Ah, rasanya ada sesuatu yang menganggu tidurku. Hm, suara gorden terbuka kah? Atau mungkin aku bisa mendengar suara burung? Haha, siapa juga yang membukakan tirai dikamarku? Aku kan tinggal sendiri. Lanjutkan tidurku, mungkin saja itu cuma halusinasiku. Oh, tunggu aku mendengar suara orang yang memanggilku? Hm, laki-laki.. Eh? Eh?! Yaampun aku kan tidak dirumahku sendiri!
"Ten, bangunlah"
"Hah? Ah i..iya, maaf apa tidurku terlalu nyenyak?", aku membuka mata dan langsung bangun.
"Harusnya aku yang minta maaf karena sudah membangunkanmu, kulihat raut wajahmu sedikit aneh. Oh iya, kamu ingin sarapan apa?", tanya Neji. Menurutku memang image Neji sangat jauh saat disekolah, maksudku disekolah dia tidak menunjuk kepeduliannya terhadap orang lain. Ya mungkin untuk beberapa orang iya, tapi apa benar dia serius peduli padaku? Hm, entahlah yang jelas aku tetap harus berhati-hati.
"Apa saja, aku bukan tuan rumah saat ini", ayolah, mana mungkin kan aku bilang aku mau roti dengan selai coklat, taburan keju beserta buah stoberi diatasnya? Aku harus sadar bahwa aku hanya teman tidak satu kelasnya. Kulihat ia cuma mengangguk dan pergi. Kuharap dia tidak memberikan racun dirotiku, atau mungkin dia memasukan acar! Tidak!! Neraka sudah didepanku! Eh, baik jangan berburuk sangka dulu Ten. Bisa saja ia benar-benar memberikan secara tulus tanpa maksud apapun. Haha, pikiranmu kacau sekali. Oh iya, ngomong-ngomong bukannya kemarin aku disofa? GYAA!! Payahnya, kenapa juga aku bisa tertidur disofa. Jangan-jangan Neji menyentuh milikku saat aku tertidur, atau bahkan lebih buruk! Bagaimana ini?!"Sarapan sudah siap, Ten. Dan jangan berburuk sangka padaku, aku cuma membawamu ke ranjangku agar tidurmu lebih nyenyak. Tentu saja aku tidak melakukan apapun padamu", jelas Neji dan ia pun pergi. Benar juga tidak baik berburuk sangka, sudahlah lebih baik aku sarapan dulu.
-author description-
"Tak kusangka, kau membaca pikiranku", kata Tenten melongo melihat apa yang ada didepannya.
"Mungkin batin kita sangat terikat erat", Neji tersenyum.
"Jangan bicara yang aneh-aneh. Ini masih pagi", Tenten kesal dengan perkataan Neji barusan.
"Hm? Baik-baik, maaf. Ittadaikamasu", Neji dan Tenten pun melahap rotinya masing-masing. Setelah selesai Tenten berinisiatif mencuci piring tanpa sepengetahuan Neji karna saat itu Neji langsung pergi."Neji, kurasa aku harus kembali ke rumah"
"Kau yakin itu aman?", tanya Neji.
"Aku rasa mereka sudah pergi"
"Kalau begitu, mandilah dan ini pakaianmu yang kemarin. Itu sudah dicuci. Dan ambil saja yang sudah aku berikan, tidak mungkin aku memakainya", kata Neji dan Tenten mengerti apa yang dimaksud dengan apa yang sudah diberikan.
"Eh iya, arigatou Neji. Makan malam, tempat tidur, sarapan dan bajunya", Tenten pun masuk ke kamar mandi dengan membawa pakaiannya.-skip time-
"Kurasa tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan", kata Tenten.
"Aku tidak yakin, Ten. Aku akan ikut denganmu", Neji pun menghentikan mobilnya.
"Aku sudah merepotkanmu. Oh iya, sekali lagi arigatou", Tenten pun bersiap membuka pintunya tanpa sebuah tangan menghalangi kegiatannya.
"Akan lebih repot lagi kalau mereka masih disana dan kau tidak bisa melawan", Neji masih menahan pergelangan tangan Tenten dengan erat dan Tenten cuma bisa menghela nafas.
"Fine, do what you want", Tenten pun berjalan lebih dulu dengan diikuti Neji. Mereka menaiki tangga dan melihat pintu milik Tenten masih belum diperbaiki. Ya mana mungkin penjahat ada yang baik, namanya saja sudah ada kata "jahat"nya. Tapi apa orang yang mengincar Tenten seorang penjahat? Awalnya Tenten mau membuka pintu tapi niatnya dihalangi oleh Neji. Tenten cuma mengalah dan mengikuti dibelakang Neji. Mereka berjalan dan melihat isi rumah Tenten yang sedikit berantakan. Neji memeriksa dapur sementara Tenten ke kamarnya.*BLAM!*
Niat Neji yang ingin memeriksa kamar mandi terhenti karna suara pintu yang tertutup sangat keras. Ia buru-buru menuju kamar Tenten. Neji mencoba membuka dan mendobrak dengan paksa tapi hasilnya nihil.
"Siapa pun yang diluar jangan macam-macam", teriak seorang wanita dari dalam.
'Suaranya seperti aku mengenalnya', batin Neji.
"Apa maumu dengan dia?", Neji mengatakan sedikit berteriak tapi tetap kalem.
"Aku ingin menagih apa yang menjadi kewajibanku", Neji heran dengan jawaban wanita yang ada di dalam.
"Kita bicarakan baik-baik. Aku putra dari Hyuuga Hizashi dan namaku-", belum selesai Neji berbicara, wanita itu membukakan pintu.
"Neji?"
"Guren-baasan?"
"Kamu berteman dengan seorang wanita yang sudah bersuami?", tanya Guren dan Neji mengekspresikan tanda tanya.
"Kurasa baa-san salah orang. Dia temanku dan dia masih SMA", jelas Neji.
"Tapi..waktu itu yang ke Hokkaido? Tunggu..lepaskan remaja itu, dan kamu, aku minta foto wanita itu", kata Guren pada salah satu bodyguard-nya. Lalu si bodyguard sebut saja dia mawar [plak] pun memberikan pada Nyonyanya sebuah foto berukuran sebesar buku komik [maap gatau ukuran pas poto 😅]
"Hm.. Neji apa bedanya dia dengan wanita difoto ini?", tanya Guren. Neji pun mengambil foto tersebut dan melihat perbedaan muka Tenten dengan wanita tersebut.
"Dadanya lebih besar", seketika itu keadaan jadi hening. Semua yang ada disitu kecuali Neji membatu dan menatap kini menatap Neji tanda tidak suka.
"Dasar payah! Jangan bicara seperti itu saat keadaan serius!!", Tenten berteriak sambil menjitak Neji. [wah, Neji jadi OOC banget xD]
"Aw, maaf maaf. Ten-chan tidak serata milik Sakura kok", Neji terus bercanda kemudian muncul 4 siku-siku di pelipis Tenten dan ia melipat jari-jari tangannya [itu lho yang kalo orang siap hajar biasanya bunyi kretek-kretek] dengan aura gelap serta api yang membara [plak] dan berkata, "Kau mau mati ditanganku ya, Neji Hyuuga?"
"Baik-baik, aku cuma tidak mau suasana jadi tegang, Ten. Maaf ya bercandaku seperti itu. Mungkin agak sulit membedakannya, tapi menurutku ia memiliki rambut dan bola mata berwarna hitam. Sementara Tenten memiliki warna dan bola mata berwarna coklat. Ya bisa saja ini hanya karna kekurangan cahaya jadi gelap", lalu Tenten pun merebut foto yang ada ditangan Neji dan ia melihatnya.
"Neji, sejak kapan kamu suka bercanda seperti itu?", tanya Guren sedikit tersenyum pada Neji.
"Sejak...", Neji yang niatnya ingin melanjutkan kata-katanya terhenti saat melihat tatapan Tenten.
"...."
"Ada apa, Ten?", tanya Neji melihat Tenten menatap penuh dengan kebencian? Lalu Tenten menyobek foto itu.
"Hei! Itu foto satu-satunya", kata Guren.
"Saya masih memiliki softcopynya, nyonya", kata bodyguard yang satunya sebut saja dia melati [plak].
"Oh kau memang hebat", kata Guren sambil menepok-nepok punggung si melati.
"Ten? Apa dia..",
"Dia ibuku", Tenten pun melepas foto itu lalu pergi, mungkin pergi ke kamar mandi."Neji, apa ada sesuatu..?", tanya Guren yang menepok pundak Neji.
"Entah, aku tidak yakin bisa langsung menanyakannya", Neji pun mengambil foto yang dirobek menjadi 2 bagian oleh Tenten.
"Kalau Guren-baasan menemukannya, katakan padaku",
"Begitupula kamu"
"Hn", mereka pun pergi dan mengatakan maaf pada Tenten melalui perantaraan Neji.Kebencian apa yang dipendam Tenten pada ibunya?
Chapter 13 END
QOTS (question of the story)
Q : kenapa Tenten tidak berteriak?
A : waktu mau teriak ga sempet soalnya mulutnya ditahan duluan tapi bodyguar guren nutup pintu kekencengan jadi kedengeran sama Neji. Sekian muahaha [ketawa nista]14 Oktober 2015
Story by : VG_iamxie
Pojok curhat : yataaa...! Aneh ga sih? 😅 xie sih ngerasa aneh soalnya bukan penulis yang sudah pro. Dan salah satu reader saya (maap ya xie lupa kamu siapa soalnya ini ngetik waktu off :'3 dan sudah malam dan di kamar kost gaada sinyal :'D) yang menebak shion. Kebetulan awalnya emang ada niat mau dia sebelum pembuatan cerita Tenten dikejer sama wanita beserta 2 bodyguardnya di chapter 9 tapi kan pasti ketahuan makanya xie ganti hihi 😁😂 oke sekian vacotan dari saiya~XoXo
KAMU SEDANG MEMBACA
Neji's Different Side [DISCONTINUED]
FanfictionSilahkan baca Neji's Different Side [REMAKE] arigatou ^^