Chapter 12 : Ini Cuma Lecet

2K 88 11
                                    

NB : chapter ini full of author description supaya kalian greget muahaha [ketawa nista]

-Neji's Mansion-
"Duduk disini, aku ambil teh untukmu", kata Neji yang langsung pergi ke dapur dan Tenten cuma mengangguk. Setelah menunggu beberapa menit Neji pun kembali dan menaruh kedua cangkir berisi Green Tea diatas meja lalu Neji pun duduk disebelah Tenten.
"Jadi, kau kenapa menelfonku? Rindu denganku ya?", tanya Neji sedikit jahil.
"Payah! Tidak, aku tidak pernah rindu padamu", kata Tenten yang memalingkan mukanya.
"Maaf-maaf, baiklah ini serius kau kenapa?", kata Neji sedikit tertawa.
"Tadi saat aku mengira yang datang kamu, akupun langsung bersiap-siap keluar. Tapi yang kudapati adalah 2 bodyguard dan seorang wanita yang aku tidak bisa lihat bagaimana ciri-cirinya karena tertutup oleh kedua bodyguardnya ..... ", begitula Tenten menjelaskan panjang lebar lalu sambil meminum Green Teanya.
"Oh iya, aku juga tidak mengenal mereka. Aku saja tidak pernah berhubungan dengan orang penting manapun", kemudian Tenten bangkit berdiri dan menanyakan letak kamar mandi. Neji memperhatikan lutut Tenten yang lecet. Neji memegang kedua pundak Tenten dan mendudukan ia lagi ke sofa. Sementara Tenten bingung dengan perlakuan Neji. Neji baru saja keluar dari dapurnya dengan membawa kotak P3Knya. Mengelap lutut Tenten dengan tisu basah Lalu mulai mengambil kapas dan menuangkan sedikit alkohol. Tiba-tiba Tenten memegang pergelangan tangan Neji dan Neji menatapnya.

"Aku bisa sendiri", kata Tenten.
"Menurut saja, lagipula lenganmu sedikit lecet"
"Tapi kan tidak parah"
"Diam dan jangan menolak", Tenten pun memilih diam daripada nantinya diserang oleh Neji. Neji memegang tulang kering Tenten dan masih mengobati luka Tenten, sedikit meringis tapi Tenten menahannya. Lalu berpindah ke sekitar sikunya. Setelah selesai Neji pun menaruh kembali alat-alatnya.

"Kalau pakai plester sia-sia, tidak bisa menutup semua lukanya. Tapi tidak masalah kalau tidak ditutupi juga", jelas Neji dan duduk kembali disebelah Tenten.
"Arigatou", kata Tenten sedikit menundukkan kepalanya.
"Ya, oh iya ngomong-ngomong apa masih aman kalau kamu kembali ke rumah?", tanya Neji yang meletakan tangannya di bahu sofa (baca : yang buat senderin kepala, biasanya sih sejajar sama bahu cwo jadi aku sebutnya bahu sofa muahaha)
"Itu, kurasa tidak", Tenten ragu-ragu.
"Kau menginap disini, besok kalau mereka masih ada. Biar aku yang maju", kata Neji santai.
"Eh tapi, bajunya? Lagipula aku tidak yakin akan aman kalau aku disini", kata Tenten yang mencurigai Neji sementara Neji cuma tertawa pelan.
"Nanti kamu tidur dikamarku. Beri tahu saja ukuranmu mereka akan mengantarkannya kesini, ini", Neji pun memberikan ponselnya setelah berbicara sebentar dengan orang yang ditelfon dan Tenten pun menyebutkan ehemnya (taulah apa)

*Ting Tong*
Sementara Neji menerima barang yang dimaksud Tenten pun cuma duduk meratai kedua lututnya yang masih sakit. Neji pun datang dan memberikan kotak yang berisi ehem, ia masuk ke kamarnya dan memberikan pakaian Neji yang paling kecil.
"Pakai ini, itu sudah yang paling kecil dan cepatlah mandi", Neji pun masuk ke kamarnya, sementara Tenten menuruti apa kata Neji.

***************

"Neji! Pakai bajumu lagi!", teriak Tenten reflek menutup mukanya dengan bantal yang ada disofa. Kalau malam Neji tidak pernah pakai atasan, hanya memakai celana panjang.
"Aku laki-laki jadi tak masalah telanjang dada"
"Aku tidak mau tahu, kamu harus pakai baju! Lagipula aku temanmu bukan saudaramu", masih dengan Tenten yang menutupi mukanya.
"Tiap malam aku begini, Ten. Sudahlah tak masalahkan aku hanya melepas baju?"
"Tapi kan.."
"Apa perlu aku melepas celanaku?"
"JANGAN!! Dasar payah!! Sempat-sempatnya bilang begitu", teriak Tenten.
"Aku suka menggodamu"
"Tapi aku tidak suka digoda olehmu", cemberut Tenten.

"Sayang sekali ya, padahal tadi sore kamu manis sekali", kata Neji yang memperpendek jarak duduk antara mereka berdua.
"Apanya?", Tenten belum sadar dengan  jarak mereka.
"Semuanya"
"Kau pasti bercanda, Neji", kata Tenten tertawa sambil mengibaskan tangannya sekali.
"Aku selalu serius soal perkataanku tapi aku lebih suka menggunakan cara yang bisa membuatmu menunjukan sikap aslimu", perkataan Neji tadi membuat Tenten merasa malu atau bisa dibilang dia merona. Tenten yang awalnya bersender santai kini terduduk dan menundukan kepalanya, "Jangan bicara yang aneh-aneh Neji". Sementara Neji cuma tersenyum dan menyalakan LCD TVnya. Neji sedang mencari channel yang bagus dan ia lebih memilih menonton HBO. Tapi keheningan diantara Neji dan Tenten pecah karna mendengar suatu suara.

*Kruyuk~*
"Lapar ya?", tanya Neji sementara pipi Tenten memerah karna malu.
"Kan tidak masalah kamu bilang, aku siap memasak untukumu. Nah kamu mau kubuatkan apa?", kata Neji yang berdiri dan mengacak-acak rambut Tenten pelan.
"I'm not your girlfriend. Apa saja asal tidak memakai acar, tapi kurasa aku bisa membuatnya sendiri", kata Tenten yang menyingkirkan tangan Neji dari kepalanya.
"Kau sedang sakit. Aku tinggal sendiri, jadi aku bisa memasak"
"Ini cuma lecet, kau tidak usah berlebihan", Tenten pun berdiri dihadapan Neji dan menunjukan lukanya sendiri.
"Dengarkan aku, Ten", kedua tangan Neji memegang pundak Tenten.
"Saat kamu menelfon aku berpikir apa semudah itu gadis cuek tiba-tiba menelfon dan menanyakan apakah janji hari ini jadi? Setelah aku menjawab telfonmu dan yang kudengar nafasmu begitu aku khawatir terjadi sesuatu padamu. Aku buru-buru menjemputmu, kita memang masih sebagai teman tapi apa aku bisa tenang kalau dia orang yang kucintai?", sekarang Neji berkata serius.
"Seserius itu kah?", tanya Tenten.
"Hn, sudah ya aku mau membuat omurice untukmu", Neji tiba-tiba mengecup kening Tenten dan pergi ke dapur. Sementara Tenten diam ditempat dan terduduk kembali di sofa.

'Aku baru tahu ada lelaki yang bisa berkata seperti itu', batin Tenten dan ia menutup matanya dengan punggung tangannya, yakin pipinya sudah memerah.

*Ctrang!*
*Ctuk ctuk*
*Prok prak!* (ini suara apa ya?)
*Treng*
*Bushh~*
*DUARR!!* [maaf yang ini cuma bercanda]
Begitulah suara-suara yang keluar di dalam dapur. Neji pun keluar dari dapur dan memberikan omurice yang sudah dibuatnya. Tenten merasakan aroma masakan yang lezat dan saat ia memasukannya kedalam mulut ia terdiam.
"Neji, rasanya hebat. Kamu belajar dari mana?", tanya Tenten.
"Aku mencobanya sendiri"
"Begitu ya.."

-skip time-
Mereka berdua sedang asyik menatap TV. Entahlah mereka menonton apa, yang jelas tidak ada percakapan diantara mereka berdua.
"Ten?", tidak ada jawaban.
"Ten..", masih tidak ada jawaban. Neji pun menengok ke sebelah kiri dan mendapati Tenten sudah tidur. Neji pun menghela nafas panjang dan membawa Tenten ke kamarnya. Ia membaringkannya dan menutupi tubuh Tenten dengan selimut.
"Good night, Princess Tenten", Neji pun mematikan lampu kamarnya dan ia membaringkan dirinya ke sofa dan mulai menutup matanya.

Chapter 12 END

10 Oktober 2015
Story by : VG_iamxie
Pojok curhat : yohoooo~ apdet kilat guyss, lagi encer otaknya. Kata-kata diatas didapat dari pengalaman xie sendiri dan cuma mengubah konsepnya muahahaha [ketawa nista] sorry kalo ada typo atau cerita abal aneh ada kemiripan atau apalah terserah kalian. Bisa memberikan saran dan kritik tapi jangan flame aku 😣 sekiannnn.

XoXo

Neji's Different Side [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang