esok aku tak akan mendengarkannya lagi. Lelaki yang paling kusayangi sudah pergi ke tempat yang lebih indah. Aku keluar dari rumah sakit, aku membiarkan Nenek Chiyo yang mengurusnya. Dengan sweater biru langit, jeans pendek selutut dan sepatu kets hitam, aku menyusuri jalanan menuju tebing, indah saat aku bersama ayahku duduk disana menikmati matahari terbenam walau tidak setiap hari. Aku terus berdiri, mengingat kenangan bersama ayah.
Aku hanya bisa menangis, cuaca sudah mendung. Beberapa menit kemudian hujan pun turun. Aku tidak peduli walau aku sudah basah kuyup. Aku melepaskan ikatan rambutku, berharap ayah tersenyum melihat wajahku yang mirip dengan ibu. Aku membencinya, tapi tidak untuk ayah. Itu kulakukan untuk terakhir kalinya dan aku takkan pernah memperlihatkan rambutku yang sedang tergerai bebas pada siapapun, kecuali ayah.
Ingin rasanya mengakhiri hidupku. Aku benci kehidupanku. Aku pergi ke tepi tebing, tapi seseorang memegang lenganku. Ia menarikku untuk menjauh dari tepi tebing dan memberikan topinya padaku dan berkata, "Kalau kamu membiarkan kepalamu terkena air hujan kau akan sakit, nona". Saat itu pula aku diam, lelaki itu membawaku ketempat yang lebih tertutup. Dan kami menemukan sebuah rumah kecil dan berteduh di terasnya.
"Kamu pasti kedinginan", aku hanya diam saja. Tapi secara spotan laki-laki itu memberi jaketnya padaku.
"Kau boleh memakainya untuk sementara, aku yakin kau sudah kehujanan sekitar 15 menit. Itu menurutku lho", aku tetap diam.
"Aku akan mengantarmu, pakai saja jaket dan topiku. Aku masih ada payung," ia tersenyum padaku dan kembali menatap hujan.
"Terima kasih", aku menjawabnya singkat. Ia mengalihkan pandangannya ke wajahku dan mejawab, "Ya, sama sama nona".********************
Hujan pun sudah reda, aku memberikan jaketnya juga topinya. Tapi lelaki itu tidak menerima topinya, ia malah nyuruhku untuk menyimpannya. Saat itu pula lelaki itu pergi dan berkata, "Suatu hari kita akan bertemu lagi, nona". Oh iya! Aku lupa menanyai namanya, tapi begitu aku ingin mengejarnya ia sudah hilang. Akhirnya aku kembali ke rumah sakit untuk melihat ayah terakhir kalinya.
********************
Tenten mengingat kejadian yang panjang. Itu sebabnya dia tidak bilang namanya, karena nama tersebut sudah ada dalam topi. Bodoh! Kenapa aku tak menyadarinya?! Aku menghela nafas. Hyuuga menyentuh pipiku dengan tangannya yang besar dan hangat? Ten sejak kapan perasaanmu jadi campur aduk? Aku tidak menyukainya, aku malah membencinya.
Ia mulai mendekatkan wajahnya ke wajahku, kenapa badan ini tak mau bergerak? Sadar Ten sadar! Kau harusnya melawan bukan diam seperti batu. Beberapa centi, bibirnya mengenai bibirku. Oh..!
*kimi wa ima namida nagashi~*
"Aaa, moshi-moshi Hinata-chan", bibirku tidak bicara seperti biasanya, mukaku terasa panas.
"Ten-chan aku dalam masalah. Bagaimana ini?", suaranya cukup panik.
"A-aku akan kesana! Tunggu saja, jaa Hinata-chan", dengan terburu-buru aku memakai sepatu, oh tunggu! Hyuuga menahanku."Apa yang terjadi pada Hinata?"
"Aku tak tahu, makanya aku akan kesana"
"Aku akan mengantarmu"
"Tak usah"
"Hinata sepupu jadi tak masalah aku kesana!", nadanya menaik. Kurasa karena hal yang ingin ia lakukan malah terganggu.
"Baiklah terserah kau"Kami berdua keluar dari rumah, ia masuk ke mobil sport-nya yang berwarna metalik doff. Aku mengunci pintu apartemenku dan masuk ke dalam mobilnya. Dalam perjalanan kami memang diam saja, jadi terasa sangat lama. Hingga akhirnya kami sampai di kediaman keluarga Hyuuga.
Chapter 4 END
21 Juli 2015
Story by : VG_iamxie
Pojok Curhat : Aduhh demi dewa neptunus xie tiba-tiba selalu kepikiran alur yang aneh haha :v gpp kan reader? Maaf banget kalo ga jelas ._. Xie selalu usaha sebisa mungkin.P.S. Oh iya minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin. Maaf gatau tulisannya kalo salah harap maklum, xie non muslim. Sekian
XoXo
KAMU SEDANG MEMBACA
Neji's Different Side [DISCONTINUED]
FanfictionSilahkan baca Neji's Different Side [REMAKE] arigatou ^^