PART 16

143 11 1
                                    


-ENAM BELAS-

Normal's

Sekarang sudah 2 hari berlalu setelah acara camping, yang sebenarnya sama sekali gak pantes dibilang camping. Kegiatan sekolah kembali berlanjut. Kehidupan berlanjut(?).

Pagi ini, Seva bangun lebih pagi dari biasanya. Jika biasanya dia jam 6 baru bangun, kali ini jam 3 ia sudah bangun. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk pipis lalu kembali lagi ke kasur untuk tidur.

Setelah mencoba beberapa cara. Dari berguling-guling ke kanan ke kiri. Memeluk guling. Melempar guling ke tembok. Merapatkan selimut. Membuang selimut ke lantai. Seva tetap saja tidak bisa tertidur. Sepertinya ia memang harus menunggu sampai setidaknya sampai jam setengah 6 untuk mandi pagi.

Seva pun mengambil gitarnya. Entah mengapa hari ini, ia ingin memainkan gitarnya. Walaupun masih terhitung beberapa hari ia mengikuti klub musik, tapi ia sudah menguasai beberapa lagu.

Ia pun duduk di atas kasurnya, bersila dan memangku gitarnya. Ia mengambil pick gitarnya dan memasang capo di gitarnya. Seva terlihat berpikir sebentar, memutuskan apa yang ingin dia mainkan. Setelah memutuskan apa yang dia inginkan dia pun mulai memainkan gitarnya.

"They wou--

Ceklek

Bugh

Jreeng

"Berisik!"

Raka tiba-tiba masuk ke dalam kamar Seva dan melempar sebuah bantal tepat ke wajah Seva. Membuat Seva terjungkal ke belakang dan gitarnya menindih perutnya.

"Aduuh! Sakit punggung gue!"

Raka melotot, "Salah siapa main gitar jam 3 pagi?!"

"Apaan sih?! Sensi amat. Orang gue mainnya juga pelan."

"Pelan kuping lo tai! Lo mainnya keras kek gitu juga!"

"Yaudah deh! Gue gak main lagi. Puas?!" Seva meletakkan gitarnya di samping kasurnya.

"Bagus!" Raka pun keluar dari kamar Seva dan menutup pintu kamar Seva dengan keras.

"Gak selo amat sih nutup pintunya!" gumam Seva.

Beberapa saat kemudian, Raka masuk lagi ke kamar Seva. Ia berjalan cepat menuju kasur Seva. Membuat Seva sedikit kaget dan ketakutan.

"Bantal!"

"Hah?" tanya Seva sambil membuka kelopak matanya yang tadi sempat terpejam karena takut.

"Bantal. Gue!"

"Ap-- Oh.. oh.. bantal." Seva terlihat sangat bodoh disini. Ia mencari-cari bantal Raka yang tadi dipakai Raka untuk menimpuk wajahnya. "Mana sih tuh bantal?!"

"Tangan."

"Apa?"

"Tangan lo megang bantal gue." jelas Raka dengan kesabaran tingkat tinggi.

"Oh.. eh.. daritadi gue pegang ternyata." Seva nyengir gaje sambil menyerahkan bantal itu ke Raka. "Maklum, masih pagi. Masih ngantuk."

JOURNEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang