-DUA BELAS-Seva
Oke. Fix, gue butuh koper yang lebih besar. Gue memperhatikan koper gue yang tergeletak naas di atas kasur gue. Baju-baju berserekan. Daleman-daleman everywhere. Cuma keripik yang muat di koper gue. Hah! Susahnya ngatur koper!
Dok dok dok!
Brak!
Gue yang masih syok dengan adegan tadi, masih memperhatikan Raka yang berdiri di ambang pintu. Dia menggedor-gedor pintu gue dan belum sempat gue jawab, dia udah mendobrak pintu kamar gue. Sumpah! Gue gak suka! Kan... jadi tambah keren!
"Lo tau ini jam berapa?" tanya Raka sambil bersidekap.
Gue menggeleng.
"Jam 7. Dan 1 jam lagi bis kita udah harus berangkat."
"Oh." balas gue singkat.
"Gue udah nunggu lo di mobil selama hampir 20 menit dan lo... malah belum apa-apa!?" matanya melotot menelusuri seluruh isi koper gue yang berserakan.
"Gue gak punya keahlian menata koper." jawab gue seadanya.
"Lo itu cewek, tapi gak bisa apa-apa." dia berjalan ke arah gue. Gue minggir sedikit, memberi dia ruang untuk menata isi koper gue.
Dia geleng-geleng sambil mengeluarkan seluruh keripik gue.
"Lo mau apa?"
"Beresin koper lo."
Oh... co cwit! Jadi tambah suka deh. Ehehehe.
"Kenape lo?" tanya gue saat Raka tiba-tiba berhenti menata koper gue.
"Apa perlu gue beresin daleman lo juga?"
"Hah?" gue gak ngerti. Emang daleman gue kenap-- OH IYA! Gue lupa.
"Cepet lo beresin! Gue tunggu di mobil!" dia melangkah pergi keluar dari kamar gue.
Gue menatap cermin. Wajah gue merah banget. OMEGOD!
Gue
Malu
PARAH!!
Gue memasukkan semua daleman gue dan menata asal-asal an. Oke... gue udah siap.
Tarik nafaaaaaas!
Buang!
Oke! Gue siap!
*****
Gue gak siap. Sumpah. Gue masih belum siap. Aih! Kenapa?! Kenapa?!
"Lo kenapa sih?" tanya Cira yang daritadi berusaha memasukkan kopernya ke dalam bagasi tapi gagal terus.
"Kenapa Ra! Kenapa?!" histeris gue.
"Lo apa-apaan sih? Sakit kuping gue njeng!" Cira mengusap kupingnya.
Gue cemberut, "Kenapa?! Kenapa harus ada tugas sebanyak ini disaat kita liburan? Mengapa ini terjadi?"
PLETAK!
"Drama lo!" dengan mudahnya Frei menggeplak kepala gue. Sakit tjoy!
"Es-es-we!" balas gue.
Sekali lagi gue mengamati tumpukan kertas di tangan gue. "Lina!"
Lina berjalan ke arah gue dengan malasnya, "Apa lagi?""Please! Tolongin gue. Gue gak mau lihat tumpukan kertas ini lagi. Ini yang terakhir kalinya gue lihat mereka!" gue menyerahkan tumpukan kertas tadi dan segera berlari tak tentu arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOURNEY
Teen FictionSaveta Paradina "Kalo lo disuruh milih antara gue ato dia, pilih aja dia. Karena gue tau, kalo lo bener-bener sayang sama gue, gak akan ada yang namanya pilihan." Rafaka Abrisam "Semua orang bisa aja secara gak sadar mengabaikan orang yang mencintai...