PART 9

227 22 0
                                    


-SEMBILAN-

Seva

Pagi ini, gue bangun lebih pagi dari biasanya. Gak tau kenapa, gue seneng aja hari ini. Kalau biasanya, gue jam 6 masih mau mandi. Sekarang jam 6, gue udah berdiri di depan kaca. Sekali lagi gue memperhatikan penampilan gue. Gak ada bedanya kayak yang kemarin-kemarin. Sama aja.

Tok tok tok

Gue membuka pintu kamar. Ada bibi disana.

"Loh, non Sepa udah bangun? Tumben non" bibi emang selalu bangunin gue karena, alarm udah gak ngaruh sama gue.

Gue senyum, "Udah bi" gue menutup pintu kamar. Dan, berjalan mendahului bibi menuju lantai satu.

Di ruang makan, Mama sama Raka udah duduk anteng dan makan roti isi.

"Pagi! Morning! Ohayou!" toa gue sambil berjalan ke ruang makan, dan duduk di dekat Raka.

"Berisik!"

Gue cemberut. Mama cuma terkekeh. Gue gak berisik! Cuma terlalu keras dalam berbicara.

"Biarin!" gue mencomot roti yang ada di piring Raka

Raka melotot, "Itu punya gue! Gobs!"

"Suwa-wuka wuhe!" bibir gue penuh dengan roti.

"Gak jelas lo!" Raka menyampirkan tas sekolahnya, "Tante, Rafa berangkat dulu ya"

Nah! Nah! Gue ditinggal nih? "Rafa!" gue berlari kecil menyusul Rafa setelah pamit ke mama.

1 hal baru yang gue tau tentang dia. Dia gampang ngambek.

*****

Gue turun dari mobil, "Makasih pak!"

"Oke non!" jawab Pak Anto sambil tersenyum lebar.

Semua anak cewek yang ada disekitar gue, berbisik-bisik lagi. Gue udah terbiasa juga sih. Tapi tetap aja, kayak risih-risih gimana gitu.

Gue mempercepat langkah gue. Pengen cepat-cepat masuk kelas. Raka mengekori gue. Tumben. Dia lebih pendiam hari ini.

"Raka!"

Raka mendongak menatap wajah gue, "Hm?"

"Lo kenap--

"Seva!" Dena memanggil gue. Dia ada di depan gue. Sejak kapan dia ada disitu? Dia membawa tas. Sepertinya, dia juga baru datang.

"Apaan, Na?"

Dena diam. Dia menatap wajah Raka. Sedangkan Raka, Mengalihkan pandangannya ke pot di samping dia. Seakan, pot itu lebih penting daripada Dena dan gue. Gue bergantian melihat Dena dan Raka. Dena. Raka. Dena. Raka.

Awkward

Siapa yang bisikin gue barusan? Ah, gue mulai melantur.

"Ada apa, Na?" pertanyaan gue membuat Dena menoleh ke gue.

"Gak papa. Gue cuma mau ngajak lo bareng ke kelas." jawab Dena sambil gandeng tangan kanan gue.

Kami berjalan masih beberapa langkah dan sadar bahwa Raka gak ada disamping gue. Dena menoleh ke Raka.

"Raka! Gak mau bareng?" tanya Dena. Entah ini khayalan gue atau apa, tapi gue ngerasa atmosfer disekitar sini sangat canggung dan kaku.

Raka mendongak menatap wajah Dena, "Kalian duluan aja. Gue ngikut dari belakang"

Dena diam aja. Dia narik tangan gue lebih keras, membuat kami berjalan lebih cepat. Gue yakin, ada yang disembunyiin sama Dena dan Raka.

"Oi! Buku gue tuh!"

JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang